Sunday, August 19, 2018

You Rock Bro!
"Konsistensi menghasilkan Apresiasi." (Kurniawan Gunadi)

Potretnya tiba-tiba menghiasi galeri gue. Potret itu berasal dari grup WhatsApp Kwartir Ranting Singingi Hilir  yang secara otomatis tersimpan ke galeri hape. Nah, ternyata doi mendapat penghargaan Lencana Pancawarsa III dari bupati Kuansing.

Dok. Kwartir Ranting Singingi Hilir

Lencana Pancawarsa itu apaan sih?

Setelah gue searching, (gue juga kagak paham lencana-lencana begituan wkwkw) Lencana Pancawarsa itu adalah penghargaan yang diberikan atas dedikasi, pengabdian dan keaktifan di pramuka. 

Nah, lencana pancawarsa itu tingkatannya:
Lencana pancawarsa I masa pengabdian 5 tahun, lencana pancawarsa II 10 tahun,  masa pengabdian 15 tahun mendapat pancawarsa III dan seterusnya sampai lencana pancawarsa Utama masa pengabdian 50 tahun.

Lebih lengkapnya mengenai Lencana Pancawarsa bisa dibaca disini >>


Nah, doi mendapat Lencana Pancawarsa III. Itu artinya doi telah mengabdi di Pramuka selama 15 tahun.

15 tahun?

Gue yang masih usia 8 tahun usia anak siaga dan dia udah aktif mengabdi di pramuka. Udah lama banget yaa. Wkwkw. Bahkan saking lamanya mengabdi di Pramuka, pundak dan dada doi udah menempel berbagai lencana dan tanda. Gue sampai ga ngerti nama-nama penghargaan yang menempel di pundak dan dada doi itu apaan. Ahahaha.

Emang gila Pramuka doi sih. Mau sejauh apa yang namanya ada kegiatan pramuka bakal dia jabani. Gue aja sampai geleng-geleng kepala. Hahaha. Maka ga heran dong ya, dia dapat penghargaan tersebut.

You rock, Bro! 
Gue apresiasi segala pencapaian, konsistensi dan dedikasimu di bidang Pramuka ini. Bahwa benar, sesuatu yang dikerjakan dengan konsisten akan menghasilkan. Jadi gue sepakat dengan quote Kurniawan Gunadi "Konsistensi menghasilkan apresiasi"

Semoga semakin humble, semakin lebih banyak berkarya di dunia Pramuka. Sehat terus pastinya, dan selamat ulang tahun. Udah tua ga perlu banget sebenarnya diucapin selamat ulang tahun. Ahahahaha.

So, ini PR buat gue dan kamu yang baca tulisan ini, bidang apa yang akan kita kerjakan dengan konsisten hingga membuat kita mendapat apresiasi? Bahkan menemani kita bertumbuh hingga kita tua?

Jawab dalam hati, kemudian buktikan, mari berkarya, dan kurangi nyinyir di kolom komen sosmed orang.


Penenun Asa
19 Agustus 2018
PKU 
Doi itu siapa? 
Abang kandung, kakak senior, 
bapak guru, mantan wali kelas IX gue, 
wali murid, tukang nge-bully,
pelawak tapi garing. 
Paket lengkap ahahaha. 

Tuesday, July 24, 2018

Jawaban
Kita sama-sama tahu, pilihan-pilihan hidup diumur 20 tahunan itu memang begitu bercabang. Perlu pertimbangan sana-sini. Pertimbangan yang bukan hanya untuk jangka panjang diri kita sendiri, tapi agama juga keluarga kita. 

Ternyata, untuk mencari jawaban atas doa-doa itu diperlukan proses yang panjang. Tidak semudah menjawab pertanyaan 1+1 ala siswa sekolah dasar.

Mencari jawaban itu diperlukan kejernihan hati dan pikiran.  Itu mengapa dalam memilih jawaban atas pilihan kita, kita diajarkan untuk tidak mengandalkan emosi semata. Logika diperlukan. Doa-doa panjang diutamakan, sujud di ujung sajadah yang terus dilakukan, pengharapan yang tiada habisnya. Untuk setidaknya menghilangkan keraguan.

Proses itu akan menjadi nikmat kala kita menanti jawabannya dengan sabar. Dan kita akan mengukir senyum indah, mana kala kita mendapat keyakinan dan jawaban dari doa-doa kita.

Setelah kita menemukan, ternyata jawaban  atas doa-doa itu adalah ketenangan. Tenang terhadap apa? Terhadap apapun yang menjadi doa kita.

Dan ternyata jawaban atas doa-doa itu adalah keyakinan. Keyakinan akan segala pilihan. Tak risau lagi, tak ragu pula

Bagaimana? Apa kamu masih ragu? Jika ragu, lakukan lagi seperti apa yang disarankan dalam tulisan ini.


