Monday, December 28, 2015

Aku Harus Gimana?

Beberapa hari yang lalu, sahabat baikku menasehatiku panjang lebar. Panjaaaaannggg dan yang paling aku garis bawahi adalah sarannya buatku biar ga terlalu fokus organisasi. Ya organisasi.  Katanya nih, gara-gara organisasi, aku yang sampai jarang pulang kampung pas temen-teman yang lain pulang kampung (1). Aku yang sering ga masuk kelas, padahal mata kuliah yang penting banget (2). Lagi, jatuhku kecelakaan kemaren bahkan dikaitan dengan kefokusanku dalam organisasi(3). Nah lho, ada 3 bukti nyata kalau aku katanya terlalu fokus organisasi. Ya ampun iyakah aku terlalu fokus organisasi? Jahat banget ya, menyalahkan semua ke organisasi? -,-

Ah masa sih, aku terlalu fokus organisasi?

Betul, aku udah banyak ngambil cuti. Ya alasannya memang buat organisasi. Ga ada alasan lain. Aku sampai ga pulkam, hanya buat organisasi. Aku ga masuk kelas juga buat organisasi. Karena diorganisasi juga lagi banyak kegiatan. Nah..gimana dong kalau dikegiatan itu kita ditunjuk jadi panitianya? ga tega dong ya kalau ditinggal gitu? :(

Oke, aku jabarin satu per satu deh. Yap welcome di blog choeriah muiz, haha. Bersiaplah denger ocehannya yang kalo udah cerita pasti panjang lebar haha. #kembalikelaptop. Untuk masalah kuliah, kadang aku sadar sih, kalau kuliah itu yang harus diutamakan. Organisasi adalah selingan. Iya gitu. Alaminya gitu. Tapi kata mereka, aku berasa lebih mementingkan organisasi dibanding kuliah. Rela-rela absen banyak buat organisasi. Kata mereka, udah seharusnya aku kembali ke planning awal buat kuliah. Yaitu FOKUS KULIAH dan jadikan ORGANISASI sebagai SELINGAN. Kata mereka..mereka berkata..yang dibilang mereka... bla bla bla.

Nah..mungkin disini aku mau ngasih pembelaan, karena aku merasa seolah dimata mereka hidupku dan pilihanku hidupku salah, aku tersudutkan  xD *pengacara mana pengacara*.

Ya aku memang jarang pulkam. Simple aja, mas Taqin pernah ngasih petuah gini ke aku,
"Gausah sering-sering pulkam, jadilah perantau yang sukses."

Pesan yang diucapkan pas aku semester 1 ini, mampu buat aku 'betah' di kost. Meski pesannya seolah jahat, ga ngebolehin pulang kampung meski kangen atau pengin bersua dengan yang di kampung, tapi aku merasa, ada arti lain yang terkandung di balik petuah itu, yang kalau aku jabarin gini:
"Gausah sering-sering pulkam Iz. Belajar mandiri, gausah manja! Kalau kamu sering pulkam, tandanya kamu masih cemen menghadapi hidup!" #aaa #jleb
"Gausah sering-sering pulkam. Belajar banyak hal diperantauan. Ambil segala ilmu. Kelak hidupmu harus lebih jaya dari kami kakak-kakakmu" #sungkem
"Gausah sering-sering pulkam. Kami khawatir denganmu ketika kamu dijalan" #mewek
"Gausah sering-sering pulkam. Hemat duit, pulkam itukan lumayan ngabisin duit banyak. Jadi dikost ajalah xD" #argh
"Gausah pulkam. Malesan pun kalau udah dirumah" -_-

Ahahaha..kayanya sadis ya. Sepanjang itulah maksud kalimat dari "Gausah sering-sering pulkam, jadilah perantau yang sukses." Gagara kalimat itu, ga ngerti kanapa, aku pun otomatis betah di Pekanbaru. Gausah dijelaskan gimana, secara kalau kakak-kakakku dan mas-masku yang ngasih petuah, emang gitu, otomatis banget aku langsung terhipno. Bisa gitu ya? Atau memang petuah mereka mengandung doa yang mustajab buatku? Wallahu a'lam. Dan petuah mas Taqin adalah alasan pertama kenapa aku ‘terlalu fokus' organisasi :')

Terus aku harus gimana dong menanggapi pernyataan mereka sahabat baikku itu?

