Friday, July 5, 2019

Panggil Muiz
Aku Khoeriyah Muiz. Panggil aja Muiz. Agak susah memang buat mengingat namaku. Mengingat gak segampang nyebutin nama Novi, Dini, dewi, Nia, Tri, Siti, atau Desi. Kok jadi nyebutin nama kawanku, wkwkw.

Tapi itulah yang bikin unik. Nama perempuan tapi dipanggil laki. Secara orang yang baru denger namaku pun langsung:

"Muiz laki ya? Kirain Muiz itu laki lho, ternyata cewek!" Kata Pak Komar.

"Aku kira malah nama panjangnya Khoerul Muiz." Kata dewan guru.

"Kirain Muiz nama bapaknya atau nama keluarganya."

Pak Topik pak Topik, anakmu disakiti! Wkwkw

Pas perkenalan di depan anak-anak juga mereka jadi senyum-senyum aneh.

"Ada yang mau tanya?" Usai aku memperkenalkan diri didepan mereka.

"Bu.. ada lho buuu, yang namanya mirip ibu. Pak Muis, bapak-bapak. Bapaknya Nabil." Celetuk salah satu siswa kelas 5B SDN 006 Sungai Buluh. Yang lain tergelak. 

Astaghfirullah.

Atau..

"Ada kelas 5 Bu, namanya bang muis, tapi ga pake Z, pake S." Dan ini dari kelas 4B SDN 005 Simpang Raya. 

Allahu akbar!

Ya jadi gitu, bahkan kalo aku memperkenalkan diri dengan orang baru perlu diulang biar mereka ngeh.

"Namanya siapa?"

"Khoeriyah Muiz."

"Ha apa? Ulangi."

Yaelah..telinganya isi apaan?

"Koeriyah Muiz. Panggil Muiz aja."

"Oh, baiklah Muiz. Kenapa ga dipanggil khoeriyah aja, Ria atau Khoe?" 

Jijik banget dah. "Muiz aja biar gampang." Iya, dan aku ga suka dipanggil ria. 

Dulu pernah ga suka dengan nama Khoeriyah Muiz, sampai bikin FB dan blog dengan Nick name Choeriah Muiz. Ga ngerti dulu lebih suka pake nama itu.

Salah seorang sahabat pas proses choaching STIFIn di 2015 pernah berkata:

"Saran aku Iz, kalo kamu memang niat mau jadi penulis profesional, ubah namamu menjadi nama asli."

"Khoeriyah Muiz, gitu kak?"

"Yeees!"

"Hemm.. emang kenapa kalo pake nama Choeriah Muiz kak? Nama baru lahir aku justru Choeriah Muiz lho kak. Karena Ijazah SD jadilah Khoeriyah Muiz."

Yoi, nama asli aku justru CHOERIAH Muiz.

"Gitu ya?" Dia berpikir sejenak, "Aku ngeliat justru, Khoeriyah Muiz lebih punya power Iz. Lebih bold. Secara personal branding lebih kuat."

"Oh." Aku nganggu-ngangguk dengan analisa kakak si Thinking Introvert tulen itu. Maka keesokan harinya aku ganti semua sosial media dari Choeriah Muiz permanen menjadi menjadi Khoeriyah Muiz.

Bener kata kak Tami. Nama Khoeriyah Muiz lebih bold. Dan aku juga ngerasa lebih percaya diri dengan nama itu. Apalagi pas search di Google arti nama Muiz, wah makin percaya diri sekaligus ngakak.

https://www.google.com/amp/s/namamia.com/amp/nama-bayi/muiz.html

Kalo dulu pake akun Choeriah Muiz isinya lawak ketika berganti menjadi Khoeriyah Muiz mulai posting hal serius.

Ga ngerti pastinya siapa yang bikin nama aku, entah nenek, emak, ramanda atau siapa gitu. Yang jelas aku bangga memperkenalkan diri dengan nama Khoeriyah Muiz. Nama yang unik itu ternyata punya keberuntungan tersendiri lho. Ga percaya?