Penenun Asa
Pekanbaru
24 Juli 2018 0.28am
Mengusahakan jawaban atas doa kita,
berarti mengusahakan kehidupan
yang kebermanfaatan untuk
kehidupan kita selanjutnya

*Epilog: dan keputer lagu
Dengarlah Rasa - Alya Zurayya
Oemgi, pas gitu ya ahaha

Friday, June 8, 2018

Berhak Menyandang Gelar Sarjana
Pict: Istimewa


“Yang paling penting bukan mencapai gelar sarjananya, tapi mempertahankan gelar kesarjanaannya. Gelar sarjananya mudah diraih, tapi mempertahankan itu yang susah.” Nasehat Prof. Dr. Hairunnas, M.Ag, selaku penguji satu ketika akan dibacakan pengumuman lulus atau ga lulus di sidang munaqasyah, mengguncangkan seluruh relung hati kami bertiga. 

Team Summum Bukmum
Kami bertiga mulai terisak, terharu sekali mendengar nasehat beliau. Lebih haru lagi ketika kami bertiga dinyatakan lulus semua. Maka sejak hari itu, tanggal 20 Ramadhan 1439 H atau 5 Juni 2018 kami berhak menyandang gelar kesarjanaan kami, Sarjana Pendidikan, S.Pd. Perasaan bagiamana yang dirasakan? Mmh, lega. Akhirnya perjalanan 1 tahun terakhir ini ngerjakan skripsi selesai sudah, ghahahaha.

Tapi tau ga sih, sebelum sidang, kami dipenuhi drama. Dimulai dari berebut ruang sidang, yang entah kenapa kami harus diusir anak Menejemen Pendidikan Islam. Kemudian kami ngalah, soalnya mereka ada lakinya, takut kena pukul wkwkw. Maka kami berpindah ke ruang depannya. Ternyata pagi itu anak bahasa Inggris juga ujian munaqasyah, di ruangan yang baru kami pindah tersebut. Dan lagi, diusirlah kami dari ruang itu. Padahal barang-barang bawaan kami sudah dipindahkan ke ruang itu semua, buku yang segambreng, media pembelajaran yang kami bawa, parsel penguji, laptop, infokus, jubah penguji, rempong banget dah.

Ga terima kami diusir lagi, kali ini kami enggan beranjak, kami menelpon staff prodi kami. Jawaban tak memuaskan kami dapatkan "Bilang aja, siapa cepat dia dapat." Kami menelan ludah, sedangkan dua prodi tersebut membawa bukti pemakaian ruangan tersebut, nah kami? Akhirnya kami mengalah lagi, entah akan dikamanakan hari ujian kami.

Sebenernya ada 3 ruang ujian, tapi pagi itu semuanya dipakai untuk munaqasyah. Dan kami teroesir karena ga membawa bukti pemakaian tempat. Satu-satunya ruang yang kosong adalah Aula FTK. Sempat akan dipakai untuk acara organisasi apa gitu. Ketika mereka sedang mengecek sound sistem, kami memohon pinjam duluan dengan mereka. Mereka mengalah, dan yeah! Kami dapat Aula FTK yang, duh..ruangannya adem, berAC, lebarnya 2 kali lebar ruang kelas dan ruangannya berbeeda dengan 3 ruangan lainnya yang pendingin ruangannnya menggunakan Blower, kipas angin yang brisiknya menganggu, whahaha. Kalau begini ceritanya sih, dengan senang hati kami pindah ruangan kan? wkwk. Alhamdulillah, bersyukurnya.

Sebelum pengumuman. Gabisa senyum wkwkw.
Dan akhirnya, tentunya gue bersyukur pada Allah dan berterimakasih sedalam-dalamnya untuk kedua orang tua, seluruh keluarga, sahabat dan orang-orang yang turut serta dalam pencapaian perjalanan sejauhini. Ini semua untuk kalian, KALIAN LUAR BIASAAA! Wkwk. Kaya lagi sambutan ajang award gitu ga sih? wkwkw.

Yang paling penting adalah: Ya Allah kelar juga kuliah gueee, mpet banget soalnya ngerjain skripsi wkwk.

Teman Perjalanan mengerjakan Skripsi




Penenun Asa
Bermakna dan Memaknai
8 Juni 2018
Pekanbaru
Untuk Ibu,
Jikapun aku mendapat gelar sarjana ini 
tanpamu disisiku
semoga segala pahala jihad menuntut
ilmuku selama kuliah sampai juga kepadmu




Saturday, March 17, 2018

Ngajar? Passion Yang Bertumbuh
Mau gue lari kemanapun, coba kerja apapun dimanapun selain ngajar, sok-sok nolak ngajar, tapi nurani ga bisa boong, kalau gue tetep suka ngajar. Bukan berarti karena gue anak pendidikan. Ga semua anak pendidikan suka ngajar. Awalnya justru gue ogah ngajar.