Pada akhirnya aku pulkam juga, libur maulid nabi dan natal kemaren. Ngehadirin  pernikahan pernikahan sahabat SMA. Meski sebenernya aku masih dengerin mas Taqin's Petuah ahahaha. Terus juga di minggu-minggu ini, banyak banget tugas diorganisasi yang harus disiapin, tapi aku tetap bela-belain pulkam gaes. Ya..aku pulkam juga.
Jadi aku tetap harus gimana? :D
Kasih dong pendapat kalian mengenai pernyataan sahabatku diatas? :D
Salahkah aku? :D

Penenun Asa

Wednesday, November 25, 2015

Teman Satu Sekolah
Oke, sebenernya hari ini aku lagi stuck banget. Sok-sok kaya penulis hebat kehabisan ide gitu ahahaha. Ya deh, amini aja deh! Biar ane bahagia xD

Jam menunjukan pukul 23:34. Yaelah, update banget ya masalah jam haha. Ya gitu, aku gagaruk kepala mau apalagi yang hendak dikerjakan. Padahal banyak banget yang harus dikerjakan buat malam ini. Harusnya sih belajar buat besok, karena besok UTS Bimbingan Konseling, UTS Sejarah Kebudayaan Islma, udah gitu di jam ketiga harus simulasi matematika yang belum lagi materinya yang bejubel ga aku pahami-,- Wow, memang full gitoloh, dan aku sampai ga tau yang mana dulu yang harus dipelajari. Ya Allah, tolonglah hambamu yang bukannya belajar buat besok, eh tapi malah update blog ini -,-

Memang iya, bukannya belajar, malah iseng colokin modem. Niat awalnya adalah mau searching materi pendukung buat simulasi besok. Dan ente tau? materi yang dicari yang keluar entah apa-apa. Aku pun dibuat makin ga paham mantengin materi yang kaluar di google buat simulasi besok. Terus UTSnya gimana? ga belajar? Tenang, BK itu kan hampir mirip sama psikologi, dan ga usah ditanya betapa hepinya aku kalo belajar psikologi, untuk itu mohon jangan dipermasalahkan haha. Intinya ngarang bebas aja gitu. kalau UTS SKI, semoga ada keajaiban. Wkwkwkw. Untuk anak usia dibawah umur, mohon jangan tiru adegan tersebut -,-

Ya barangkali materi penunjang simulasi ga dapat, jadi lah buka facebook. Anehnya aku terjebak pada media sosial yang perusahaannya berkantor pusat di Menlo Park, California ini. Betul, facebook. Tau ga, aku tiba-tiba aja diarahkan buat menelusuri nama-nama temen satu sekolah di SD yang udah lama ga berjumpa. Stalkingnya sampai jauuuuh banget. Aku juga ga paham, bisa gitu kan? Semacam intuisi yang ga aku ngerti maksudnya apa. Ya pokoknya aku ga paham lah ._.

Setelah ditelusuri itu, koq aku banyak ga mengenal wajah mereka ya? Oke, dari nama aku kenal deh. Tapi koq wajahnya? Itu siapa? seriusan itu temen SDku? Hei, hei..ya itu temen SD kamu. Iyalah. Udah berapa tahun yang lalu ga ketemu mereka coba? Berapa tahun yang lalu, sejak kamu meninggalkan desa mungil nan asri bernama Kalilutung? Yup, terhitung tahun 2007 dan sekarang 2015. Pastinya mereka udah berubah dewasa. Nah dari yang aku unyu sampai sekarang udah jadi anak kuliah yang malah makin unyu, haha, ya gitu diriku berubah dan dirinya pun berubah jua. Hemm..iya kan? Ingatan masa lalu sengaja ditajamkan buat mengenali raut wajah baru yang udah lama lost kontak. Akhirnya mampu mengenali juga wajah mereka haha. Aku langsung minta pertemanan sama mereka :D

