Monday, June 6, 2016

Benarkah Rumput Tetangga Lebih Hijau?


Pict By : Penenun Asa
"Rumput tetangga tampak lebih hijau." 


Iya, pepatah ini sepertinya sangat tepat ditujukan untuk teman satu posko KKN. Haha. Iya, berasa aneh banget deh lihat teman sekelompokku dan kemudian aku membandingkan dengan kelompok teman lainnya. Kelompok lain, jumpa selfi-selfi, atau kaya teman sebelah, baru jumpa langsung foto di studio dengan baju kompakan yang kece. Lha kami? Malah berantem aja di grup bbm. Kalau ada yang brisik, langsung ditegur. Padahal sebenernya, dalam penglihatanku, yang cowok hanya ingin mengakrabkan diri, dan yang cewek menganggap obrolan ga perlu dibicarain di grup.

Asik ga tuh kalau kita punya grup BBM tapi obrolan ga mengasyikkan, orang-orangnya terlampau serius? 
Asik atau ga asik sih sebenarnya xD

Tapi yang namanya rumput tetangga memang lebih hijau. Aku juga belum ketemu mereka. Jadi asli cuma praduga aja. Main nebak doang, gimana orangnya, sifatnya kaya apa. Padahal aslinya bisa jadi ga seburuk itu, bisa jadi pas tatap langsung, mereka ini lebih asik dan supel, bisa diajak bercanda dan hangat ketika ngobrol. Dan gara-gara komunikasi pertama lewat bbm yang buruk itu, membuatku bergidik ngeri ketika ingin ketemu mereka. haha. Please forgive me guys, aku udah suudzan duluan sama kalian, udah membandingkan kalian juga, haha.

Rumput tetangga memang terlihat selalu lebih hijau, bahkan rumput mereka ada bunga-bunga cantiknya. Nah rumput kita? Senada dengan aku yang malah membandingkan kelompok satu poskoku dengan kelompok lainnya. Haha. Ga seharusnya membandingkan seperti itu kan? 

Ngomong-ngoming tentang membandingkan, kita juga sering kali membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa bahwa orang lain lebih hebat dari kita, ya ga? Ssstt..padahal bisa jadi kita malah jauh lebih hebat dari mereka, hanya saja kita belum tahu potensi kita apa. Rumput tetangga lagi-lagi lebih hijau, tapi ga selalu terlihat lebih hijau. Nah lho, coba kalau sudah tahu potensinya apa, kayanya ga bakal deh ngelirik rumput tetangga lagi. Oke, baiklah jadi aku punya 3 cara untuk menemukan potensi kita, nah yuk coba disimak:

1. Tanya Pada Diri Sendiri
Pict : Google
Nah..tanyakan pada diri sendiri "Kira-kira hal apa sih yang aku cintai, yang ketika aku ngerjain hal itu, aku begitu asyik, tak ada lelah, aku begitu hanyut dan aku semakin ahli dalam mengerjakan itu?"
Ayo tanya! Renungkanlah sejenak. Pejamkanlah matamu. Dan jawab! Udah ketemu? kalau belum, yuk beralih ke cara kedua.

 

2. Tanyakan Pada Orang-orang Terdekatmu
 
Dokumen Spesial
Reaksi pertama mereka mungkin bakal tertawa, terheran. Tapi segera tanyakan, pada keluargamu Mamake, Bapake, Abang, Kakak, Mas, Mbak, Uni, Mamah, Papah, nyokap, bokap, Mbokayune, kakange, Mbahe, apa aja deh. Tanya gini

"Mak, Pak, potensi atau kelebihan apa sih yang mamak bapak lihat didalam diriku, yang bisa aku kembangkan nantinya?" Pasti mereka bakal mikir keras tuh.

Atau sahabatmu, si genks, si gaes, si kampret, si gembel

"Gaes, apa sih potensi atau kelebihan yang kamu lihat di dalam diri aku?" 



Sudah ditanya? Kalau belum, yuk kita coba cara ketiga.
 

3. Tes STIFIn 
Dokumen STIFIn
Apa tuh STIFIn? Simplenya, tes STIFIn itu adalah tes sidik jari yang memperlihatkan sebenarnya belahan otak mana sih yang begitu dominan kita pakai? Otak kiri bawahkah, yang biasa disebut Sensing, otak kiri ataskah atau yang disebut Thinking, , bisa jadi otak bawah yang disebut juga Insting, otak kanan bawah ya? Atau disebut orang Feeling atau jangan-jangan malah otak kanan? Si Intuiting? Heum..penasaran ga sih?

Dengan kita tes STIFIn juga nantinya, kita bakal tahu potensi unggulan kita apa, jadi kita ga perlu menghabiskan ‘biaya kebodohan’ dengan terlalu banyak melakukan uji coba dalam hidup ini. Tes Stifin ini adalah panduan untuk menghilangkan biaya kebodohan tersebut, sehingga kita tidak buang umur dan buang uang. Sejak awal kita sudah tahu mesti pergi kemana dan bagaimana cara terbaiknya, mau tau manfaat lainnya tes STIFIn? baca disini>>  manfaat tes STIFIn
Jika 3 hal tadi udah dilakukan, niscaya kita ga bakalan ada lagi deh kita memandang rumput tetangga lebih hijau. Yup, kita hanya perlu merawat rumput kita, agar lebih hijau juga, bahkan ditumbuhi bunga-bunga segala. Maka, teruslah mengupgrade diri, agar potensi kita terus berkembang :)

Nah sekian, semoga artikel ini bermanafaat :)
Terakhir quotes ini sebagai penutup ;)
Pict : Penenun Asa


Penenun Asa
Maka dari itu, temukanlah :)



Tuesday, May 31, 2016

Pencarian Passion

Pict : Google
"Jika uang bukan masalah bagi Anda, artinya mau ada uang atau tidak ada uang. Apa yang akan Anda kerjakan terus-menerus?"Tanya Coach Wira.