Tapi, gue jadi suka..

Gue suka ketika lihat siswa gue jadi ngerti hal baru dari apa yang gue ajarkan. Gue suka ketika melihat mata berbinar mereka ketika ingin tahu pelajaran baru dengan semangat. Gue suka ketika melihat mereka antusias ngerjain tugas yang gue berikan. Gue suka aroma ketika pertama memasuki halaman sekolah. GUE SUKA!

Perdana ngajar di PMR Madya SMP 14 Pku

GUE SUKAA YA ALLAH! Jadi suka! GILAAA.. 
Perasaan bahagia yang ga bisa dijabarkan!

Bener kata orang, passion akan kalah sama nurani. Passion gue nulis. Hobi gue juga nulis. Tapi nurani gue bilang ngajar juga bagian dari passion gue. Passion yang mulai ditumbuhkan dan ia telah bertumbuh. 

Dari sejak gue ikut KMD pramuka gelombang 2, Desember tahun lalu, gue yang jumpa banyak guru dari berbagai macam latar belakang, sekolah, dari berbagai kecamatan di kabupaten Kuantan Singingi. Belakangan gue jadi suka aktivitas mengajar.

Tampil menciptakan 1 permainan, Regu Jagung

Satu pertanyaan besar yang gue bawa ketika mau ikut KMD waktu itu: “Kenapa sih seseorang tetep bertahan jadi guru, meski gaji mereka ga seberapa?” 

Sampai di KMD yang gue ikuti hampir sebulan itu, gue bukannya dapat jawaban yang kongkrit, justru gue menyakisakan daya juang mereka buat ngikutin KMD yang patut diacungi jempol.

Mulai dari datang ontime jam 6 pagi udah di tempat meski rumah mereka jauh banget, siap ngikutin materi sampai malam. Terlihat sekali pengabdian mereka. Jawaban yang abstrak, haha.

"Mereka aja sesemangat itu buat nuntut ilmu dan siap membagikan ilmu mereka ke siswa-siswanya. Kok gue yang masih malah ga ada semangatnya?"

KMD Gelombang 2 angkatan 2017
So, semenjak ikut KMD itu, gue jadi mau ngajar. Ditunjuk jadi pelatih PMR gue okein.

Yang awalnya gue ngajar satu sekolah aja ogah-ogahan, sekarang bahkan gue pegang dua sekolah. PMR Wira SMK 1 Migas dan PMR Wira SMK 1 Pekanbaru.

Kebut materi di PMR SMK Migas

Yang meski jarak tempuh dari kost gue, ke kedua sekolah itu hampir satu jam, tetep gue nikmati. Bahkan dengan baik hatinya gue fasilitasi belajar mereka dengan spidol warna-warni, kertas hvs, stikinote. Ga sayang keluar duit pribadi gue buat memfasilitasi mereka. Asal mereka jadi pintar dah!

Bikin Mind Maping materi di PMR SMK 1 Pekanbaru

Ah, gue pikir para pengajar disana merasakan hal yang sama kaya gue; nurani yang ga bisa bohongi. Dan gue ngerasa bahwa ketika gue ngajar gue beneran menjadi manusia. Membagi ga seberapa pengetahuan yang gue punya, untuk orang lain.

Dilain hari cobalah kamu berdiri menjadi mengajar. Mengajar apapun. Dan lihatlah binar mata mereka yang kamu ajar, itu membuatmu bahagia.




Penenun Asa 
Bermakna dan Memaknai
17 Mar 2018
Pku
Maka baca hatimu baik-baik.
Jangan bohongi hatimu.
Karena barangkali ada ke-iya-an
dari ke-tidak-an yang kamu sembunyikan. 

Saturday, January 13, 2018

Jet Lag
Jet Lag (Pict: di Kuok)

Akhir-akhir ini gue gampang dihujani air mata kalo ingat ibu. Iya, kok gitu? Padahal dulu-dulu enggak.

I hate the thought of you alone
I've been keeping busy all the time
Just to try to keep you off my mind
Trying to figure out, the time zone's making me crazy

Gue yang biasa aja kemana-kemana sendiri. Berangkat kerja sejauh apapun sendiri, pulang kerja malam pun rasanya ga beban, ketawa bareng siapa aja, tapi kalo udah ingat ibu kaya nelan pil pait rasanya, hilang ketawa.

KENAPA? ADA APA? 