Dari situ aku dapat informasi, ternyata teman-teman satu sekolah di SD dulu udah banyak yang berubah. Yups, pasti dongs! Bukan cuma dari segi fisik, tapi kehidupan mereka pun berubah. Dari beberapa teman banyak yang Alhamdulillahnya udah sukses. Ada yang masuk TNI, calon PNS, bidan, anak band ada juga dsb. Bisa dibilang, karirnya bakal bagus dan cemerlang. Aku sampai terheran, ga nyangka dan ga menduga, ternyata yang pas SD aku liat bukan siapa-siapa, ternyata bisa sekeren itu sekarang. Ya ampyun, takjub juga kan? Yang memang di SD udah pintar sih, ga heran kalau sekarang hidupnya cemerlang, tapi ini mereka yang ketika SD ga pinter-pinter amat, ga 'terlihat dimata' eh..sekarang bisa deh nasib dan hidupnya sekeren itu, ckckckc betapa okenya O.O

Tiba-tiba, aku inget aku inget petuah dari dosen disemester 3 "Setiap anak punya potensi, Jangan pernah anggap anak itu bagai botol kosong yang perlu diisi" betul banget! Setiap anak itu punya kelebihan, punya potensi, dan bakat. Ketika dia ga berbakat dipelajaran, pasti deh dia punya potensi atau kelebihan dibidang lain dan yang harus guru lakukan adalah bukan cuma ngasih pengetahuan seolah menuang air kedalam botol, yang ketika air teh dituang, jadilah terisi air teh, ketika air putih dituang berisilah air putih sampai tumpah-tumpah bahkan. Tapi gimana caranya guru mampu menyingkap intan mutiara potensi anak. Hemm..berat. 

Itu kenapa, aku sangat menghargai seseorang dengan bakat unik meski ga hebat di IPK atau nilai. Aku malah lebih banyak belajar sama mereka dengan bakat dan potensi unik dari. Sadar deh ya, terkadang nilai hanyalah sebuah nilai, tapi kesuksesan dan nasib baik seseorang siapa tau? Ingat betul deh Bu Fariah guru PAI SD pernah bilang "Ibu ga akan tahu nasib kalian seperti apa besok, bisa jadi kalian yang duduk disini adalah calon bupati, polisi, istri dari lurah, kalian yang keliling dunia. Karena nasib kalian siapa yang tau?"

Pada akhirnya, ga sia-sia juga sih kalau sampai stalking facbook berlama-lama, sampai begadang juga. Ada yang aku dipelajari, ada hal yang sebagai bahan perenungan dan yang paling penting buat aku adalah ada yang di TULIS!! Bantu doa ya buat ujian aku esok. Moga ada kejaiban dibalik harapan AHAHAha #pentungnih


Penenun Asa


Monday, October 26, 2015

Ngumpulin Seni

Duduk dipojokan, bangku paling belakang. Kami para gembel. Sempit, brisik, berserak sampah kertas koran dan origami. Mbel Cipeh, mbel Cik pia, dan Fije duduk dibelakang, sedang aku dan Aurora dedek duduk dibangku depan mereka. Sstt.. sebentulnya aku kurang ikhlas panggil dia Aurora, yang lain gembel semua, dia sendiri yang nama panggilannya paling manis. Ah..sudahlah, ikhlaskan aja -,-

Aku lagi asik ngamati desma buat bulat-bulat dari kertas koran buat kotak tisunya, tak lagi memperdulikan Pak Suryono yang masih antusias memotivasi kami untuk berkreasi lebih kreatif. Ya hari ini kami diminta mengumpulkan tugas seni sama bapak dosen. Ga ada petir ga ada hujan. Tetiba aja diminta ngumpulin kaya begitu. Beberapa teman, ngerjain dikampus. Ya kami-kami ini yang duduk dipojokan sebagai tersangka paling rajin ngerjain tugas di lokal xD

Eh..mendadak teman-teman sekelas  bersorak kriuk renyah. Melongok kearah depan, itu suara rame si Ongah Elvi beserta rombongan sebelah kiri. Dan walahhh.. ternyata wayang buatanku udah ditangan pak Suryono.