"NULIS coach!" Kataku mantap.

Itu adalah percakapan digrup telegram Trainer beberapa bulan yang lalu. Saat itu hati juga pikiran masih penuh pertimbangan. Nulis nih? Ya serius, jawabannya nulis? Ga mau jadi dosen kaya yang jawaban Muiz 6 tahun lalu? Heum..


6 tahun lalu di SMAN 1 Singingi Hilir di depan kelas X1..

"Yuk.. perkenalkan diri kalian. Nama lengkap, asal SMP, dan cita-cita kalian." Kata Pak Utan guru pertanian kami. Semua memperkenal diri. Pada giliranku.. 

"Nama saya Khoeriyah Muiz, asal sekolah SMPN 3 Singingi Hilir dan cita-cita dosen!" Dengan semangatnya aku memperkenalkan diri, meski begitu datar. Entah mau jadi dosen apa, cita-citanya kurang begitu mendetail. Dasar bocah. Haha.

Atau beberapa bulan lalu aku curhat dengan Kakanda Sahrul lewat messengger. Setelah panjang lebar aku curhat, dia mengeluarkan nasehat saktinya.

"Yaudah jadi dosen aja kalau gitu. Lanjut S2. Jaluk ijin karo Ramanda. Pasti ulih. Ada tuh pasti duit. Atau mulai sekarang incar beasiswa, cari-cari di internet. Paling ga dengan beasiswa itu, kuliahmu jadi ringan ntar." Kata dia bijak. Tau ga? Kakandaku satu ini, hanya tamatan SMA, ga sempat melanjutkan kuliah, tapi bijaknya masya Allah. Kalau ngasih nasehat selalu ngena dihati, membuat orang termenung. Betul pepatah mengatakan: "yang dari hati akan sampai ke hati." Mungkin ketika dia berbicara dia menyampaikannya dari hati. 

Tapi nyatanya setelah percakapan dengan mas sahrul itu, aku ga minta izin sama Ramanda. Atau ga cerita juga sama Mba Astin, padahal biasanya apa pun aku pasti cerita ke dia. Kali ini? Nothing! Entah kenapa bisa gitu.

Terakhir kemaren bang Bang Anton pas konsultasi STIFIn:

"Passion itu GAIRAH, kita ngerjain terus menerus ga akan bosan. Enjoy malah." bang Anton berapi-api. "Dosen atau Penulis?" Tanyanya kepadaku.

"Dosen bang. Dosennya para guru." 

"Oke, dosen. Dosen yang mengajarkan apa?" Sampai dipertanyaan ini, aku diam, ga tau harus jawab apaan. 

"Dosen yang mengajarkan strategi belajar mengajar/strategi pembelajaran." Jawabku sekenanya. Demi apa, ini bukan jawaban yang keluar dari hati terdalamku. Asal jawab dan pura-pura serius jawab di depan bang Anton. "Tapi dosen yang nulis buku juga bang. Nulisnya ya yang sesuai dengan mata kuliah yang aku ajarkan nantinya." Bang Anton mencium keraguanku dari jawaban ini.

"Oke..Muiz santai aja. Tarik nafas..tutup mata..santai. Buka mata! Penulis yang jadi dosen atau dosen yang menulis?"

"PENULIS yang jadi dosen!" Pekikku. Itu sebenernya yang aku inginkan! Ga ribet-ribet harus jadi dosen dulu biar bisa nulis!

"Yup. Kenapa Muiz bilang pengin jadi dosen, padahal nulis adalah urutan pertama dari 7 hal yang dia cintai?" Bang Anton melihat keseluruh kepenjuru 4 rekanku yang lain yang sama-sama diarahkan passionnya. "Karena nyaman, menjadi dosen adalah jawaban ternyaman bagi dia. Padahal, dia sendiri kalau mau jadi dosen, belum tau langkah apa yang harus dia lakukan.." Bang Anton tersenyum, sedang ku terkikik dalam hati, membenarkan jawaban bang Anton.

"Oke. Nulis ya?"

"Ya bang. Siap.."

"Bulan Ramadhan harus itikaf bikin buku. Siap? Selesai ramadhan harus udah siap, bisa?" 

Aku menganga. Nulis apaan tuh selama Ramadhan? Tanyaku dalam hati.