Apa karena perasaan gue yang akhir-akhir ini jadi lebih peka sama orang lain?

“Yung*, kenapa pergi secepat itu? Aku sebenernya ga setegar itu buat nghadapi hidup sendiri.”

I miss you so bad
(I miss you so bad)
I miss you so bad
(I miss you so bad)
I miss you so bad
(I wanna share your horizon)
I miss you so bad
And see the same sun rising
I miss you so bad**

Padahal udah hampir 11 tahun berlalu, tapi kok gue belum legowo nerima keadaan? Kenapa?

Kamu berharap seperti mahasiswa lain. Yang sama, sedang merantau mencari ilmu.

Yang ketika masanya kamu pulang kampung, kamu berharap bertemu ibumu di rumah. Ingin bercerita banyak hal padanya, sama seperti mahasiswa lain. Tapi ternyata tidak. Tidak bisa. Karena memang Ia tidak ada. Karena memang Ia telah tiada.

Dan seperti itu terus. Berharap tapi kosong. Berharap tapi sia-sia. Mau kamu menangis sekeras apapun, dia tetap tidak ada. Perjalanan hidup yang kamu tempuh terasa lebih berat jadinya. Iya, begitu.

“Ah, semoga perjalanan ini tetep menyenangkan, Yung. Meski kita nggak bersama. Meski kita nggak bisa lihat terbit dan tenggelamnya matahari bersama. Tapi kamu udah menunjukan bahwa langit masih bergradasi biru.” :)



*Yung/ Biyunge : ibu (Bahasa Jawa)
** Lirik lagu Jet Lag - Simple Plan (ft. Kotak)




Pekanbaru
13 Jan 18
Penenun Asa 
Dia masih ada kok. Meski dihati

I Miss You so Bad
Pict : Di sungai Kampar

Akhir-akhir  ini gue gampang hujan air mata kalo ingat ibu. Iya, kok gitu? Padahal dulu-dulu enggak.


I hate the thought of you alone
I've been keeping busy all the time

Just to try to keep you off my mind

Trying to figure out, the time zone's making me crazy


Gue yang biasa aja kemana-kemana sendiri. Berangkat kerja sejauh apapun sendiri, pulang kerja malam pun rasanya ga beban, ketawa bareng siapa aja, tapi kalo udah ingat ibu kaya nelan pil pait rasanya, hilang ketawa.

KENAPA? ADA APA? 
Apa karena perasaan gue yang akhir-akhir ini jadi lebih peka sama orang lain?

“Yung*, kenapa pergi secepat itu? Aku sebenernya ga setegar itu buat nghadapi hidup sendiri.”

I miss you so bad
(I miss you so bad)

I miss you so bad

(I miss you so bad)

I miss you so bad

(I wanna share your horizon)

I miss you so bad

And see the same sun rising

I miss you so bad**

Padahal udah hampir 11 tahun berlalu, tapi kok gue belum legowo nerima keadaan?

“Ah, semoga perjalanan ini tetep menyenangkan Yung. Meski kita nggak bisa lihat terbit dan tenggelamnya matahari bersama. Tapi kamu udah menunjukan bahwa langit masih bergradasi biru.” :)


*Yung/ Biyunge : ibu (Bahasa Jawa)
** Lirik lagu Jet Lag - Simple Plan (ft. Kotak)



Pekanbaru
13 Jan 18
Penenun Asa 
Dia masih ada kok. Meski dihati
Kangen tapi ga bisa meluk Ya Allah T.T

Friday, December 29, 2017

Ketika Masakan Gue Berakhir di Tempat Sampah
Ketika Masakan Gue Berakhir di Tempat Sampah

Pict: m.detik.com

Gue yang mencuci piring pagi-pagi tadi memanyunkan bibir ketika masakan yang gue masak kemarin, tersisa banyak sekali.

"Aaa, sayang bangeet! Kan mubazir jadinya, ih." Gue ngedumel ga karuan ketika membuang bekas makanan tersebut ke tempat sampah.

Gue akui, dan MEMANG HARUS DIAKUI ketika gue masak ga sehebat Wa'ku perempuan. Yang ketika beliau masak, sekali tabur garam, asinnya pas, sekali ditambah gula manis dirasa langsung enak. Lah gue? Yang mau sok-sokan ikutan mencoba menabur garam sekali saja, ujungnya berasa memindahkan air laut  ke masakan HAHA.

Pict: okezone.com

"Coba kalo masak jangan asin-asin kali, gitu." Protes Wa' laki-laki suatu kali, ketika melihat gue memotong bawang. Yang mungkin saja beliau takut trauma, harus minum air putih lebih banyak karena lidah yang harus mencicip garam berlebihan dan kenyang lebih cepat dengan minum.