"Itu punya si khoeriyah paakkk!" Seru si Ongah Elvi. Pak Suryono membolak-balik wayang kertas buatanku. Menggerakan lidi-lidinya.

"Itu paling unik pak. Wayang!"

Aku langsung terperangah liatnya. Siapa yang nyodorin itu wayang? Koq tetiba udah ditangan bapak gitu? 
Oke, dan aku langsung ditanya2 sama si bapak. Lama bapak ngamati wayang itu.

"Ini buat sendiri?"

"Ya paakk.."

"Oo...gambar sendiri?"

"Ya pak"

"Kamu anak dalang ya??"

"Ha!" Menoleh ke Dedek yang masih sibuk potong-potong koran. "Apa kata bapak dek?" Si Dedek sama sekali ga gubris. "Iyya pakk." Asal jawab. Pak Suryono manggut-manggut doang. Tanda ga ngerti, ga jelas atau ga masuk akal sama jawabanku? Entahlah. Maafkan kami yang ga fokus pak xD

Yang lain sibuk komentar ga jelas xD
"Pssst..Lha emang mbah muiz anak dalang ya mbh?" Bisik mbah elin sama mbah Ilma

"Lha entah" jawab mbah Il sekenanya.

Setelah semua dikumpul. Kami dikasih arahan. Cukup oke semua kreasi kelas kami. Yang jelas, kami diminta berkreasi sendiri sekreatif mungkin. KREASI SENDIRI. Bukan dia yang beli atau dibuatkan. Masa sih, kreasi dari kertas pake acara beli? Apa aja bisa dibikin lho. Noh, banyak banget contekan digoogle. Buat sendiri dan ga harus beli! Padahal bapak bahkan ga menatapkan standar yang tinggi buat tugas kami ini

"Bawa kreasi kalian yang terbuat dari kertas! Minggu depan kumpul!" Kata bapak minggu lalu.

Yap, kelas kami langsung action buat tugas. Ya meski ada juga sih yang buat tugas di lokal HAHAHA

***

Media yang terbaik untuk anak SD adalah yang sederhana. Yang sederhana tapi bermanfaat tentunya. Itu kenapa aku pilih media wayang ini. Apalagi anak sangat suka diceritakan. Sedang bercerita adalah metode yang baik untuk merangsang perkembangan imajenasi anak.

Untuk itu, sebagai calon guru SD, penting bagi kami belajar ini. Gmana caranya kami kelak harus menyajikan pembelajaran yang sekreatif dan seunik mungkin biar anak tertarik buat belajar. Aku pribadi,  suka kagum sama kaum muda tapi udah jago mendalang. Mendalang itu kalau bahasa anak mudanya sih story tellingHaha..iya ga sih? Nah..tapi ini story telling dengan media wayang :D

Sebagai guru, aku juga harus mampu story telling di depan anak-anak. Apa yang diceritakan? :D


Penenun Asa

Tuesday, July 28, 2015

Malam Narasi OWOP 3
Photo By: Malam Narasi OWOP 3
   

Waaahh..asik nih, grup whatsapp OWOP udah mulai aktif lagi, setelah sekian lama dianggurkan dalam anggur *eh. Jadi ini adalah tantangan pertama menulis di grup watsap owop setelah libur puasa. Senin malam adalah  malam narasi.
Ada yang tahu malam narasi itu apa? Memang apa?
Jadi malam narasi owop  itu adalah malam dimana admin owop bakal post sebuah gambar, yang nantinya gambar itu bakal dinarasikan oleh semua anggota owop. Dan itu gambar boleh di narasikan sebebas-bebasnya oleh anggota owop. Mau buat cerita komedi, puis, apapun deh. Eh, walaupun boleh diimajenasikan sebebas-bebasnya, tapi ada waktunya. Diluncurkan dari pukul 08.00 malam sampai pukul 00.00.
OWOP Enie Handyas is typing...
OWOP Tiara is typing...
OWOP Uways is typing...
OWOP Faishal is typing...
OWOP Julia is typing...
Send! Send! Send!  dan terkirim. Mana kejte badai semua tulisan mereka. Gila deh, merekaa!! Koq bisa-bisanya baru dapat gambar langsung bisa bikin tulisan. Otak mereka terbuat dari apa coba?  Encer banget deh ya mereka. Udah gitu mereka pada sok ga bisa, padahal pas tulisannya udah di postkan, widiiihh, ga ada tandingannya O,O  #takjub
Sampai jam 9 malam aku belum nulis apapun. Huaaa, aku mau nulis apaan nih?
Dan itu berasa banget meres otaknya. Apalagi pas mau nulis, diajak ngobrol sama temen kost. Rada-rada emang ini mereka. Nah, akhirnya siap juga tepat jam 11.08. Tapi...koq geje gini ya? Edit lagi, corat coret lagi bukunya. Edit mengedit pun selesai tepat aih 11.48. Dan post. Pas ngeselin adalah ketika mau ngepost ternyata jaringan macet-macet. Aihhh..-,-
Biarkan imajenasi kalian bebas, hingga terbang bebas menjadi ukiran aksara :)