"Actionnya lagi. Katakan terus dalam hati. "Saya tau saya mampu, saya yakin saya bisa. Karena ini adalah harapan saya.." Resapi, dan ulangi itu tiap hari. Bisa, orang Thinking itu hebat koq." Beliau menutup dengan senyum menawan. Dan aku cengar-cengir puas xD

Ada secercah Asa, ketika telah begitu lama Menenun..
Ketika namamu diketik di google, apa yang keluar? :)

Hal yang aku kerjain, dan ga pernah jenuh aku ngerjainnya ya NULIS. Maka bagiku sekarang, nulis bukan lagi sekedar hobi. Ia yang akan ku jalani susah senang, uang bukan jadi masalah. Dan ia adalah jalanku untuk menggapai syurgaNya. Insyaa Allah. Dengan nulis pula, aku bisa dong memeluk Aisyah R.A. Dan pastinya bisa bertemu nabi :)

Terakhir kak Dhira dari nasehat ayahnya Jamil Azzaini pernah bilang "Hidup itu seperti huruh ‘i’. Tugas kita sebagai manusia memberi garis, tugas Allah memberi memberi titik. Jangan sampai kita belum membuat garis, Allah sudah memberi titik (mati berarti hehe). Jadi selama belum menemukan passion, terus aja buat garis. Sampai suatu saat Allah memberikan titik di atas garis yang kita buat. Nah..pada saat itulah kita menemukan passion kita."

Semoga sharing kali ini bermanfaat :)
Hayoo..udah bikin 'garis'? Yuk, buat 'garis'mu segera! Agar segara pula di beri 'titik' olehNya :D



Penenun Asa
Membuat garis juga banyak coretannya,
tapi tetaplah buat garis, 
hingga akhirnya diberi titik olehNya:)

Sunday, May 29, 2016

Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi II
 Ini sesi chat lanjutan Doi yang curhat tentang Doski. Dan sesi sebelumnya bisa dibaca disini yaa :) >>> Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi




Tau kan, gimana keadaan orang yang lagi jatuh cinta? 


Cinta ini kadang kadang tak ada logika
- Agnes Monica
 
Lebih menggunakan perasaan dari pada logika. Maka secara otomatis, kejelekan sesorang tertutupi dengan cinta. Ya gitu sih, aku juga pernah merasakan hal itu. Hahaha. Dan yuk, kita balik lagi dengan kisah Doi. Ia yang awalnya 100% CINTA, kini tak ada lagi cinta itu. Logikanya naik ke kepala dan perasaannya turun ke dengkul. Wkwkw.


Makanan dicela, kan? Nah lho, padahal orang udah susah payah nyiapin makanan buat dia. Pantas aja cinta Doi ke Doski berubah seketika, kan?  Bagiku juga sama, karakter terendah seseorang adalah ketika dia suka mencela makanan. Kalau ga suka, ya ga usah dimakan, kenapa harus dicela segala sih? Nabi sendiri selalu santun dalam hal makanan, beliau mengajarkan untuk ga mencela makanan. Kalau ga suka, ya sudah diam aja dan ga usah dimakan juga! Dari pada mencelanya?


Aku jadi ingin nanya ke Doski gini “Tak tahukah kamu wahai Doski, esensinya suatu perjuangan? Makanan terhidangkan itu hasil perjuangan lho. Tahu pasti kan? Untuk jadi sebutir nasi itu perlu perjuangan. Tahapan yang panjang. Waktu yang lama juga. Aku tahu hal ini, karena ramandaku petani yang yang menggantungkan hidup dengan sepetak sawah. Aku tau betapa pontang pantingnya ramanda buat menghasilkan sebutir nasi itu.” Aku menarik nafas panjang, menunggu Doski berkomentar.


“Pengairan di sawah yang perlu dijaga, pupuk yang harus senantiasa diperhatikan, belum lagi hama wereng nakal yang harus dibasmi. Sesudah panen pun harus menunggu proses selanjutnya. Hei? Masih belum bisa dimasak? Belum! Masih ada proses selanjutnya, yaitu proses penjemuran, dan padi basah yang udah dipanen tadi dijemur, berhari-hari. Sampai kering.” Doski hanya membisu, angin semilir menambah bisunya obrolan ini.


“Tau ga Doski, menunggui padi yang dijemur sampai kering itu, ya ampun bosannyaa.” Aku berdecak sebal. “Aku pernah ikut ramanda jemurin padi. Aku kecil harus ikut mengalahkan panas matahari yang memanggang tepat diubun-ubun kepala. Dan padi basah tadi harus dibolak-balik. Udah gitu, ngeselinnya suka ada ayam atau burung yang dengan rewelnynya mematuk padi yang lagi dijemur tadi. Harus digurah juga kan?” lanjutku. Lagi-lagi Doski hanya diam.


“Kalau udah kering? Udah bisa dimakan? Belum juga! Masih ada lagi proses selanjutnya, yaitu proses penyelipan. Yakni membuang gabah dari bulir padi. Maka setelah diselip, baru deh bisa dimasak.” Aku menutup obrolan ini dengan senyum paling menawan kearah Doski. Ei.. O,O


Harusnya Doski dengar ini kan?


“Nah..segitunya perjuangannya. Masih belum bisa menghargai makanan? khususnya nasi? Lagian, ga setiap dari kita punya rezeki makanan kan Iz?” Doi mengirim pesan kembali. Aih..aneh, koq? Kan tadi aku ngobrolnya ma Doski kan?


“Nun jauh dibelahan bumi sana masih ada yang kekurangan bahkan. Nah ini? Malah mencela makanan! Udah untung disiapin, dengan seenaknya mencela.”