"Okee." Masak lagi, ga kapok. Meski masakan gue yang kemaren berakhir di tempat sampah. Haha.

Ternyata memasak itu perlu jam terbang ya. Sama halnya seperti menulis, tulisan singkat yang sedang kamu baca ini adalah hasil latihan nulis gue dari SMP. Pun, tulisan yang tertata rapi dan enak dibaca dimanapun yang kamu temukan adalah hasil dari latihan berkali-kali si penulis yang berhasil dalam mengolah kata-kata.

Dan serupa, ketika kita melihat banyak hal yang kita jumpai bagusnya aja, atau seseorang yang hebat dalam suatu bidang, coba deh sesekali tanya padanya gini:

"Gimana kamu menjadi ahli dan hebat? Rahasianya apa? Gimana prosesnya? Atau memang bakat dari lahir?"

Tanya deh, pasti kita akan terhenyak mendengar jawabannya dan kemudian terkagum-kagum dengan ceritanya.

Karena banyak dari kita yang hanya tau bagusnya aja, dan ga tau apa yang telah dilewati, diperjuangkan, dan dikorbankan seseorang hingga ia ada diposisi hebat seperti sekarang. Begitu sih kalo kata Gazan Azka, owner Zanana Chip.

Oya, memasak memang hampir sama dengan menulis lho! Sama-sama harus punya jam terbang, perlu diulang, dilatih dan dicoba terus menerus, sama-sama harus dikerjakan dengan hati; agar masakannya terasa enak, agar tulisannya sampai ke hati si pembaca.

Tapi meskipun memasak sama-sama harus punya jam terbang seperti menulis, memasak tetep beda dong dengan menulis.

Bedanya apa?

Kalau menulis, salah huruf atau penyusunan kalimatnya kurang sesuai, bisa kapan-kapan kita edit lagi. Tapi kalau memasak, salah memasukan bumbu yang harusnya garam jadi gula, yang harusnya gula jadi micin, maka bakal jadi nano-nano deh rasa masakannya. Dan parahnya ga bisa kita edit lagi! Yang ada malah berakhir di tempat sampah, kapan-kapan  justru ga boleh masuk dapur lagi, wkwkw.

Eh, tapi ya udah. Jangan sedih-sedih, meskipun masakannya berakhir ditempat sampah. Masih ada yang mau makan dan menghargai masakan kamu kok, ayam misalnya. HAHA #kanKZL



Singhil
29 Des 17
Penenun Asa
Kamu siap mencicipi nano-nanonya masakan gue? Ghahaha, jangan deh! 
Gue ga tega meracuni orang

Wednesday, November 22, 2017

Denting Gitarmu
Denting Gitarmu
(pict: www.themusicianlab.com)

Suaramu.

Aku tertidur dan terbangun dari rasa sakit ditemani oleh suara-suaramu. Mendengar suaramu membuat sakitku terasa lekas pulih. Kamu bernyanyi dengan penuh penghayatan hingga mampu membuat perasaanku menghangat. Berasa lagu yang kamu nyanyikan buat aku, padahal ya aku tau pasti bukan ahaha.

Lagu-lagumu. 

Aku suka lagu-lagu yang kamu nyanyikan. Bukan suatu kebetulan ketika lagu-lagu yang aku suka ternyata kamu coverkan, kan? Ah, suatu kebetulankah? Berharap sih ga. Hahaha. Atau lagu-lagu yang kita sukai ternyata sama?

Denting gitarmu, 

Aku suka. Sangat lihai dan enak didengar. Dan yang lebih aku suka, ternyata kamu punya kepedulian terhadap tanah kelahiranmu. Kamu mendetingkan gitarmu bukan sekedar menghibur, bernyanyi bukan sekedar bernyanyi lagu biasa, tapi kamu bernyanyi untuk membangkitkan tanah kelahiranmu yang suatu kali terkena bencana. 

Syalut. Kamu punya kepedulian yang tinggi. Itu yang aku suka, ketika udah punya suatu kemampuan, atau udah ahli dibidang tertentu, kita memang harus tetep care pada daerah kita, tanah kelahiran kita, dan tak melupakan itu.

Anak Band

Dari dulu stigmaku tentang anak band itu ga baik, tapi kamu berbeda. Entahlah. Aku melihat kamu berbeda. 

Boleh sekali lagi dipertemukan denganmu kelak? Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Ah, tapi kamu jauh yaa. Jadi aku sampaikan ditulisan ini aja yaa:

"Aku masih suka gambar. Tapi sekarang aku lebih suka nulis, belajar public speaking dan ngajar. Kamu masih suka gambar juga, kan? Atau kamu memang sekarang lebih suka nyanyi?"