Nah..ini dia tulisan yang aku post di malam narasi owop 3 :)

Mimpi Kita
 
Kamu pernah bermimpi, memimpikan hal yang paling indah dimasa kecil, di tepi danau itu. Selalu, di tepi danau itu. Hei, bukan hanya kamu yang bermimpi! Aku juga! Kita, aku dan kamu. Kita, kakak beradik. Aku adikmu, kamu kakakku.

“Dek, lihat disanaa..!” Serumu. Aku mengikuti arah telunjukmu yang mengarah ke ujung danau. “Suatu hari nanti, gedung disana, kita yang akan memilikinya.” Aku tertegun mendengar celotehmu. Melihat dengan bangga Kakak kesayangan yang luar biasa imajenasinya.

Nun jauh disana, di ujung danau, terlihat gedung-gedung menjulang tinggi. Gedung yang paling tinggi adalah favoritmu. Kamu berceloteh tentang ujung danau itu. Memimpikan hal yang tinggi. Dan entah kenapa, ujung danau itu selalu membuatmu terkagum. Entah daya tarik apa, yang membuatmu selalu menarikku untuk bermain dipinggir danau, duduk di bawah pohon, seraya memandang jauh ujung danau.

Dan kali ini, kamu mengajakku bermain lagi di tepi danau.
“Dek, bantu kakak nyusun balok-balok ini ya.” Kamu mengeluarkan balok-balok kecil kayu dari dalam tas sekolahmu.
“Untuk apa ini kak?”
“Ini akan kita buat replika gedung ituuu.” Katamu sambil menunjuk gedung favoritmu dengan antusias. Kemudian kamu mengangkat meja kayu kecil dari rumah kita.  Dan kita mulai menyusun balok-balok itu diatas meja. Kamu begitu bersemangat, sampai pada balok yang tertinggi, tangan kita tak sampai untuk meletakkan balok terakhir.
“Kak, naik pohon aja!”
“Aha! Kamu pintar dek!”
Dengan cepat, kamu menaiki pohon itu. Tanganmu hampir sampai meletakan balok terakhir di gedung balok tertinggi yang kita buat. Tiba-tiba..
KRAAAAKKKK!!! BRAAKK!!!
Batang pohon yang kamu injak ternyata telah rapuh.
“Aaaaakkk kakaaaaakkkk...!!” Pekikku. Aku meraung sejadi-jadinya.

Kamu terjatuh, tepat diatas meja berisi balok balok tinggi. Terjatuh dengan posisi kepala lebih dahulu mendarat. Balok-balok itu roboh dan berserak. Raunganku membuat penduduk membantu. Aku hanya terduduk lemas, menyaksikan kakakku yang telah bersimpuh darah tak berdaya yang sekarang digotong penduduk.

“Maafkan aku kak. Harusnya aku tak menyuruhmu naik ke atas pohon untuk meletakkan balok itu.” Tangisku. Ibu datang, memelukku sambil menangis. Rasa bersalah yang menjadi-jadi yang membuatku tak sadarkan diri.