*Sumber gambar Nama Bayi Muiz

Penenun Asa
Sungai Buluh Buluh
5 Juli 2018
23.02
Hallo Muiz!

Wednesday, May 15, 2019

3 Hal Yang di Syukuri di Ramadhan Tahun Ini

Pict : penenun asa

Waw, udah Ramadhan hari kesepuluh aja nih! Dan besok udah memasuki hari kesebelas. Nah, di Ramadhan ini, pasti punya makna tersendiri bagi setiap orang. 

Ada yang barangkali sedih, karena udah gak bisa ngumpul bareng dengan orang yang dicintainya. Mungkin ada yang bahagia dengan status barunya, sebagai alumni dari sekolah atau kampusnya, juga ada yang senyum-senyum sendiri karena udah punya kerjaan yang gajinya tetap barangkali. Ada yang sebagai wiraswasta, pengusaha, atau punya status spesial sebagai papah muda, mamah muda, daun muda, wkwkw.

Bagi aku sendiri, Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan yang amat aku syukuri kedatangannya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, 3 alasan ini yang bikin aku bersyukur :

1. Udah tamat Kuliah
Alhamdulillahnya tahun ini udah tamat.  Maka ga akan ada lagi pertanyaan “Kapan tamat?”, “Kapan wisuda?”.
Wisuda 13 Sept 2018 di Gedung PKM Uin Suska (Pict: @gagasan_uinsuskariau)
Ya kali, kalo aku ditanyai pertanyaan macam itu berarti aku masih layak jadi mahasiswi, wkwkw.

2. Terjun di Dunia Pendidikan
Bersyukur telah tamat kuliah, tentunya hal yang memperpanjang syukur kita adalah dengan mencari kerja yang halal sesuai dengan jurusan kita.

Ah, spesial dengan tingakah anak SD yang lucu (Dok: Pribadi)

Maka Juni 2018 setelah dinyatakan Berhak Menyandang Gelar Sarjana, aku coba nyari kerja serius dengan ijazah S1. Dan setelah melamar berbagai macam kerjaan, di bulan Agustus 2018 aku bisa langsung dapat kerja.

Diterima dan ngajar profesional pertama kali di Yayasan Fajar Amin di Kualu. Karena udah wisuda dan kebetulan ada lowongan ngajar di SDN 006 Sungai Buluh maka Oktober pulang dan ngajar di SD tersebut. Hingga sekarang ditempatkan di SDN 005 Simpang Raya. Cari aja di Google Map sekolah-sekolah tersebut. Kalo mau.

Gila ya, belum ada setahun udah pindah-pindah tempat kerja. Wkwkw. Tapi aku beryukur banget, semesta  itu berasa mengarahkanku buat terjun ke dunia pendidikan. Sampai saat ini, aku masih:

"Seriously? GUE JADI GURU?"

Gitu terus setiap hari, kaya orang kebangun dari mimpi, haha.

4. Dipegang Ibu
Di Ramadhan sebelumnya, kalo aku kangen beliau aku ga bisa lihat wajahnya. Karena memang ga punya fotonya dan zaman dulu kami memang ga pernah mengabdikan diri. Tapi tahun ini, aku dihadiahi kado yang sangat spesial, sebuah foto ketika ibu yang memegang aku :)

Well, dipegang ibu, aku jadi merasa beliau  ada disisiku ;)

Pict dari Mas Bad (Grup wasap Turunan Mbah Masum)

Nah, Ramadhan tahun ini apa yang kamu syukuri? :)



15 Mei 2019
Luar biasa hujan turun di Sungai Buluh
setelah kemarau cukup lama
Dan ada lagunya Katrina Kaif 
medley yang  menemani tulisan-tulisan ini


Barangkali kamu juga suka tulisan ini:

Ngajar? Passion Yang Bertumbuh

Jet Lag



Monday, February 25, 2019

Part 2 Rencana Nyari Kerja Bareng
One step closer enyah dari kampus

"Siap wisuda, mau kemana, Tarr?" Kami berdua bersender di kursi panjang gedung fakultas lantai 2. Saat itu kami sedang menunggu pak Khusnal, bapak favorit nan baik hati yang mengurusi surat keterangan lulus (SKL) mahasiswa tarbiyah dan keguruan.