"Pesanku untukmu, jadi penyanyi yang baik ya. Jauh dari narkoba juga minuman keras, karena suatu hari nanti aku pen liat kamu nyanyi di YouTube dengan jutaan Viewers"








Sei Buluh, Kuansing 
22 Nov 17
*epilog
Sakit, kaki gue kaya digiles truk sih.
Dan badan gue kaya dipukuli algojo.

Wednesday, November 8, 2017

Me Time

Pict : Penenun Asa

Setelah hampir semingguan full ngurusin PERJUSAMI Diklatsar XIX. Yang bolak-balik ke rektorat, kesana kemari ke PMI Provinsi dan PMI kota, dan akhirnya punya Me Time juga! Yeay!

Persiapan PERJUSAMI, pasang lampu di tenda pleton.
Strong yaa. Wanita jd laki xD
Happy? Happy dongs, meski gue akui banyak yang kurang disana-sani, tapi gue bersyukur, apa yang di schedulekan berjalan lancar sesuai rencana. Berkat andil senior-senior kami dan kerjasama seluruh panitia. Uhuy! Tepuk Palang Merah Indonesia dulu dong! Untuk keberhasilan dan kerja keras kita! Wkwkwk

Briefing Panitia (Dok: KSR PMI Uin)

Menariknya, seusai acara, kami diberi waktu untuk istirahat selama 3 hari, sebelum lanjut ke kegiatan berikutnya, yaitu Diklat Lapangan! Abeuhh. Nah, Diklat Lapangan ini bakalan lebih menantang lagi, karena diadakan di luar Pekanbaru dan persiapannya cukup banyak. 

Mendirikan tenda pleton (Dok: KSR PMI Uin)

Dan ngapain gue selama 3 hari ini? Me time! 3 hari waktu istirahat gue, gunain untuk me time.

Nah, me time sendiri itu apa sih? Me time adalah menyisihkan waktu yang kita miliki, yang dihabiskan untuk menyendiri atau melakukan aktivitas yang kita sukai.

Tau ga sih, me time itu ternyata penting banget lho, kenapa? Menurut penelitian, orang sukses di dunia terbiasa melakukan me time. Bahkan menjadi suatu keharusan bagi mereka menyisihkan waktunya dalam sepekan untuk me time.

Dengan kita menyisihkan waktu kita untuk me time, manfaat yang kita dapatkan adalah tubuh sehat dan pikiran kita kembali lebih jernih, karena ketika kita melakukan me time itu artinya kita telah mengurangi resiko stress dalam tubuh dan pikiran kita.

Banyak hal yang bisa kita lakukan buat mengisi me time. Ga harus pergi refreshing jauh-jauh ke luar kota, cukup lakukan apa yang kita sukai misal; pakai masker, main games,  nonton film, dengerin musik, jalan-jalan, baca buku, olahraga, atau bahkan nambah ilmu dengan ikut pelatihan, datangi seminar.

Gue sendiri bener-bener gunain me time ini dengan  sebaik mungkin. Ga hanya sekedar ngabisin waktu istirahat tidur-tidur, gue biasa menekuni hobi sekaligus mengupgrade diri dan mengevalusi apa yang udah gue lakuin selama beberapa hari sebelumnya.

Pengisi me time.
Baca buku yang direkomendasikan Coach wira
Gue isi dengan nulis blog, baca koleksi buku yang udah dibeli tapi belum sempet gue baca wkwk, dengerin curhat teman, nelpon ramanda, bikin video, pakai masker, jalan-jalan ke toko buku meskipun ga beli ahaha, muter-muter Panam sambil nyanyi-nyanyi dan praktekin ilmu public speaking diatas motor.

Ah, gila pokoknya, tapi kemudian kembali jernih seperti biasa dan siap untuk kegiatan selanjutnya! Ahahaha.

Dan semoga sharing gue kali ini bermanfaat bagi gue dan teman-teman yang baca ini yaa 😄



Nah, gue pen tau juga dongs, apa sih yang biasa kalian lakukan buat mengisi me time kalian?
Seberapa bermaknanya me time buatmu?

Selamat mengisi me time mu! Semoga menjadi me time yang bermakna yaa:)

Karena Me Time adalah Kau dan Dirimu



8 Nov 2017
November di Pekanbaru itu
tiap harinya selalu hujan terus ya..
New Life! New Beginning! New Resolution!

Monday, October 2, 2017

Mana Sempet Gue Galauin Cinta!
Ghahahaha, gue serius ngakak baca judulnya. 

http://4.bp.blogspot.com/
Iya, gue beberapa kali jatuh cinta tapi kemudian patah hati. Ternyata patah hati itu ga menyenangkan ya? Yang dulu ketika gue belum mengenal cinta gue pengin banget ngerasain patah hati, lah sekarang pas udah ngerasain yang namanya patah hati gue malah ciut sendiri ahahaha.