                                        *   *   *

“Aku sekarang disini kak. Tempat dimana kita pernah memimpikan ini dimasa kecil kita. Aku disini kak, di gedung favoritmu.” Aku tergugu sambil memandang ujung danau dari atas gedung ini.


27.07.15 11.48pm
Penenun Asa
Malam narasi One Week One Paper

Saturday, July 4, 2015

Tragedi



“Mbak kenapa? Koq diem aja? Tadi perasaan sebelum naik pesawat, rame banget deh ngobrolnya.”
“Ra..mbak mual. Tapi mbak ngga bawa plastik buat tempat mabok” mbaknya Ra memegang perut, kemudian memalingkan wajahnya ke jendela pesawat.
“Ya ampun mbak. Kenapa ngga bilang kalo mau mabok!” kening Ra berkerut.
“Oalah..jangan keras-keras gitu tho bicaranya. Mbak maluu!”
“Iya..iyaa.” Ra cekikikan.
“Ini gimana dong. Mbak udah ngga tahan.  Kamu bawa koyo cabe ngga?” kali ini mbaknya Ra berbisik. Ra menggeleng ke mbaknya.
“Ini lho mbak. Di saku jok depan ini ada kertas ini nih. Nah..kertas ini bisa buat tempat sampah, bisa buat tempat mabok juga. Nanti, kalo kertas udah terisi, kita kumpulkan sama mbak pramugari.”
“Oalah..mbak kira kertas oksigen. Ituloh, yang kalo tekanan udara dipesawat kosong, kita bisa bernafas pakai kertas ini. Sini! Mbak mau ini nih....”
Ra pucat pasi melihat mbaknya.


Penenun Asa
Ditulis untuk mengikuti Prompt #83 Di Dalam Pesawat yang diadakan oleh @MondayFF



Wednesday, June 17, 2015

Masak Bareng Ibu


“Bu, ini potongan bawangnya udah cukup nih segini?”

Ibu yang sedang mengaduk opor kambing, menghentikan kegiatannya sejenak “Boleh ibu liat dulu?” Bibirnya bergumam kecil, sambil menujuk kearah sayuran, mengira-ngira dengan akurat. Agar masaknnya pas. Kemudian jari telunjuknya diletakkan di bibirnya. Aku masih menunggu jawaban dari pertanyaanku tadi. Tiba-tiba alisnya naik “Nak, bawang putihnya ditambah dua butir lagi, bawang merahnya lima butir lagi cukup”

“Oh, oke buu”. Aku kembali sibuk mengiris bawang.

Hari ini kami akan membuat sambal kering. Menu kesukaan keluarga ketika lebaran. Dan biasanya kami akan mempersiapkan masakan ini dua hari sebelum hari lebaran. Aku begitu suka sambal kering buatan ibu, karena menurutku, sambal kering buatannya adalah yang terbaik dan terenak sedunia. 

“Nah, kalo bawangnya udah diiris semua, tolong bantu ibu lagi boleh?”

“Yap siap boleh! Bantu apalagi bu?”

“Semangat betul” ibu tersenyum. “Nanti ketupat yang udah ibu angkat tadi, kan udah adem tuh, tolong diikat yaa. Dibikin lima buah aja tiap ikatannya yaa..”

“Oke kalo gitu bu. Laksanakan! Hehehe. Setelah ini apalagi? Katakan apalagi yang harus aku bantu bu?”

“Mmm..untuk sekarang, itu aja dulu yang dikerjain nak. Terimakasih udah mau bantuin ibu yaa.”

“Ya bu. Aku senang bantu ibu. Aku ingin seperti ibu. Ibu pintar masak, ibu yang sholehah, penyayang, sabar, rajin, juga lembut” Aku meringis lebar. Ibu tergelak melihat gigi-gigi mungilku.