"Kayanya pulang kampung Iz, ini aja aku udah disuruh pulkam."

"Gak cari-cari kerja dulu di Pekanbaru?"

"Kalo aku gak dapat kerja di Pekanbaru ya langsung pulkam." 

"Gimana kalo sebelum wisuda kita coba cari kerja di Pekanbaru dulu? Ayolah kita coba. Aku pun kalo gak dapat kerja di Pekanbaru, juga langsung pulkam. Meskipun di kampung entah mau ngapain, hahaha." Tawaku kecut.

"Kalo SKL kita udah keluar, ayo kita mulai cari kerja?"

"Ayo Tarr, tapi temankan beli hape dulu yaa. Biar aku juga bisa akses info loker* di sekitaran Pekanbaru."

"Sip. Mau ke MP**?"

"Iya ke MP aja deh yaa?"

Dia mengangguk setuju. "Budget?" 

"Cari yang murah ajalah. Aku gak tega minta duit lagi. Dikasih segitu, sisanya buat bayar wisuda soalnya."

"Iyalah Iz, ngapain cari yang mahal-mahal. Aku aja ini beli second, aslinya beli baru. Yang baru aku jual, beli lagi yang second, dan masih bagus jadi malah untung aku. Hahahaha."

"Cerdas banget mu Tar, mana masih bagus gini." Kataku sambil ngotak-ngatik hape dia. 

"Iya, sekarang hape mah buat yang penting-penting aja. Buat cari informasi, cari loker. Kalo mau foto ya pinjem hape kawan yang kameranya bagus."

"Aku setuju! Pokoknya Tar, apa aja lokernya kita langsng antar lamarannya, yaa?" Aku berapi-api.  Dia mengangguk. Aku Log in Instagramnya, setelah itu masuk profilku dan aku like semua postinganku. Ghahaha.

***



*Loker : Lowongan Kerja
**MP : Mall Pekanbaru




Singhil
8 Jan 2019
diperbaiki tanggal 25 Feb 2019
Selasa
Jadi mahasiswa itu enak, tapi lebih enak udah kerja ahaha



Monday, January 21, 2019

Part 1 Muiz, cepet!
Usai yudisium

“Muiz, cepeeet! Bu Susi ada nih di lantai 3 fakultas. Kami tunggu!”

“Iya bentar tarr, aku masih edit revisian.” 

“Ihh, cepet. Datang ajala. Print yang bu Susi coret2 aja, bawa yang salah tuh. Aku langsung revisi soalnya.”

“Oke.”

Satu jam kemudian bukannya aku pergi ngeprint, malah ketiduran di kost. Dan drakor (drama korea) masih keputer. Hadeuh..gimana mau wisuda kalau kerjanya nonton drakor, wkwkwk.

Besoknya dia masih sabar mengajak aku ke kampus. Ngajak revisi, jumpa penguji. Huahaha. Kok sabar banget sih ngadepin orang ngeselin dan keras kepala kaya aku?

“Mau ga sih wisuda? Kalau bagi aku ya, aku udah ga mau lagi bayar uang SPP. Ini adalah semester terakhir bayar uang SPP. Dari pada bayar uang SPP, bagus uang SPP tuh kita alihkan buat bayar wisuda, make up atau baju toga.”

JLEB!!!

“Kekejar nih kita wisuda bulan September?”

“Dah, yang penting selesaikan dulu revisinya. Ayo jumpa bu Susi, biar aku kawani.”