“Tau ga Doi, di KSR, kami diajari menghargai makanan. Menghargai tiap bulir nasi. Bakalan kena push up deh, kalau kami makan tapi masih tersisa nasi. Meski satu titik. Karena satu bulir nasi adalah 10x push up. “Makan, habiskan!” Senior kami mengajarkan begitu ketika Diklatsar. “Kalian ga tau rasanya kalau ga ada makanan! Dan relawan itu harus menghargai setiap makanan yang disajikan untuknya! Ga usah manya-menye!” .”


“Nah itu! Intinya dia ga bersyukur dengan adanya rizki kan? Ga juga menghargai perjuangan kan?”


“Tul!! Dan masihkah kamu mau mempertahankan si Doski?”


“Abeuhh..lupakan manusia tengil bin blagu kaya doski.”


“Hahaha.. Berakhir lha dengan baik dan semoga itu jadi pilihan yang terbaik!


“Pasti! Ga usah mikir lama-lama pokoknya. Oya aku punya quotes Iz, entar dibikin kaya yang di instagrammu itu yah."

"Quotes apaan?"

"Hmm..Hargai perjuanganku. Atau kamu kehilangan aku? Itu!" HAHAHA, quotes macam apa itu. "Eh..tenkyu bangets yah Iz, udah bersedia dengerin curhat recehanku. Berharga deh punya kamu..:*”

“Aihh..geli aku bacanya. :*”


Berakhirlah bukan karena
menghitung atau menimbang kesalahannya,
tapi karena prinsip dan integritasmu :)

Penenun Asa :)



Thursday, May 5, 2016

Jika
Bahkan jika ada yang bilang padaku bahwa AKU BISA, maka saat itu aku yakin bahwa "AKU MEMANG BISA!", meski keadaan ga sesuai logika sekalipun. Karena hidup ga sekadar logika dan analisis tajam, tapi ada 'hal lain' diluar jangkauan pikiran sehat kita. 😊
#QuotesThinking #jangankaku #DobrakMindset

Penenun Asa

Friday, April 29, 2016

Hari Yang Apaan Banget Dah!


Beberapa hari ini lagi rajin ke masjid. Entah kenapa masjid. Kali ini kebetulan hari ini hari kamis dan hari ini aku kebetulan juga lagi puasa senin-kamis. Kalau puasa senin kamis jadi ingat Wa’ku pernah bilang “Iya, rajin-rajin lha puasa senin kamis. Mahasiswa emang harus gitu..” Apaan, ini mau ngasih saran atau ngasih nasehat? Tanggung gitu kan? -,-

Jadi karena dosen ga jadi datang, padahal kami udah stay di masjid Uin dari jam 9 tuh. Dan aku sendiri ogah juga mau pulang kost. Baru sampai masa mau pulang lagi? Pasti kalau di kost, balik tidur lagi deh. HAHA. NOO! apaan, mentang-mentang puasa jadi seenaknya tidur gitu? Ga produktif gitu? Pokoknya harus dapat satu lembar ketikan apaan gitu. Maka jadilah aku mencoba ngerjain LPJ donor darah. Duduk ga jauh dari tiang tempat biasa belajar Sejarah Islam Asia tenggara, bersama Randa, Rapika dan Tari. Ngobrolin apa aja yang terlitas. Kami memilih ga pulang.

“Jadi kalian ga pulang?”

“Ga deh, enak disini. Sejuk.”

“Muiz ga pulang ke kost?”

“Ga juga deh.” Kataku sambil buka laptop. 

Randa masih sibuk dengan hapenya, gelisah karena ibu pembimbingnya belum juga memberi kepastian kepadanya, kapan mereka bisa berjumpa. Cieee..berjumpa, haha. sedang Tari telah lemah tak berdaya akan tiupan sepoi-sepoi yang datang dari sisi segala arah pintu masjid yang mampu memerem melekkan matanya. Dia sudah keboboan. Haha.

“Nonton, yokk..” Kata Rapika sambil melirik laptop yang tadi aku buka.

RAPIKAAAA, INI KITA LAGI DI MASJID LHO. YA SALAM. Aku memilih menganga dalam hati.

“Malaysia? Ada?”

“Oo..ga ada, hehe.” Salah sangka deh aku, kirain mau nonton film korea. Film korea ya, bukan yang lain. “Aku ga ngerti bahasa Malaysia, kalian ngomong aja aku masih suka garuk-garuk kepala, apalagi nonton film Malaysia yang gada translatenya gitu..” Alasan macam apa ini -,-

“Haha..kasian banget deh. Makanya belajar bahasa Ocu. Kaya Ami tu, udah pandai.”

“Hahaha..iya Ami pandai kan ya? Cepet kali dia belajar bahasa Ocu. Aku sebetulnya paham kalau kalian ngomong, tapi ga bisa ngucapinnya.”

Pada akhirnya, LPJ tergadaikan lagi. Meskipun niatnya mau difixkan hari ini haha. “Kak putri, please maafkan aku ya. Kak riki emsori ya, serius deh.” XD

“Ya temen Pika gitu juga Iz, orang Jawa juga. Dia ngerti Pika ngomong, tapi ga bisa ngucapnya. Haha.”