“Alhamdulillah kalo ibu dimata kalian seperti itu. Ibu berharap mampu menjadi panutan buat anak-anak ibu. Dan ibu ingin abadi dihati kalian, walaupun ibu udah ga ada kelak.” Aku mengangguk tak mengerti. Kakiku berlari kearah ketupat yang telah ibu tunjuk. Mengikatnya dalam ikatan lima buah.  :)
 

Kamis, 11 Juni 2015
00:04:23
Penenun Asa

Sunday, June 7, 2015

Dekap Susahmu Dalam Berjuang

Ga perlu koar-koar sama siapapun, kalo kamu lagi berjuang mengejar sesuatu. Mengejar mati-matian untuk suatu harapan yang baik. Ga perlu dikatakan. Toh jalanmu ya hidupmu. Jalan mereka ya hidup mereka. Gini aja deh, simplenya, mimpimu ya mimpimu, ga perlu digembor sana gembor sini. Buktikan aja :P

Kalo kata Nur Amira Hakiki temen di BBM pernah bikin PM gini "Jangan biarkan orang lain tahu susahnya kamu berjuang! Dekap susahmu, luahkan semua dalam sujudmu." Itu artinya, orang lain ga perlu tau masa susahmu, curhatkan aja masa susahmu sama Allah lewat sujud malam panjang. Lihatlah perjalanan indahnya.

Jadi, kabarkan aja pada mereka setelah semua hal yang kamu kejar tercapai. Setelah masa susahmu berakhir dengan kejayaan. Setelah berlelah letih itu berganti dengan senyum bahagia. Ceritakan pula masa susahmu ketika kamu naik. Buktikan dengan bukti nyata, bahwa kamu telah berhasil berjuang. Dan hatimu harus tetap rendah walau telah melewati susahmu dan manaik tinggi ;)


Penenun Asa
Dimanapun tempatnya inspirasi selalu mengena ;)

Monday, June 1, 2015

Hei! A New World!

"Jadi kamu harus melawan ayah dengan ambil jurusan seni lukis!?" Ayah bertanya padaku dengan mengepalkan tangannya. Suasana amat tegang di ruang keluarga hari ini.

"Maaf yah, maafkan Anind. Tapi Anind sama sekali ga yakin di fakultas keguruan. Apalagi ambil jurusan fisika yaah" Aku menunduk. Tak berani memandang air muka ayah. Ibu yang duduk disamping ayah hanya terdiam membeku.

"Jurusan fisika itu amat dicari disini. Apa salahnya kamu coba dulu!! Belum dicoba udah bilang ga yakin!!" Bentak ayah. Aku menggigil. Keringat dinginku mengalir. Sebelumnya ayah tidak pernah sekeras ini padaku."Klo kamu ga ambil guru, terus kamu mau jadi apa klo ambil seni hah!? Mau jadi pelukis jalanan!? Yang mengotori dinding2 bersih jembatan macam di Jogja sana?!" Bertubi ayah berargumen. Aku tetap diam tak bisa menjawab apapun.

Aku memandang ibu. Meminta pengertian.

"Yah.." kata ibu pelan. 
"Mau jadi mahasiswa urakan!?" Aku tersentak, kali ini kalimat ayah benar2 membuat hatiku sesak, seolah ada ikatan erat mencengkram tubuhku

"Ayah seni ga seperti itu. Ayah keliru klo menganggap seni seperti itu. Seni itu indah yah. Hidup dengan seni jiwa kita menjadi lebih halus. Dengan seni kita akan melihat sesuatu dengan indah. Dengan seni.."

"Halah..itu cuma syair picisanmu saja! Dengan jadi PNS kamu bisa hidup layak dan terjamin. Dan orang seni itu hidupnya ga terjamin!!" 

"Ga semua orang harus hidup untuk jadi pensiunan PNS seperti ayah. Seseorang boleh menentukan jalan hidupnya.." aku memberanikan berkata, membuat ayah kali ini terdiam tak merespon. "Ibu, tolong yakinkan pada ayah. Klo Anind teramat mencintai dunia seni" kali ini aku meratap pada ibu yang masih terdiam bisu.

Ibulah yang paling mengerti bahwa aku sangat suka seni lukis. Dan ibulah yang paling tau perjuanganku mengikuti proses seleksi snmptn jurusan seni lukis dengan syarat yang sedemikian rupa. Ibu jugalah yang memotivasiku tanpa sepengetahuan ayah.