Singhil
8 Jan 19
Selasa malam
Tentang kebersamaan bareng Tari

Tuesday, January 8, 2019

Diary Part 1 Aku Udah Jadi Guru
Hei, apa kabar?

Jujur aku merindukanmu. Jujur yaa. Iya, jujur. :)

Kemana aja?

Kamu yang manggil aku anak SMP. Eh.. tapi kamu perlu tahu, bahwa aku sekarang bukan anak SMP lagi. Dan ayo mari kita bertaruh, ketika bertemu esok, aku bakal lebih memukau dari yang kamu kenal dulu. Jangan terpesona, yes! Hahaha.

Oya, aku udah jadi ibu guru. Udah mau 3 bulan ini, di sekolah dasar negeri 006 Sungai Buluh. kenal sekolah itu? Ga perlu kenal deh, palingan entar kamu juga nyari celah buat ngejek aku, yakan? KZL.

Kamu paling paham, aku yang dulu selalu terlambat datang ke sekolah, yang kamu ejekin karena aku langganan kena hukuman nyabutin rumput, eh..sekarang diberi amanah mendidik anak-anak sekolah dasar. Haha, lucu ya hidup ini.

Percaya? Percaya please.

Bisa? Bisa dong!

Aku kuliah 5 tahun, kamu tahu itu, karena kamu selalu mencibir; “Anak keguruan kok kuliah 5 tahun!” tapi meski kuliah 5 tahun, aku udah menggaransikan diri aku bahwa aku bakal jadi ibu guru yang baik buat anak didik aku dan bakal jadi guru berprestasi. Iya? Pas sekolah bolehlah kita nakal dan main-main, tapi ketika tua harus hidup serius. Itu prinsipku.

Kamu percaya, kan? Pasti gak.

Kamu mah gitu, masih nganggap aku kaya anak SMP aja, kapan nganggap aku jadi orang besar? Kapan percaya sama aku? Rrr, kzl.

Btw, makasih ya, secara ga langsung kamu termasuk orang yang mempengaruhi kedewasaan berpikirku.


Singhil
Selasa, 08 Januari 2019
21:42:40

Sunday, August 19, 2018

You Rock Bro!
"Konsistensi menghasilkan Apresiasi." (Kurniawan Gunadi)

Potretnya tiba-tiba menghiasi galeri gue. Potret itu berasal dari grup WhatsApp Kwartir Ranting Singingi Hilir  yang secara otomatis tersimpan ke galeri hape. Nah, ternyata doi mendapat penghargaan Lencana Pancawarsa III dari bupati Kuansing.

Dok. Kwartir Ranting Singingi Hilir

Lencana Pancawarsa itu apaan sih?

Setelah gue searching, (gue juga kagak paham lencana-lencana begituan wkwkw) Lencana Pancawarsa itu adalah penghargaan yang diberikan atas dedikasi, pengabdian dan keaktifan di pramuka. 

Nah, lencana pancawarsa itu tingkatannya:
Lencana pancawarsa I masa pengabdian 5 tahun, lencana pancawarsa II 10 tahun,  masa pengabdian 15 tahun mendapat pancawarsa III dan seterusnya sampai lencana pancawarsa Utama masa pengabdian 50 tahun.

Lebih lengkapnya mengenai Lencana Pancawarsa bisa dibaca disini >>


Nah, doi mendapat Lencana Pancawarsa III. Itu artinya doi telah mengabdi di Pramuka selama 15 tahun.

15 tahun?

Gue yang masih usia 8 tahun usia anak siaga dan dia udah aktif mengabdi di pramuka. Udah lama banget yaa. Wkwkw. Bahkan saking lamanya mengabdi di Pramuka, pundak dan dada doi udah menempel berbagai lencana dan tanda. Gue sampai ga ngerti nama-nama penghargaan yang menempel di pundak dan dada doi itu apaan. Ahahaha.

