![]() |
Pict : Galeri Kucing |
"Ayo makan dulu kitaa. Cari bakso atau apa kek, cari yang hangat-hangat." Aku mensejajarkan motorku dengan motor Deby ketika telah sampai di simpang Kualu. Hujan-hujan gini memang sangat pas makan yang hangat-hangat.
"Shalat dulu tapi kita yaa.." Dewi menjawab.
"Yup, makannya setelah shalat." Deby menyahut.
"O, iya shalat dulu!" Aku menepuk dahi. "Ya udah kita cari masjid ke depan lagi. Kalian depanlah."
Kemudian mereka melaju lebih cepat. Tak berapa lama, Dewi mengacungkan memberi isyarat untuk kami berhenti di Pom bensin Kualu. Aku dan Listia mengangguk sepakat. Kami berbelok. Suasana pom bensin pukul 8.12 malam terlihat remang. Hanya ada dua pengguna sepeda motor dan satu mobil truk yang mengantri mengisi bahan bakar. Mungkin karena hujan begini.
Aku baru tahu, ternyata pom bensin Kualu memiliki mushala juga. Selama ini aku menduga bahwa pom bensin ini tidak memiliki mushala, atau setidaknya memiliki tapi tidak terpakai lagi.
Karena terasa aneh, ketika beberapa kali aku singgah untuk mengisi bahan bakar disini, tapi tidak terlihat siapapun atau mobil apapun terparkir untuk shalat. Juga tidak ada kubah atau penanda apapun bahwa di area ini terdapat mushala. Juga tempat wudhu yang tidak terlihat dari kejuahan. Atau memang karena selalu terlihat sepi pom bensin di daerah ini?
Tapi dugaanku salah. Area pom ini ternyata memiliki mushala. Mushala mungil itu terletak diujung area pom. Membelakangi pom. Tempat wudhu dan mushala terdapat dalam satu bangunan. Terdapat dua tempat wudhu dan mushala berada diujung gedung
Kami turun dan melatakkan barang-barang kami di dalam mushala, tepat disekitar pintu. Semua barang basah kuyup kena hujan. Memang terlihat sekali seperti pulang dari KKN. Berserak sekali barang-barang kami.
Aku membuka jaketku. Dewi sudah duluan ke kamar mandi. Deby sibuk mengomel pada hapenya yang tak kunjung menampilkan jaringan dan pemberitahuan bbm. Listia masih berjibaku dengan kakinya yang kedinginan.
"Tasmu ga dibawa kesini?" Dewi menegurku.
"Dih, gak ada yang penting juga isi tasku."
"Nah, ijazah kakakmu? Ga penting tuh?"
"Eh, iya! Ya ampun, haha." Aku ngacir ke tempat parkir.
Aku berjalan ke arah parkiran, ketika aku mengambil tas, tak jauh dari tempat motor kami parkir, sayup-sayup terdengar perdebatan 2 lelaki.
"Jadi tadi kucingnya tertabrak ga?" Lelaki pertama bersuara berat.
"Nah, itu. Entahlah. Lagian hujan deras gini. Ga nampak pandanganku." Suaranya lelaki kedua terdengar cempreng, mengigil, kedinginan mungkin.
"Kan udah aku bilang tadi. Ada kucing depan kita. Hati-hati sikit!"
"Warna apa tadi kucingnya? Kok aku ga nampak pula?"
"Ga nampak? Padahal udah aku peringatkan berkali-kali. Kucing kecil itu berwarna hitam putih agak kecoklatan!" Dan lelaki bersuara berat ini terdengar geram. "Kau! Huft.. Mampus aja lah kita nih!"
"Kenapa rupanya?" Si suara cempreng berbisik tertahan.
"Kau udah nabrak kucing tau kau! Kenapa rupanya kenapa rupanya! Dan kau perlu tau, banyak masyarakat yang percaya, kalau kita menabrak kucing sampai kucing itu mati, maka kita bakal kena sial. Entah bakal kecelakaan atau tertimpa kejadian buruk lainnya."
"Kau udah nabrak kucing tau kau! Kenapa rupanya kenapa rupanya! Dan kau perlu tau, banyak masyarakat yang percaya, kalau kita menabrak kucing sampai kucing itu mati, maka kita bakal kena sial. Entah bakal kecelakaan atau tertimpa kejadian buruk lainnya."
"Ee..sumpah?"
"Nah, kau tengok nih, helm aku kecipratan darah. Tengok juga helm kau, kena darah juga!" Kemudian si suara berat terdengar mengetuk helm, entah helm siapa yang diketuk.
"Ee..matilah kita!" Lelaki cempreng itu terdengar terperanjat.
"Nah, kau tengok nih, helm aku kecipratan darah. Tengok juga helm kau, kena darah juga!" Kemudian si suara berat terdengar mengetuk helm, entah helm siapa yang diketuk.
"Mati aja sendiri!! Kan udah aku bilang..."
Untuk kemudian aku abai pada obrolan mereka. Aku kembali berjalan ke arah mushala, hendak berwudhu. Sampai di pintu mushala..
"Liat tanganku Iz, sampe kaya gini.." Deby berdecak heran sambil memamerkan jari-jari tangannya yang pucat pasi. Menggigil dia. Aku terbahak.
"Ii, iya, dingin kali kan bong. Aku juga nih." Aku memperlihatkan tanganku yang ga kalah keriput karena kedinginan juga. "Ya, udah ayo kita wudhu gih."
"Yok yok. Duluan lah." Kemudian dia kembali mengutak-atik hapenya.
"Duluan pula lah. Kirain mau bareng." Manyunku. Aku beralih ke Listia."Ayo lis!"
"Hii..apa sih, cing!" Lis mengerutu. "Sana pergiiii!" Sepatunya dicium-cium seekor kucing dan ketika dia berjalan ke arah kamar mandi kucing itu mengikutinya. Kucing? Eh? Aku terhenyak. Kucing itu, kucing kecil kan? Warnanya? Hitam putih berpadu coklat!
Serrrrdd..
Dan udara disekitar terasa lebih dingin. Bulu kudukku berdiri seketika!
Pku
2 Feb 17
Katany eikeh ngeselin, tp ngangenin kan? :p wkwkw
Da ih, kangen klen ;;)
Kurang byk ngobrolny,
kurang byk quality timenyaaa -,-
Mana video muka2 klen nyemak di hp eikeh, cemanalah :')
0 comments: