Tuesday, January 9, 2024

Privilage

Canva

"Ya Allah, lega banget bisa bayarin UKT pertama anakku. Akhirnya dia bisa lanjut S1 juga." Kata seorang ayah padaku yang punya keterbatasan biaya tapi akhirnya bisa lanjutin sekolah anaknya. Dan tentunya ia amat sangat bangga.

Privilage itu gak cuma mewarisi sebuah harta. Diwariskan nama baik dan di sekolahkan juga privilage.

Kalau ada yang bilang "Kami itu perintis bukan pewaris". Padahal yang ngomong gitu bisa kuliah S1 sampai tamat juga biaya orang tuanya.

Wah, tega banget itu anak! Bisa-bisanya ngomong begitu. Gimana perasaan orang tuanya kalau denger itu coba?

Bahwa disekolahkan sampai kuliah adalah keberuntungan yang gak semua anak dapatkan. Iya, itu privilage.

Coba aja pikirkan gimana kalau hanya tamatan SMP atau SMA, peluang nyari kerja pasti lebih sulit. Dengan dikuliahkan peluang kita dapat kerja lebih terbuka dan gampang.

Meski setelah kuliah harus nyari kerja sendiri. Pengin punya barang apa-apa mesti nabung dan mengusahakan sendiri. Ya.. meski gak mewarisi rumah mobil atau tanah. Tetep aja, itu hal yang harus disyukuri.

Canva

Gak usah menistakan atau menutupi bahwa kita gak dapat privilage. Terus membanding-bandingkan diri kita dengan anak orang kaya. Yang semuanya dapat. Bisa kuliah, habis kuliah dibikinkan usaha, dinikahkan, dibikinkan rumah lagi, setelah bikin rumah dibelikan mobil pula.

Terserah orang tua mereka. Mereka kaya dan bisa memberikan kemudahan bagi anaknya. Jadi hak mereka. Lagian mereka cari duit untuk siapa lagi kalau bukan anaknya? Ya biarkan dong.

Karena setiap orang tua pasti semaksimal mungkin membahagiakan dan mengusahakan terbaik bagi anaknya.

Kita-kita yang hanya mampu dikuliahkan dan dibelikan kendaraan roda dua ya bersyukur aja. Bisa jadi itulah kemampuan terbaik orang tua kita. Dengan berdarah dan keringat air mata mereka mengusahakannya. 

Setelah itu, kitalah yang harus bertekad memberi privilage untuk anak-anak kita. Sepakat?



Minggu 

7 Jan 24

10.09

Kalau kamu ditinggal kedua orang tuamu

dari SD - kuliah tanpa dibiayai orang tua

maka aku baru akan percaya,

kalau kamu perintis bukan pewaris.

Andai Ada Mesin Waktu

Orang yang kita temui, yang pernah ada dihidup kita itu ternyata berharga bagi kita.

Foto oleh Jordan Benton: https://www.pexels.com/id-id/foto/fokus-dangkal-dari-clear-hourglass-1095601/

Kadang ada masa, aku pengin punya mesin waktu, terus balik ke suatu masa. Pengin bertemu lagi dengan orang tertentu. 

Kelemahan dunia saat ini adalah gak bisa kembali ke masa lalu. Meski cuma mau ngucapin "terimakasih" pada orang tertentu.

Canva

Betapa banyak budi baik yang aku terima dari orang yang pernah aku temui dan pernah lama menjadi teman bersamaku. 

Canva

Memengaruhi mindset, mengubah sudut pandang, mengubah sikap, cara berbicara, cara berteman. Huft..

Saking rindunya kaya story mereka lewat aja "Gimana cara nyapa mereka lagi?" "Gimana menjalin hubungan baik lagi?" Padahal berteman di whatsapp tapi hampa banget.

Ada yang sama gak sih dengan yang aku rasakan?

Emang dunia dewasa sesepi ini? Sehampa ini?

Dan besoknya terus berkutat pada aktivitas yang sama lagi. Duh.



S.Buluh

Sabtu 

00.48 7 Jan 24

Sebenernya apakah sampai tua akan begini?





Sunday, January 7, 2024

Aku Jarang Nulis Lagi.

Aku jarang nulis lagi.

Udah berapa lama ya? Udah lama lah yaa. Sampai lupa postingan terakhir di blog ini kapan.

Jujur aku ngerasa aku harus upgrade diri. Mulai dari dibanyakin kosa kata ketika menulis, harus banget banyak membaca, harus update berita terkini dan harus pandai membahasakan suatu hal dengan bahasa sendiri.