Dan ya meski harus beberapa kali patah hati, tapi entah kenapa gue kaya ga dibolehin buat menggalau badaikan cinta terlalu lama. Kaya tahun lalu aja gue sempet heran, sebelum PPL gue pernah kosong banget karena kehilangan seseorang, tapi kemudian ga berapa lama gue disibukan dengan kegiatan PPL, dan hilang begitu aja itu rasa kosong yang diramekan dengan celoteh anak-anak SD.

Di Februari lalu gue juga sempet patah hati lagi. Beneran nangis deh. Tapi bersyukurnya sedihnya ga berlarut-larut, karena selanjutnya gue malah dipilih jadi koordinator acara di kegiatan lomba PMR se-Riau Ajang Giat Prestasi Remaja atau Agitapraja IV di tanggal 29 Maret- 2 April lalu.

Dengan adanya acara itu, gue mana sempet mikir yang lain-lain. Ulang tahun gue aja gue lupa! Ahahaha. Gue yang fokus bikin soal, fokus ngelobby juri, berkutat bikin schedule! Bimbingan aja gue tunda apalagi cinta? Wkwkw.

Selanjutnya gue harus mengalami patah hati lagi, -mudah-mudahan ini patah hati terakhir haha- ketika harus ditinggal seseorang yang ternyata memilih berhenti berjuang bareng gue, dia yang mungkin telah lelah menunggu gue. Sedih, kosong, tapi ga berlarut juga, karena seminggu kemudian gue ditelpon Coach Wira untuk bergabung kerja bareng teamnya! Hoaaa, impian banget deh.

Bersamaan dengan itu gue di KSR PMI dipilih jadi ketua Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar XIX ) untuk tahun ini. Yang paling menarik nih, gue ditawarin seseorang yang siap mentorin gue buat nulis buku perdana gue! Huwaaa, impian gue tuh bisa bikin buku. Tinggal eksekusinya aja. Dan terakhir yang paling penting, gue harus kelarin tugas akhir gue! Ngoahahaha

Memberi arahan dan ice breaking untuk Calon Anggota baru KSR PMI Uin Suska
Coba? Kira-kira gue sempet ga galauin cinta?

Mana sempet gue galauin cinta! Wkwkw, sombong banget.

Ga deh, ga bermaksud menyombong. Nampaknya gue emang ga layak buat menggalau badaikan cinta deh ya. Gue disuruh belajar dulu, menempa diri dengan baik. Dan menurut gue ini adalah hadiah-hadiah keren seusuai patah hati.

Gue merasa bahwa meskipun jauh dari orang tua, Allah turun tangan langsung buat ngedidik dan menempa gue. "Bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar gegalauan karena cinta dan patah hati. Udah, fokus besarkan namamu aja. Karena nanti, akan ada waktunya kamu jatuh cinta pada Dia yang datang, bertahan dan ga pernah pergi." 

Gue jadi paham, bahwa untuk melupakan cinta yang mati tips yang paling ampuh adalah dengan menyibukkan diri sesibuk-sibuknya dan buanglah galau pada tempatnya wkwkw.






2 Okt 2017
Penenun Asa
New life, new beginning, new resolution!

Betapa Tuhan Maha pemilik
sekenario yang terbaik, kan?
Dan coba deh ingat2,
barangkali ketika kamu patah hati juga,
Allah udah nyiapkan sesuatu
untuk mengHEBATkanmu.
Karena percaya deh,
HADIAH itu ga selalu terbungkus oleh kertas kado.

Thursday, August 31, 2017

Mati-matian Belajar Bahasa Ocu 

Team Penelitian; Gue, Helmi dan Halim (kiri ke kanan)

Lo pernah ga jatuh cinta pada sesuatu, kemudian darinya lo jadi mendalami, mempelajari dan mengikuti apa-apa aja yang berkaitan dengan orang yang lo cintai itu, pernah?

Gue pernah.

"Harus pake bahasa Ocu mbel, keseharian mereka pake bahasa Ocu. Kalau ndak mu diketawain ntar." Kata si Halim yang biasa gue panggil Ajo itu, mewanti-wanti gue ketika mau turun penelitian.

"Serius Jo?"

"Yoi."

Gue mikir keras atas jawaban Halim. "Kalau gitu, ajari aku bahasa Ocu ya. Biar bisa berbaur sama mereka."

"Whahaha, oke sip."

Kemudian pada hari H turun lapangan. 