Aku mengangguk-angguk. Sama kaya bahasa Inggris, aku hapal rumus tense yang seabreg itu, dan aplikasinya dalam bentuk tulisan, tapi buat conversationnya? NOL BESAR. Gyahahaha. Mungkin karena aku bermesin kecerdasan Thinking kali ya. Iya kalee.

Sedang asik ngobrol, pemberitahuan BBM mengacaukan segalanya. Notif itu kami baca dari hape Randa. Hapeku sendiri udah mati sebelum bertanding -.- Pengumuman yang pada akhirnya, bapak bener-bener ga jadi masuk. “Welcome gembel kampus, selamat menggembel!” bentangkan tangan dan siap memeluk para gembel kampus, yang memilih ga pulang ke kost, pada jam tanggung begini. Rrr.. PHP -,-

Mbel Mimi menambahkan info lagi, bahwa aku diminta bertemu Bu Susi. Disinilah tragedi itu. Bu Susi adalah PAku. Huwaaa..ada apa ini? Tetiba ibu PA minta bertemu dengan anak yang dibimbingnya? Pasti Muiz punya dosa apa? Punya masalah besarkah? Hayoloo.. o,O

“Temui ga ya?” Kataku menggantungkan kalimat tanya pada 3 orang temanku tersebut. Aku menceritakan semuanya pada mereka.

“Temui aja, Iz. Bilang yang sebenarnya.”

“Ya, temui aja, ga apa-apa tuh.”

“Serius nih? Tapi aku rada ketar ketir sih..”

“Temui aja buk, hadapi aja. Kalau sampai ga ditemui hari ini, pasti akan makin runyam.”

“Ya, apalagi selasa kan, ibu masuk. Pasti pas ketemu hari selasanya, jadi berasa ga enak. Apalagi kan ibu udah minta ditemui dari kemarin.”

Aku menggigit bibir, mendengar saran-saran mereka.

“Yok lha temui muah, hadapi aja. Sampai kapanpun kalau ga dihadapi, ga akan pernah selesai dan berkahir.”

“Yuklah Iz, temui.”

“Aku bakal nangis ga ya?”

“Udah..temui aja, ga apa-apa tuh. Yuk muah Pika, kita temankan buk Muiz ke prodi” kata Randa, Rapika mengagguk.

Aku mengangguk. Mereka memegang pundakku dan kami melangkah keluar masjid. Tari memilih pulang, aku Randa dan Rapika beriring ke prodi. Randa dan Rapika ga ikut masuk prodi. Ternyata sampai sana, prodi dipenuhi teman-teman dari kelas sebelah yang konsultasi masalah proposal. Aku masuk. Ketika aku baru masuk, mata ibu Susi mengekor kearahku, untuk kemudian menangkap mataku. Aku ditanyainya, kemudian dinasehati. Cukup lama ibu itu memandang mata penyesalan diriku, sambil memberi pengarahan, saran yang mendamaikan. Aku yang salah, tapi bahkan bu Susi memaklumi aku. 

Ga panjang sih, tapi menggetarkan.Haru menyelimuti hatiku. Ya Allah..serasa ga sendiri di kampung orang, serasa punya orang tua, bahkan ketika tanpa aku minta T.T

Setalah berakhir, aku keluar. Ternyata Rapika dan Randa udah ga ada. Yaudah, aku balik lagi ke masjid deh, sambil sekalian dzuhuran dan sekali lagi nyiapin LPJ :) Lagi-lagi, memilih tiang yang sama, tiang yang tak terjangkau lalu lalang warga kampus yang mau wudhu. Sambil ngetik LPJ, merenung dengan kejadian barusan.

Hmm..Percayalah, selalu ada orang baik. Meskipun katanya 'orang baik mulai punah'. Dan selalu ada orang yang entah kenapa selalu bisa membuat hati si Thinking yang bagai besi, lumer karena lemah lembutnya seseorang. Bahkan mampu membuat nangis. Itu kenapa, Umar bin Khatab yang keras hati begitu, masuk Islam hanya karena mendengar adiknya membaca lantunan ayat suci. Mau sekeras apapun hati, dia akan terkalahkan dengan kelembutan. Jadi begitu ya, se-the power of-nya kalimat yang penuh kelembutan :)

Setelah berjamaah shalat dzuhur, aku ga beranjak juga untuk pulang ke kost. Malah memilih rebahan di tiang itu. Sambil dengerin radio. Aku? Sendiri? Tiduran di Masjid? Terkadang memang perlu sendiri untuk tenang. 

Katika aku bangun, jam menunjukan pukul 3 sore lewat. Huwaaaa, gilaaaa..aku beneran tidur di masjid nih??? Ya salam, demi apah?? Bisa-bisanya!! Manusia model apaan ini?? Gyahahaha. Bangun-bangun linglung melanda. Aku mengamati sekeliling, tidak seramai waktu dzuhur. Cuma beberapa yang masih tiduran. Seorang wanita sibuk didepan kipas angin sambil menunggui laptopnya yag dichas. Diujung lurus dari tempatku duduk, seorang cewe sedang membenahi kertas-kertas hvs, entah berisi apa. Ditempat lainnya, bebarapa memilih tiduran di sajadah masjid. Headsetku masih terpasang ditelinga.