Pas lagi gak nulis tentu pengin banget nulis lagi 

Passion Akan Kalah dengan Kebutuhan

Foto oleh Karolina Grabowska: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-tangan-tanda-tidak-berwajah-4386431/

"Ya aku pengin konsisten nulis lagi, hal apa yang dapat mengubah yang membaca tulisan ini". Eh..pas nulis kaya "Aku gak hanya butuh nulis. Tapi butuh pengakuan dan uang."

GILA SIH!

Tapi emang bener. Ternyata gak bahagia kalau terus nulis tapi gak ada duitnya. Apakah passion itu perlu terus diberi 'makan'? Sedangkan ego memenuhi kebutuhan hidup itu harus berjalan. 

Sedewasa ini, tentu aku gak bisa egois dengan memilih terus nulis blog yang gak ada duitnya. 

Sedangkan aku punya orang tua yang harus dibantu. Aku pengin sedekah lebih banyak, gak cuma sedekah ilmu tapi duit juga, aku juga pengin beli barang yang dari dulu gak kebeli karena gak ada duit. Makanya perlu kerjaan lain selain nulis di blog.

Apalagi mengingat anggota grup nulis kami kebanyakan udah pada vakum nulis, ngebiarin blognya nganggur dan fokus sama karir mereka yang lain. Aku jadi  "Apakah masih berguna nulis kaya gini?" "Apakah masih ada yang baca blog?" 

GA NGERTI LAGI!

Aku sendiri udah jarang baca blog orang lain. Lebih sering lari ke t1kt0k kalau mau nyari info suatu hal.

Foto oleh Liza Summer https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-dengan-sweater-abu-abu-menggunakan-macbook-pro-6348124/

Masih perlu gak sih nulis kaya gini?

Oh..ternyata perlu. Kadang sudut pandang seseorang terhadap suatu problem bisa menjadi alasan seseorang merubah sikap dan cara berpikirnya.

Jadi semisal kita gak pandai berbicara hanya pandai menulis, maka yaudah nulis. Kita mau nyoba jelaskan tentang daster itu lebih enak dipakai oleh ibu-ibu ketimbang kaos. Yaudah ditulis. Gitu.

Aku sendiri banyak mengubah sudut pandang setelah membaca tulisan-tulisan orang lain. Ya meski aku jarang baca blog orang, tapi ketika liat t1kt0k atau yutub, justru aku membaca komentar-komentar di postingan orang tersebut.

Dari komentar-komentar mereka justru jadi insight tersendiri buat aku. 

Jadi memang passion akan kalah dengan kebutuhan. Tetep, meski hidup gak bisa ngikutin passion tapi hidup sesuai prinsip sih. Jangan menipu, jangan ngambil hak orang lain dan tetaplah jujur.



Sungai Buluh

Minggu

00.13 7 Jan 24

Kalau cuma banyak berpikir 

Hanya pikiran yang kemana-mana

padahal 'yaudah hanya disitu'



Saturday, January 6, 2024

Berbeda

Apa kamu ngerasa berbeda dengan yang dulu?

Entah. Sejauh ini aku ngerasa berbeda dengan aku yang beberapa tahun lalu. Aku berbeda ketika bertemu orang baru.

Semisal, dulu aku gampang banget buat cerita apapun ke orang. Apapun hal remeh-temeh bisa aja diceritakan ke orang. 

Foto oleh Karolina Grabowska: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-wanita-tangan-wajah-4379958/

Sekarang aku gak bisa gampang cerita lagi sama orang. Kenapa gitu? Karena pernah ngobrol jauh tentang banyak hal ke seseorang eh.. endingnya apalah-apalah. Haha.

Makanya aku ngerasa harus berubah. 

Aku pikir kenapa aku jadi berubah? Kenapa harus lebih tertutup dalam berteman? 

Kayanya karena kebawa kultur dikerjaan kali ya. Sebagai budak korporat tentu aku dibiasakan haha-hihi sewajar dan secukupnya. Kadang topeng banget sih menurut aku. 

Bener-bener hati-hati banget sih kalau mau ngomong apapun. Takutnya dinding berbicara. Haha.

Apa begitu? Apa hanya di instansi pemerintah?

Tapi dulu ngajar di swasta juga gitu sih. Sama aja. Kek beneran dunia kerja itu seberat itu tekanannya. Karena masing-masing nasibnya berbeda, jadi kek gak senasib gitu dan itu mungkin yang bikin kami gak ada ikatan batin persaudaraan.

Haha yaudah! Resiko aku juga pilih di tempat kerja tersebut sih.




Sungai Buluh

Sab 6 Jan 24

23.41 

Jadi lebih hati2 berbicara itu 

ternyata banyak untungnya

Jadi ga gampang terbongkar rahasianya