"Kabari aku kabarmu.."
Aku baru paham arti pentingnya berkabar dan ngabarin itu sekarang. Kemarin-kemarin aku mana ngerti hal begituan. Ya kali jomblo, terbiasa gak ada yang dikabarin dan ngabarin, jadinya ya gitu deh. Ahaha. Ops..skip. Kembali ke topik. Ingat, bahwa berkabar dan ngabarin itu penting! Ingat itu yaa. Berkabar pada siapapun, terlebih orang-orang terdekat kita. Iya gitu.
Ya..jadi, gara-gara kejadian aku kena repet pamong PPLku kemarin. Aku jadi taubatan nasuha bersikap cuek-cuek gitu sama orang. Maksudnya cuek adalah gak mau ngabarin lagi, dan gak peduli buat ngasih kabar ke orang.
Ceritanya 2 hari yang aku gak bisa masuk ngajar. Senin dan Selasa kemarin. Itu, aku sakit. Iya sakit. Sakit karena butuh kamu kali yaa #eeaa
Meski Senin paginya aku tetap bisa datang upacara seperti biasa, tapi siangnya aku tumbang setumbang tumbangnya tumbang. Gak bangun dan memang gak bisa bangun. Gak lebay sih, memang begitu adanya. Dan ketika aku gak bisa bangun itu, aku udah coba berkabar dengan pamongku, minta izin gak masuk sekaligus minta istirahat buat beberapa hari ke depan.
Nah..disitulah awal tragedinya. Ternyata aku salah mencatat nomor pamongku. Yang harusnya akhiran 898 ini jadi 828. Itulah, entah pergi kemana 2 telinga ini pas beliau bacain nomornya. Ahaha. Dengan salahnya nomor, otomatis pesan gak bakal masuk kan? Mau jejungkir balik kaya apa juga, Ibu gak bakal tahu kalau aku lagi sakit, kan? Buruknya lagi, aku juga gak ngabarin via sms ke kawan-kawan yang sama-sama masuk siang, ngabarin bahwa aku gak bisa masuk.
Udah coba ngontak ke salah satu teman sih, ee..ternyata dia gak masuk juga. Cemana lah.. Dan yang lebih apesnya adalah paket internet pun habis pula. Jadi meski biasanya bisa izin lewat grup BBM, ini gara-gara gak ada paket, maka bener-bener lost contact 2 hari kemaren. So, bye hidup loe!
Maka ibu pamongku muring-muring gak karuan. Pasalnya juga, di dua hari itu, aku ada jadwal ngajar di kelasnya. Makin menjadi-jadi deh perkaranya. Dan lebih fatalnya lagi, ternyata ibu pamong misscall aku, pas di jam 2 siangan, tepat seharusnya aku masuk dan aku gak tau itu! Ya mana pegang hape juga pas sakit begitu. Sumpah gila! Kaya ibu yang butuh aku jadinya kan? Terkutuk khoeriyah muiz! Ahahaha
Oke, detik itu juga aku udah ngaku salah.
Alhasil, pas hari Rabunya aku datang dan Alhamdulillah udah pulih, Ibu Pamong benar-benar memperlihatkan kemarahannya. Ternyata beliau mengadukan langsung ke koordinator seluruh pamong yang notabene adalah wakil kepala sekolah. Jadi sebelum aku dinasehati ibu, aku udah keburu ditegur bapak wakil kepala sekolah duluan..
"Khoeriyah Muiz? Pamongnya ibu Reni kan?"
"Iya saya, pak"
"2 hari kemaren kemana?"
"Saya sakit pak."
"Gak ada kabar ya kata bu Reni?"
"Ya pak, maaf. Saya sudah coba mengabari bu Reni. Tapi nampaknya nomor bu Reni yang saya tulis di hp saya salah pak."
"Oh..ya udah gak apa-apa. Lain kali kalau mau izin, sakit atau apapun, kabari pamongnya yaa."
"Iya pak." Anggukku.
"Jadi sekarang Muiz temui ibunya, minta maaf. Ingat, besok-besok kalau ada apa-apa dan gak bisa masuk kabari yaa." Nasehatnya. Matanya memperlihatkan ketulusan dan pemakluman. Aku mengangguk.
Sampai ditegur pak wakasek gitu ya?
Ish..bocah! Cemacem sih!