Aku hendak mengemasi tas. Bersiap balik kost. Eh..tiba-tiba tanganku memegang secarik kertas. Dari siapa? Siapa yang dekat-dekat sama aku pas aku tidur tadi? Ya ampun, dia ngasih pesan apa? Jangan-jangan pas aku tidur tadi aku ngiler sana sini ya? Malu dongg..Ya ampun. Histeris hatiku sebelum membaca. Ternyata:
RAPIKA RANDAAAAAAA. Kalian, YA AMPUN TIDURKU? Tidurku kayamana? Ngangakah? Atau ngiler? Ngoaa... MALU! O,O


Pict By: Penenun Asa,
ucapan ultah yg bikin malu, tengsin sekaligus buat haru:)
 Hari yang apaan banget dah, sumpah. Nano-nano rasanya -,- 
Tapi aku punya puisi untuk hari ini, nih. Spesial buat kamu, dengan keju dan coklat manis haha



Ketika hari dimana terasa berat, nikmatilah..

Lihat disisi lain, nyatanya hal berat itu, akan ada hikmahnya koq :)

Ketika lelahmu, bahkan meski terbayar dengan senyum kebahagiaan

Bahwa ada yang bagitu memahamimu..

Memandang tidurmu sambil mendoakanmu

 Terimakasih yaa, kalian begitu berharga.. :)



Penenun Asa 

*Kalau lihat pemberitahuan ultah di fb,
berasa makin tua banget serius deh -,-
Masa udah 22 tahun, ya ampun.
Padahal kan udah 23 tahun, 2018 mendatang tapi :p
Tp terimakasih byk buat  manteman yg udah ngucapin ultah 
baik di fb atau dibbm, ada yg nyanyiin pke gitar segala lg :*
** BTW, ternyata Randa memeotret aku yg lg tidur di masjid,
nah itu fotonya di aplod di grup kelas. 
Dan apa komen manteman yang lain?
Pokoknya -_o



Sunday, April 3, 2016

Orang-Orang Berharga
Orang Berharganya Muiz ;)


Tahukah kamu, orang-orang yang berharga itu?
Yaitu orang yang ketika kamu melantangkan impianmu, maka yang teringat adalah kamu ingin membuktikan kemenangan dan membuat bahagia mereka. Btw, koq ini kaya cuplikan arti dari surat Al-Maun yaa, haha. 

Yup, orang-orang berharga. Dan bagimana reaksimu ketika mereka, orang-orang berhargamu telah begitu mendukungmu sedang kamu ada dititik lemahmu? Masa mau nyerah gitu aja?
Ketika kamu menyerah mengejar impianmu, kamu akan teringat mereka, kemudian tertunduk malu. “Ah..masa aku gampang nyerah gini? Ada mereka gitu lho. Malu dong aku nyerah gini, sedang mereka udah menyuport aku mati-matian.” Kira-kira begitulah kalimat yang keluar dari lubuk hatimu.

Kenapa bisa mereka? Mereka spesial. Dan spesialnya mengalahkan nasi goreng spesial :p
Nah..dalam pembuktian bahwa aku bisa nulis dan bakal konsisten nulis, aku punya orang-orang berharga. Baik secara langsung maupun ga langsung, aku merasa mereka memang begitu memotivasiku. Jadi ketika aku posting maupun lagi stuck dan ga posting, pasti deh yang aku ingat mereka. Ketika aku posting, aku ingat bahwa mungkin mereka baca tulisanku. Itu aja. Meski memang ga keluar pujian langsung dari mereka. Atau ketika aku ga posting, maka terbayang bahwa mereka ga suka dengan gaya aku yang ga konsisten nulis. Oya, foto ini pernah aku upload di facebook pada program 21hari, Goalku. Seperti itulah dan yap, mereka BERHARGA!
Dan inilah orang yang berharga:

Keluarga
Do’a keluarga adalah senjata menghadapi dunia perantauan yang keras. Ya, aku merasa lagi merantau soalnya wkwkw. Restu mereka berharga, doa mereka berharga. Dari sejak posting tentang ini, aku merasa, bahwa aku harus nulis dan terus nulis. Apalagi aku ternyata udah direstui buat mengembangkan hobiku ini. Meski kakakku reaksinya pas aku beli buku online malah bilang
“Modal buat jadi penulis mahal yaa. Bukunya juga mahal-mahal..-_-”
“Wkwkw. Mana ada buku yang murah kak..”
Meski nyeleneh gitu tapi itu artinya aku didukung. Aakk.. bahagianya, ya pokoknyah Nulis-Terus-Terus-Nulis :D

Sahabat
Sahabat. Ga usah ditanya kenapa sahabat. Sahabat-sahabatku itu ga beres semua. Yang beres cuma aku doang wkwk. Mereka itu hobi ngebully tapi tulus dan mendukung, ngangenin juga. Komentar-komentar mereka tentang tulisanku juga suka rada-rada aneh, tapi mereka berharga banget dah meski begitu. Haha. Dan mereka selalu enak banget diajak diskusi apa pun. Tiap diskusi bareng mereka bahkan mampu jadi inspirasi buat tulisanku. Yup, kalian berharga :)
Semoga aku juga berharga dihati kalian :')

Guru blogerku
Guru blogerku. Meski mereka tampaknya jarang online, tapi aku bisa membayangkan gimana pas mereka online terus baca tulisanku. Aku menyebut mereka guru blogku, karena mereka lebih dulu menulis di blog dari pada aku. Bagiku tulisan-tulisan mereka itu ciamik ga ada tandingannya. Karena seringnya aku membaca postingan mereka, maka aku memotivasiku untuk seperti mereka juga, nulis dan konsisten nulis diblog. Guru blog, kalian berharga!!
Dan orang berharga itu ya kamuu, yang ada digambar ituu.. :')


Penenun Asa
Trainer Integritas
Ketika kamu punya mereka :)

Saturday, April 2, 2016

Pasang Niat Terbaik
Guru kehidupanku pernah berucap "Ingin dipuji itu mampu melenakan, Iz."