Emang gila Pramuka doi sih. Mau sejauh apa yang namanya ada kegiatan pramuka bakal dia jabani. Gue aja sampai geleng-geleng kepala. Hahaha. Maka ga heran dong ya, dia dapat penghargaan tersebut.

You rock, Bro! 
Gue apresiasi segala pencapaian, konsistensi dan dedikasimu di bidang Pramuka ini. Bahwa benar, sesuatu yang dikerjakan dengan konsisten akan menghasilkan. Jadi gue sepakat dengan quote Kurniawan Gunadi "Konsistensi menghasilkan apresiasi"

Semoga semakin humble, semakin lebih banyak berkarya di dunia Pramuka. Sehat terus pastinya, dan selamat ulang tahun. Udah tua ga perlu banget sebenarnya diucapin selamat ulang tahun. Ahahahaha.

So, ini PR buat gue dan kamu yang baca tulisan ini, bidang apa yang akan kita kerjakan dengan konsisten hingga membuat kita mendapat apresiasi? Bahkan menemani kita bertumbuh hingga kita tua?

Jawab dalam hati, kemudian buktikan, mari berkarya, dan kurangi nyinyir di kolom komen sosmed orang.


Penenun Asa
19 Agustus 2018
PKU 
Doi itu siapa? 
Abang kandung, kakak senior, 
bapak guru, mantan wali kelas IX gue, 
wali murid, tukang nge-bully,
pelawak tapi garing. 
Paket lengkap ahahaha. 

Tuesday, July 24, 2018

Jawaban
Kita sama-sama tahu, pilihan-pilihan hidup diumur 20 tahunan itu memang begitu bercabang. Perlu pertimbangan sana-sini. Pertimbangan yang bukan hanya untuk jangka panjang diri kita sendiri, tapi agama juga keluarga kita. 

Ternyata, untuk mencari jawaban atas doa-doa itu diperlukan proses yang panjang. Tidak semudah menjawab pertanyaan 1+1 ala siswa sekolah dasar.

Mencari jawaban itu diperlukan kejernihan hati dan pikiran.  Itu mengapa dalam memilih jawaban atas pilihan kita, kita diajarkan untuk tidak mengandalkan emosi semata. Logika diperlukan. Doa-doa panjang diutamakan, sujud di ujung sajadah yang terus dilakukan, pengharapan yang tiada habisnya. Untuk setidaknya menghilangkan keraguan.

Proses itu akan menjadi nikmat kala kita menanti jawabannya dengan sabar. Dan kita akan mengukir senyum indah, mana kala kita mendapat keyakinan dan jawaban dari doa-doa kita.

Setelah kita menemukan, ternyata jawaban  atas doa-doa itu adalah ketenangan. Tenang terhadap apa? Terhadap apapun yang menjadi doa kita.

Dan ternyata jawaban atas doa-doa itu adalah keyakinan. Keyakinan akan segala pilihan. Tak risau lagi, tak ragu pula

Bagaimana? Apa kamu masih ragu? Jika ragu, lakukan lagi seperti apa yang disarankan dalam tulisan ini.


Penenun Asa
Pekanbaru
24 Juli 2018 0.28am
Mengusahakan jawaban atas doa kita,
berarti mengusahakan kehidupan
yang kebermanfaatan untuk
kehidupan kita selanjutnya

*Epilog: dan keputer lagu
Dengarlah Rasa - Alya Zurayya
Oemgi, pas gitu ya ahaha

Friday, June 8, 2018

Berhak Menyandang Gelar Sarjana
Pict: Istimewa


“Yang paling penting bukan mencapai gelar sarjananya, tapi mempertahankan gelar kesarjanaannya. Gelar sarjananya mudah diraih, tapi mempertahankan itu yang susah.” Nasehat Prof. Dr. Hairunnas, M.Ag, selaku penguji satu ketika akan dibacakan pengumuman lulus atau ga lulus di sidang munaqasyah, mengguncangkan seluruh relung hati kami bertiga. 