Aku mengambil sepucuk amplop yang sudah kucel dari saku rok seragam dan menyerahkannya pada ibu. Ibu kemudian membuka amplop itu. "Ayah..Ibu..Anind..Anind diterima snmptn di UNY jurusan seni lukis.." aku tak kuasa menahan air mata. Hatiku terasa lega mengucapkan kalimat ini.

Amplop yang telah lebih aku simpan selama sebulan setelah pengumuman snmptn pun sudah dibaca ibu. Ibu menaikkan alisnya membaca surat didalam amplop itu.  Tersenyum hangat, kemudian menganguk pada ayah dan menyodorkan surat itu padanya. Ayah memandang ibu tak mengerti.

"Anind mohon..Ay..ayah..ib..ibu restuilah Anind untuk kuliah di jurusan ini.." aku berkata dengan berurai air mata, menunduk tak berani memandang ayah dan ibu. Aku hanya berani melihat tangan ayah yang sekarang makin terkepal dengan keras. 

***

Ayah memelukku dan mengecup anak jilbab di keningku.
"Ayah harus selalu mendengar kabar baik darimu nak." aku mengendurkan pelukannya.
"Klo aku sakit yah?"
"Harus sehat2 dan baik2 terus dong.." dia mengacak jilbabku dan jilbabku kusut karenanya. Aku tertawa.

"Kuliah yang serius nak. Serap ilmu sebanyak-banyaknya di Jogja sana. Jangan lupa shalat tepat waktu." kali ini ibu berkata dengan senyum hangatnya. Aku gantian memeluk ibu. Untuk beberapa lamanya aku berada dipelukan ibu. Menikmati saat2 terakhir hangatnya pelukan ibu sebelum kepergianku ka Jogja yang tinggal menunggu hitungan menit.

"Ayah memang sama sekali ga tau tentang seni lukis. Maafkan ayah atas ketidaktahuan ayah tentangmu Nak." Ayah mencangklongkan tas ranselku. "So, I hope you, Anindya Putri anak ayah satu-satuny You must study hard in Universty of Yogyakarta. And raih mimpimu. Buat ayah menjadi ayah yang proud of you nak." Ayah sekali lagi menasehatiku dengan bahasa inggrisnya yang kacau. Maklum ayah adalah guru biologi.

"AHAHAHA..Terimakasih ayah, terimakasih ibu. Anind akan belajar dengan baik. Doakan Anind terus yaa. Anind pamit.." mereka mengangguk dengan senyum hangat. Aku mengecup tangan mereka satu satu. Sekilas aku melihat mata mereka berkaca-kaca. Dengan cepat aku membalikkan badan dan menarik koper agar ayah dan ibu tak melihatku yang kini telah berurai air mata.

***

Aku bersyukur melihat hamparan kota Riau bak karpet hijau dari jendela mungil pesawat. Air mataku tak kuasa tertahan disini. Aku menangis.

Ya, aku diatas pesawat sekarang. Menangis karena aku benar-benar akan pergi meninggalkan landasan bandara SSQ II, menangis meninggalkan sahabat semasa esemaku, serta ayah dan ibu di Riau. Menangis, untuk jalan dari mimpi yang berliku itu semakin dekat. Juga menangis karena pada akhirnya ayah mengizinkan dan merestuiku menjadi seorang pelukis. Seolah kesenanganku melukis, akan sebebas aktor Keenan dalam film perahu kertas. 

Lagu A New World-nya Nadya Fatira mengalun dari headset dibalik jilbabku. Dan kini, yang aku rasakan adalah aku hidup di dunia baru. Dunia passion. Aku percaya, bahwa hidup dengan passion akan terasa 'gue banget' meski berliku berlelah-lelah ;)

*Oya, btw tulisan ini ditulis ketika Anindya Putri dr Jateng dinobatkan mjd putri Indonesia 2015 ;)

**Tuh kan, ngomongin pesawat jd pengin ke Jogja lagi. Ya Allah, terbangkan aku dong, ke Jogja lagi :p wkwkwk #ketawajijay

Penenun Asa
Survive menulis dan menulis
Pekanbaru di malam yg intuiting