Gue kikuk betul berhadapan dengan anak-anak berbaju putih merah ini. Ga ngerti mau gimana menyapa mereka. Diawal, gue hanya sebagai pengamat yang mengamati gaya bicara 2 rekan gue sama anak-anak. Ga berani ngomong apapun, takut diketawain bocah-bocah yang bahasa Ocunya masih kental ini. Ahahaha. Gue yang  diam-diam ikut melafalkan lagi apa yang 2 rekan gue ucapkan. Mingkin ini yang dinamakan secret learning.

"Gambar apo bang? Gunuang?"* Teriak anak-anak.

"Jan buek iko le, gunung ka gunuang towi mah yang kalian buek duu."** Seru si Halim ketika mengajarnya telah usai, tapi waktu masih tersisa setengah jam. Yang lain tekun menggambar. Guenya senyum-senyum sendiri dengar celoteh seperti itu. Itu doangan yang gue pahami, lainnya ga paham. Ahaha.

Beberapa kali jidad gue emang dibuat berkerut sampai akhirnya paham apa yang mereka bicarakan. Dan mampu berkerut lagi ketika mereka bertanya langsung sama gue pakai bahasa Ocu, dan guenya ga ngerti mau jawab apa. Azab banget Ya Allah, ngerti apa yg mereka katakan tapi ga mampu jawab xD

"Akak uwang mano?"*** Anak lelaki berkulit putih yang ditengarai ketua kelas mendekati gue. 

"Kak uwang Kuansing. Tapi akak ndak bisa cakap bahaso Ocu."**** Jujur gue meski terbata-bata dan kedengeran aneh banget gue ngomong begituan. AHAHAHA.

"Sst..akak tu ndak pandai cakap bahaso Ocu. Bahaso Indonesia nyie."***** Bisik-bisik yang lain.

Gue merasa asing sendiri melihat mereka bisik-bisik begitu. "AKU SIAPA? DAN DIMANA?" Teriak gue dalam hati.

Mungkin ini kali ya yang beberapa rekan KKN gue rasakan dulu ketika berada di tempat KKN yang mayoritasnya orang Jawa. Pantas juga mereka ga betah di tempat KKN. Iya, sekarang gue jadi memahami kalian wahai rekan KKN, wkwkw.

Meski terkendala bahasa ahaha

Untungnya mereka, anak-anak SD yang unch banget ini akhirnya mamahami dan mengerti bahwa gue ga bisa cakap bahaso Ocu. Ketika mereka ngomong sama gue, mereka usaha banget pake bahasa Indonesia dengan lancar. Ya meski tetep bahasa Ocunya ga hilang sih. Dan, gue merasa dihargai banget dengan usaha keras mereka yang ternyata terlihat ingin juga berbaur sama gue.

Karena merekanya juga sangat keras memahami gue, gue lebih keras lagi memahami mereka. Gue belajar bahasa Ocu mati-matian, jadi suka denger lagu Ocu, suka diskusi penggunaan kosa kata dan tata bahasa Ocu sama temen-temen gue yang dari Ocu. Biar bisa berbaur sama anak-anak itu dongs :D

Dan atas berkat kerjasama tersebut, gue terbantu sekali untuk menyelesaikan penelitian ini. Aaa, Love you nak. Selamat menjadi tonggak masa depan dan agen perubahan ya anak-anak gue yang unch! *tebar kecup

Ternyata jatuh cinta itu sesederhana itu ya? 
Saling mengenal, memahami, menghargai dan mengikut :)


Ket:
*Gambar apa bang? Gunung
**Jangan buat itu lagi. Gambar gunung terus yang kalian buat
***Kakak orang mana?
****Kakak orang Kuansing, tapi kak ga bisa ngomong pake bahasa Ocu
*****Sst, kakak itu ga pandai ngomong bahasa Ocu. Bahasa Indonesia aja yang dia pakai.


31 Agustus 2017
Penenun Asa
Dulu gue cukup rasis, menganggap suku Jawa itu yg terbaik sehingga gue memilih bergaulnya hanya sama orang Jawa aja. Tapi sekarang? Gue malah lebih banyak bergaul sama orang Ocu, Minang, Melayu, Batak. 

Karena ternyata mereka itu asik lho, sumpah, ga sehoror yg pernah gue pikirkan. Gue bahkan belajar banyak hal dari mereka. Mulai dari masak, jualan, skripsi, ketangguhan mereka di perantauan dll. Iya, ternyata semua suku itu keren dan kita bisa belajar banyak hal dari mereka. 

Intinya gue jadi lebih bisa menghargai dan open mind banget dengan teman2 yg berlatar belakang berbeda dari gue.

Maka kalo hari ini kita masih menganggap suku kita yang paling oke, berarti main kita kurang jauh. Open our mind deh atau selamanya kita akan disebut sebagai orang yang 'terbelakang'!