Team Summum Bukmum
Kami bertiga mulai terisak, terharu sekali mendengar nasehat beliau. Lebih haru lagi ketika kami bertiga dinyatakan lulus semua. Maka sejak hari itu, tanggal 20 Ramadhan 1439 H atau 5 Juni 2018 kami berhak menyandang gelar kesarjanaan kami, Sarjana Pendidikan, S.Pd. Perasaan bagiamana yang dirasakan? Mmh, lega. Akhirnya perjalanan 1 tahun terakhir ini ngerjakan skripsi selesai sudah, ghahahaha.

Tapi tau ga sih, sebelum sidang, kami dipenuhi drama. Dimulai dari berebut ruang sidang, yang entah kenapa kami harus diusir anak Menejemen Pendidikan Islam. Kemudian kami ngalah, soalnya mereka ada lakinya, takut kena pukul wkwkw. Maka kami berpindah ke ruang depannya. Ternyata pagi itu anak bahasa Inggris juga ujian munaqasyah, di ruangan yang baru kami pindah tersebut. Dan lagi, diusirlah kami dari ruang itu. Padahal barang-barang bawaan kami sudah dipindahkan ke ruang itu semua, buku yang segambreng, media pembelajaran yang kami bawa, parsel penguji, laptop, infokus, jubah penguji, rempong banget dah.

Ga terima kami diusir lagi, kali ini kami enggan beranjak, kami menelpon staff prodi kami. Jawaban tak memuaskan kami dapatkan "Bilang aja, siapa cepat dia dapat." Kami menelan ludah, sedangkan dua prodi tersebut membawa bukti pemakaian ruangan tersebut, nah kami? Akhirnya kami mengalah lagi, entah akan dikamanakan hari ujian kami.

Sebenernya ada 3 ruang ujian, tapi pagi itu semuanya dipakai untuk munaqasyah. Dan kami teroesir karena ga membawa bukti pemakaian tempat. Satu-satunya ruang yang kosong adalah Aula FTK. Sempat akan dipakai untuk acara organisasi apa gitu. Ketika mereka sedang mengecek sound sistem, kami memohon pinjam duluan dengan mereka. Mereka mengalah, dan yeah! Kami dapat Aula FTK yang, duh..ruangannya adem, berAC, lebarnya 2 kali lebar ruang kelas dan ruangannya berbeeda dengan 3 ruangan lainnya yang pendingin ruangannnya menggunakan Blower, kipas angin yang brisiknya menganggu, whahaha. Kalau begini ceritanya sih, dengan senang hati kami pindah ruangan kan? wkwk. Alhamdulillah, bersyukurnya.

Sebelum pengumuman. Gabisa senyum wkwkw.
Dan akhirnya, tentunya gue bersyukur pada Allah dan berterimakasih sedalam-dalamnya untuk kedua orang tua, seluruh keluarga, sahabat dan orang-orang yang turut serta dalam pencapaian perjalanan sejauhini. Ini semua untuk kalian, KALIAN LUAR BIASAAA! Wkwk. Kaya lagi sambutan ajang award gitu ga sih? wkwkw.

Yang paling penting adalah: Ya Allah kelar juga kuliah gueee, mpet banget soalnya ngerjain skripsi wkwk.

Teman Perjalanan mengerjakan Skripsi




Penenun Asa
Bermakna dan Memaknai
8 Juni 2018
Pekanbaru
Untuk Ibu,
Jikapun aku mendapat gelar sarjana ini 
tanpamu disisiku
semoga segala pahala jihad menuntut
ilmuku selama kuliah sampai juga kepadmu




Saturday, March 17, 2018

Ngajar? Passion Yang Bertumbuh
Mau gue lari kemanapun, coba kerja apapun dimanapun selain ngajar, sok-sok nolak ngajar, tapi nurani ga bisa boong, kalau gue tetep suka ngajar. Bukan berarti karena gue anak pendidikan. Ga semua anak pendidikan suka ngajar. Awalnya justru gue ogah ngajar.