Akhirnya, meski aslinya ngeri buat datangi ibu Reni, aku mencoba beranikan diri buat menemuinya juga. Aku akan minta maaf sekaligus klarifikasi. Karena orang gak akan paham tentang kita sebelum tau kebenaran asli dari mulut kita, kan? Sementara orang sibuk suudzan, padahal yang kita lakukan gak seburuk itu.
Maka, please, kalau ingin tahu sesuatu, gak usah main judge gitu. Coba kenali dulu, coba tanya dulu kenapa dan gimana, baru nilai. Yakan? Ee..kalimat ini aku belajar dari seseorang loh. Dari Dewi. Nama dia pernah ada dipostingan sebelumnya. Haha.
Ketika beliau mau masuk kelas di jam terakhir, aku ngikutin dari belakang. Langsung aku minta maaf dan menceritakan kejadian dengan sejujurnya. Dihari itu, aku beneran melihat mata marah dan terluka ibu. Gak ada senyum kaya biasanya. Gak ada cerita yang biasa ia kesahkan ke aku. Mungkin beliau merasa gak dihargai olehku. Aku tarik nafas, berat. Meski aku udah jujur, tapi dihari rabu itu, aku belum melihat ibu benar-benar memaafkan aku.
Untuk mengendurkan hatinya saat itu ibu yang lagi memberi tugas matematika, aku coba ikut turun tangan menertibkan anak-anak mengerjakan tugas. Tapi dia belum terlihat mengendurkan hatinya juga.
"Marah bener ibu.." Kataku lesu ketika keluar dari kelas.
"Sabar yaa."
"Coba lagi minta maaf besok."
"Ya coba besok lagi. Gak apa-apa tuh."
"Ya gak apa-apa tuh. Masa sih, karena sakit gak dimaafkan?"
"Lagi sensi mungkin ibunya. Sabar ya mbel."
"Wajar sih ibunya marah, tapi gak apa-apa nya itu. Cak besok coba lagi minta maaf. Mu ambil hatinya lagi."
Aku mengangguk. Ada kekuatan ketika mendengar suara-suara care dari kawan-kawan PPL yang masuk sore ini. Terimakasih gengs :*
Dan kemarin aku coba lagi. Untuk kali ini sekali lagi minta maaf dan menceritakan kronologi dengan sejujurnya. Maka ibu bilang:
"Kalau ada apa-apa kabari ibu. Kalau sakit, gak bisa masuk, kabari Ibu. Kalau gak kabari ibu, kabari ketuanya, kabari kawan-kawan Muiz. Jangan gak ada kabar gitu yaa. Kan ibu jadinya gimana kan? Kabari, jangan hilang kontak. Seenggaknya ibu jadi tau Muiz kenapa dan ibu pun gak perlu menduga yang aneh-aneh. Yaa?"
"Iya bu. Saya minta maaf. Saya gak akan ulangi lagi bu. Kalau ada apa-apa saya akan kabari ibu, kalau saya izin saya akan kabari ibu."
Good job! Dan kemudian cerianya kembali. Ahahaha. Dan aku bisa ngajar dengan tenang lagi!
Seandainya pamongku kelewat puitis, beliau pasti bakal berpuisi gini ke aku:
"Kabari aku kabarmu.
Agar aku tahu dan tak perlu khawatir tentang keadaanmu.
Agar aku paham, seberapa penting posisiku dihatimu.
Dan agar aku tak kehilangan dirimu."
Terkutuk, Muiz terkutuk! Ahaha
Sejak kejadian ini, aku jadi makin usil sama kakakku. Ngirim foto-foto PPLku yang ekspresinya gak jelas. Masih tetep meribut di grup chat. Berkabar dengan sahabat-sahabat dan teman sekelas juga. Tetep ngirim emot bahkan voice note gak penting pada mereka. Ahaha. Kenapa gitu? Karena mereka aku anggap penting untuk terus aku kabari :*
Dan aku ambil kesimpulan kejadian ini dengan:
Jangan sepelekan berkabar dan mengabari seseorang. Mungkin ini terasa sepele, tapi ternyata penting banget. Karena bisa jadi orang disana sedang menunggu pesan kabarmu, ingin tahu apa dirimu apa baik-baik aja atau gak. Tetep berkabar, pada keluargamu, sahabatmu dan beri tahu keadaanmu. Bahwa keadaanmu masih baik-baik aja. Bahwa kamu masih punya hidup. Iya kan? Iya gitu.
Pekanbaru
21 Okto 2016
Penenun Asa
Paling gak, sempetkan chat dong.
Gausah hilang kabar dan
sengaja pengin dicari gitu :(