Iya, benar adanya, aku pernah melakukan hal yang cuma ingin dipuji, aku ini ingin diakui. Ga tau kenapa, aku ingin membuktikan 'sesuatu' pada seseorang. Sebetulnya buat apa sih membuktikan sesuatu kaya begitu?

Ketika niat udah ga baik.
Ingin dipuji itu ga baik. Melakukan sesuatu karena ingin diakui juga itu juga ga baik. Sekali lagi buat apa sih? Kenapa ingin dipuji? Nah iya, kalau akhirnya kita dipuji, kalau ga? Gimana rasanya entar tuh? Udah cape-cape tapi ga dapat pujian? Sakit? Banget!

Sama ketika aku membatalkan buat ikut agenda mengajar ke pedalaman suku Talak Mamak yang diadakan Uin Suska Mengajar. Padahal nih, aku udah didukung sama mas Afid, mba Astin, juga Widya yang ngirim voice note lewat BBM dengan heboh, -yang aku hari masih ngakak kalau denger voice note Widya. HAHA-. Tapi aku berubah pikiran dalam satu malam, setelah perjalanan pulang dari desa Melebung. Padahal hari H keberangkatan sudah didepan mata tuh T.T
Berbagai pertanyaan mencuat dari kepalaku. Pertanyaan yang sakit. Aku mengintropeksi diri banget saat itu.
Aku ikut Uin Suska Mengajar buat apa sih?
Niatnya untuk apa?
Iyakah tulus mau mengajar di pedalaman? Betulkah tulus mau mengabdi di pedalaman sana? Bener tuh?
Apa cuma mau dibilang keren biar bisa bikin status "my trip my adventure" seperti penjelajah bumi Allah yang lain?
Ingin dipuji ?
 
Nah lho..

“Jika iya gitu, maka perbaiki niatmu Iz. Kalau hanya ingin dipuji maka kamu ga bakal dapat apa-apa. Cuma cape, iya cape! Karena kamu menjalaninya bukan karena Aku, bukan untuk mencari ridha-Ku.” Allah serasa benar-benar keki denganku malam itu.

Alhasil, karena niatnya mungkin udah ‘salah alamat’, maka aku beneran ga mendapat apa-apa selama ikut pelatihan sebelum keberangkatan ke pedalaman. Padahal setiap hari aku datang, duduk manis memperhatikan, nyatat juga. Tapi ilmu yang diberikan bu Fajri, bang Firman juga bang Reza, sadar atau tidak sadar, ga pernah masuk di otakku. Padahal ilmu yang mereka bagikan itu penting semua lho! Ilmu-ilmu tersebut serasa menguap di kepala, untuk kemudian, hilang! Dan satu hal lagi, aku ga bisa langsung kompak sama orang-orang yang ada di organisasi itu. Koq bisa? Jadi, serasa ga berkah gitu?

Disitu aku sadar, bahwa niat itu yang paling utama kalau mau ngerjain sesuatu. Ketika niat kita baik, maka jadi baiklah apa yang kita kerjakan, Allah ridha, dan Insha Allah akan mendatangkan hal baik pula pada kita. Pun berlaku sebaliknya. Ketika orientasinya udah ga benar, bukan untuk ridha Allah, maka hasilnya ga benar juga, yang didapat pun ga optimal. Ketika niatnya bukan karena Allah, maka Allah ga ngasih kita apa-apa, kecuali kesia-siaan dan kelelahan

Maka ketika itu aku bener-bener tobat deh! Bukan tobat ga ikut kegiatan di kampus. Tapi tobat untuk selalu memperbaiki niat sebelum ikut kegiatan apapun. Juga tobat untuk ga ingin dipuji lagi. Dan mulai sekarang, ketika aku ikut sesuatu, maka aku siap-siap, pasang niat tulus, niat terbaik karena Allah. Simple, sama seperti halnya Habiburahman yang menulis buku Api Cinta-nya, beliau menulis untuk umat dan hanya ingin mendapat ridha Allah. 

Dan tau ga sih? Aku mendeklarasikan diri untuk menjadi TRAINER. Maka ketika aku memilih menjadi Trainer, aku memasang niat terbaik, bahwa aku ingin mendapat ridha dari Allah, aku ingin membantu banyak orang, menjadi jalan untuk banyak pribadi yang 'krisis' keintegritasan dimasa sekarang. Garis bawah pakai tinta merah deh itu ya, boldkan juga kalau perlu. Wkwkw

Jadi trainer itu ga mudah. Nah meski ga mudah, karena niatnya udah baik kali ya, entah kenapa Allah selalu memudahkan aku, mulai dari paham belajar slide, dimudahkan beli buku-buku penunjang, mudah juga berakrab dengan teman-teman trainer. Juga didoakan oleh orang-orang terdekat :')
Melakukan kegiatan? Yuk, pasang niat terbaik kita! 