Tapi, gue jadi suka..

Gue suka ketika lihat siswa gue jadi ngerti hal baru dari apa yang gue ajarkan. Gue suka ketika melihat mata berbinar mereka ketika ingin tahu pelajaran baru dengan semangat. Gue suka ketika melihat mereka antusias ngerjain tugas yang gue berikan. Gue suka aroma ketika pertama memasuki halaman sekolah. GUE SUKA!

Perdana ngajar di PMR Madya SMP 14 Pku

GUE SUKAA YA ALLAH! Jadi suka! GILAAA.. 
Perasaan bahagia yang ga bisa dijabarkan!

Bener kata orang, passion akan kalah sama nurani. Passion gue nulis. Hobi gue juga nulis. Tapi nurani gue bilang ngajar juga bagian dari passion gue. Passion yang mulai ditumbuhkan dan ia telah bertumbuh. 

Dari sejak gue ikut KMD pramuka gelombang 2, Desember tahun lalu, gue yang jumpa banyak guru dari berbagai macam latar belakang, sekolah, dari berbagai kecamatan di kabupaten Kuantan Singingi. Belakangan gue jadi suka aktivitas mengajar.

Tampil menciptakan 1 permainan, Regu Jagung

Satu pertanyaan besar yang gue bawa ketika mau ikut KMD waktu itu: “Kenapa sih seseorang tetep bertahan jadi guru, meski gaji mereka ga seberapa?” 

Sampai di KMD yang gue ikuti hampir sebulan itu, gue bukannya dapat jawaban yang kongkrit, justru gue menyakisakan daya juang mereka buat ngikutin KMD yang patut diacungi jempol.

Mulai dari datang ontime jam 6 pagi udah di tempat meski rumah mereka jauh banget, siap ngikutin materi sampai malam. Terlihat sekali pengabdian mereka. Jawaban yang abstrak, haha.

"Mereka aja sesemangat itu buat nuntut ilmu dan siap membagikan ilmu mereka ke siswa-siswanya. Kok gue yang masih malah ga ada semangatnya?"

KMD Gelombang 2 angkatan 2017
So, semenjak ikut KMD itu, gue jadi mau ngajar. Ditunjuk jadi pelatih PMR gue okein.

Yang awalnya gue ngajar satu sekolah aja ogah-ogahan, sekarang bahkan gue pegang dua sekolah. PMR Wira SMK 1 Migas dan PMR Wira SMK 1 Pekanbaru.

Kebut materi di PMR SMK Migas

Yang meski jarak tempuh dari kost gue, ke kedua sekolah itu hampir satu jam, tetep gue nikmati. Bahkan dengan baik hatinya gue fasilitasi belajar mereka dengan spidol warna-warni, kertas hvs, stikinote. Ga sayang keluar duit pribadi gue buat memfasilitasi mereka. Asal mereka jadi pintar dah!

Bikin Mind Maping materi di PMR SMK 1 Pekanbaru

Ah, gue pikir para pengajar disana merasakan hal yang sama kaya gue; nurani yang ga bisa bohongi. Dan gue ngerasa bahwa ketika gue ngajar gue beneran menjadi manusia. Membagi ga seberapa pengetahuan yang gue punya, untuk orang lain.

Dilain hari cobalah kamu berdiri menjadi mengajar. Mengajar apapun. Dan lihatlah binar mata mereka yang kamu ajar, itu membuatmu bahagia.




Penenun Asa 
Bermakna dan Memaknai
17 Mar 2018
Pku
Maka baca hatimu baik-baik.
Jangan bohongi hatimu.
Karena barangkali ada ke-iya-an
dari ke-tidak-an yang kamu sembunyikan. 

Saturday, January 13, 2018

Jet Lag
Jet Lag (Pict: di Kuok)

Akhir-akhir ini gue gampang dihujani air mata kalo ingat ibu. Iya, kok gitu? Padahal dulu-dulu enggak.

I hate the thought of you alone
I've been keeping busy all the time
Just to try to keep you off my mind
Trying to figure out, the time zone's making me crazy

Gue yang biasa aja kemana-kemana sendiri. Berangkat kerja sejauh apapun sendiri, pulang kerja malam pun rasanya ga beban, ketawa bareng siapa aja, tapi kalo udah ingat ibu kaya nelan pil pait rasanya, hilang ketawa.

KENAPA? ADA APA? 

Apa karena perasaan gue yang akhir-akhir ini jadi lebih peka sama orang lain?

“Yung*, kenapa pergi secepat itu? Aku sebenernya ga setegar itu buat nghadapi hidup sendiri.”

I miss you so bad
(I miss you so bad)
I miss you so bad
(I miss you so bad)
I miss you so bad
(I wanna share your horizon)
I miss you so bad
And see the same sun rising
I miss you so bad**

Padahal udah hampir 11 tahun berlalu, tapi kok gue belum legowo nerima keadaan? Kenapa?

Kamu berharap seperti mahasiswa lain. Yang sama, sedang merantau mencari ilmu.

Yang ketika masanya kamu pulang kampung, kamu berharap bertemu ibumu di rumah. Ingin bercerita banyak hal padanya, sama seperti mahasiswa lain. Tapi ternyata tidak. Tidak bisa. Karena memang Ia tidak ada. Karena memang Ia telah tiada.

Dan seperti itu terus. Berharap tapi kosong. Berharap tapi sia-sia. Mau kamu menangis sekeras apapun, dia tetap tidak ada. Perjalanan hidup yang kamu tempuh terasa lebih berat jadinya. Iya, begitu.

“Ah, semoga perjalanan ini tetep menyenangkan, Yung. Meski kita nggak bersama. Meski kita nggak bisa lihat terbit dan tenggelamnya matahari bersama. Tapi kamu udah menunjukan bahwa langit masih bergradasi biru.” :)



*Yung/ Biyunge : ibu (Bahasa Jawa)
** Lirik lagu Jet Lag - Simple Plan (ft. Kotak)




Pekanbaru
13 Jan 18
Penenun Asa 
Dia masih ada kok. Meski dihati

I Miss You so Bad
Pict : Di sungai Kampar

Akhir-akhir  ini gue gampang hujan air mata kalo ingat ibu. Iya, kok gitu? Padahal dulu-dulu enggak.


I hate the thought of you alone
I've been keeping busy all the time

Just to try to keep you off my mind

Trying to figure out, the time zone's making me crazy


Gue yang biasa aja kemana-kemana sendiri. Berangkat kerja sejauh apapun sendiri, pulang kerja malam pun rasanya ga beban, ketawa bareng siapa aja, tapi kalo udah ingat ibu kaya nelan pil pait rasanya, hilang ketawa.

KENAPA? ADA APA? 
Apa karena perasaan gue yang akhir-akhir ini jadi lebih peka sama orang lain?

“Yung*, kenapa pergi secepat itu? Aku sebenernya ga setegar itu buat nghadapi hidup sendiri.”

I miss you so bad
(I miss you so bad)

I miss you so bad

(I miss you so bad)

I miss you so bad

(I wanna share your horizon)

I miss you so bad

And see the same sun rising

I miss you so bad**

Padahal udah hampir 11 tahun berlalu, tapi kok gue belum legowo nerima keadaan?

“Ah, semoga perjalanan ini tetep menyenangkan Yung. Meski kita nggak bisa lihat terbit dan tenggelamnya matahari bersama. Tapi kamu udah menunjukan bahwa langit masih bergradasi biru.” :)


*Yung/ Biyunge : ibu (Bahasa Jawa)
** Lirik lagu Jet Lag - Simple Plan (ft. Kotak)



Pekanbaru
13 Jan 18
Penenun Asa 
Dia masih ada kok. Meski dihati
Kangen tapi ga bisa meluk Ya Allah T.T