***

Mohon doanya sahabat pembaca setia blog ini, saat ini aku lagi meniti jalan, belajar untuk menjadi trainer di Wira Trainindo, juga lagi mengikuti program 21 Hari Menjadi Trainer, semoga Allah memudahkan aku untuk jadi seorang trainer :)

Ya Allah, tinggikan ilmuku,
bantulah aku untuk membagikan ilmu yang telah Engkau beri kepada orang banyak, dan rendahkan hatiku sedalam mutiara di lautan.

Penenun Asa
Trainer Integritas
Lautan dosaku Ya Allah, 
ampuni aku..

Friday, March 11, 2016

Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi
Alasan sederhana terkadang mampu membuat seseorang untuk jatuh cinta. 
Pun alasan sederhana juga mampu mengubah cinta menjadi jadi tak cinta. 
Alasan sepele, yang bahkan kita terheran-heran mendengarnya.

Nah..aku dapat curhatan dari seorang teman kalau masalah ini. Doi, sebut saja dia Doi, untuk pihak perempuan dan panggil Doski untuk si pihak laki-laki. Si Doi ini pernah terjatuh dalam jerat pesona si Doski. Doi suka banget sama Doski. Apa sih yang buat Doi suka dengam Doski? Tampan? Yup betul. Baik? Iya baik juga. Mempesona sebagai lelaki. Bisa dibilang, Doski cinta matinya Doi. Doi berharap kalau Doskilah pangeran yang menemani sisa hidupnya kelak. Pokoknya 100% C-I-N-T-A. Abeuhhh..-,-

Tiba-tiba ga ada petir ga ada hujan, presentase rasa cinta Doi dari 100% turun drastis menjadi 0%. Seketika itu berubah? Nah lho..kenapa nih? Apa sebab cinta Doi berubah mendadak gitu? “Dia mencela makanan didepan mataku coba!! Didepan kami semua!!” Emosi diujung huruf chatnya. Oh..jadi..

“Emang masakan yang dibuat kalian itu gimana sih rasanya? Ga enak atau gimana?” Aku bertanya menyelidik.

“Enak percaya deh, yang lain bahkan memuji masakan yang kami siapkan Iz. Cuma dia, yang dengan sadisnya mencela. Ga banget kan?”

“Becanda kali dia?” Kami ini ngobrol di chat, tapi berasa tatap muka langsung gitu.

“Becandanya dia mah aku tau. Ini dia jelas mencela!” *Emot tinju*

“Jadi?” *emot mikir keras*

“Bisa dibayangkan kalau Doski jadi suamiku kelak. Aku yang ga begitu expert masak, bisa masak sih, tapi ga begitu expert, terus aku nyiapin makanan buat dia, dia bakalan mencela makananku juga dong? Doski yang mencela makananku kelak, doski yang ga menghargai perjuanganku untuk bisa masak kelak. Bakalan riweg dah! Bisa dipastikan, hidup berumah tangga bareng dia bakalan ga menyenangkan, karena kami ga sama-sama belajar, ga saling mendewasakan, ga bisa juga saling menghargai. Mending kalau dia bisa masak juga kan? Ini..udahlah makan aja kerjanya, ga pula bisa masak, ehh..mencela segala! Kalau dikritik sih oke, tapi ini langsung dicela. Sakit dong. Terus..aku harus berlanjut? Ogah! Aku memilih mundur Iz! Dari hal sesimpe kaya gitu, kita bisa nilai kepribadian seseorang kan?"

Aku ternganga membaca huruf demi huruf balasan chatnya. Dia berfilosofi panjang lebar. Bisa dibayangkan betapa kekinya Doi diujung sana mengetik curhatannya itu.

Nah..kira-kira aku harus ngasih masukan apa ya sama Doi? Ada ide? Hmm..
Kelanjutannya disini:D >> Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi II

Penenun Asa
 Simple, tapi riweg

Thursday, March 3, 2016

Langit Biru
Disudut Google


Awan yang tersingkap, enggan berlama-lama disendunya
Cerah, dengan warna langit yang yang membiru..

Kamu, 
Ku eja namamu.
Aku bergetar..
kupejamkan mataku
Hmm..ini rasaku saja..
Kamu,
telah membayangi langit, 
mengalihkan pandangan bagiku

Apa pun, jalan ini terus berputar
Mengisahkan realita
Tak perlu resah,
angkasa 'kan menjadi saksi, bagi diriku dan dirimu

Aku,
Sudiku, tak begitu mendambamu
Rela, meski relungku tak demikian
Tak peduli bagimu, bagiku tetap begitu
Aku, 
Enggan lagi mengeja namamu
Sejatinya tak mau mambayangi langit biru dengan awan

Bukan asa yang hilang,
Karena setahuku, langit masih bergradasi biru
dan semakin membiru diujungnya
Kontras sekali dengan mata teduhmu, yang dibayangi awan
Dan aku kan terus memandang cerah birunya
Bila perlu ada kamu juga, disini..
Melukis cerah birunya langit..







Penenun Asa
Pekanbaru, 28 Feb 2016
*Terinspirasi dari lagu Dua Manusia ost Perahu Kertas - Dandy Mikes