Monday, February 22, 2016

Memperlebar Zona Nyaman


Seharian kemarin aku lagi memikirkan obrolanku bareng Widya selama kami diperjalan pulang, selepas dari silaturahmi dari tempat Kang Mukhlis. Iya, silaturrahmi serius. Haha. Kami kumpul lagi kemaren. Asik banget pokoknya, kalau udah kumpul sama mereka. Hutang liburan terbayar hari itu juga! Ah..ya, kata Widya ‘zona nyaman’. "Ketika kita udah menemukan itu, maka perjuangkan, pertahankan!"

Simplenya gini. Aku yang suka dengan nulis, ga nulis barang satu paragraf dalam satu hari, atau ga buat quotes apaan gitu, maka bakalan hilang mood aja tuh seharian. Mood boster kata coach Wira Ramli, yang artinya pembangkitkan semangat. Dan mood boosterku itu adalah nulis. Jadi, dengan nulis, akan mampu membangkitkan semangatku, udah kaya recharge deh, bisa dibilang gitu. Kalau coach Wira dengan moodboosternya adalah musik, dengan musik, semangatnnya naik, maka aku dengan nulisku. Oke? Bisa dimengerti? Nah, pada akhirnya aku udah menemukan zona nyamanku. Inilah NULIS!
 
Kalau aku dengan zona nyamannya adalah nulis, maka lain lagi dengan 4 sahabatku yang rada-rada ga waras, AHAHA. Bisa sih ga waras gitu, tapi ngangenin -,- 
Widya misalnya, dia baru menemukan bahwa zona nyamannya adalah kebebasannya berkarya didunia entertain, yang nge-emce, siaran radio, kang Ari yang dengan COCnya dia nyaman, atau kang Mukhlis dengan kesukaannya kumpul dengan sahabat-sahabatnyanya dan sifat murah hatinya, juga Siti yang nyaman dengan mengunyah cemilan dan makanannya. Ahahaha. Ya Allah..kami ini apaan sebenarnya xD Yap, itu zona nyaman kami masing-masing.

Dengan segala zona nyaman itu, pasti deh ya kita ga mau beranjak dari hal itu. Ya kan? Yup. Siapa sih mau beranjak dari kasur ketika hujan mengguyur lebat? Maunya seharian aja kita bergulung-gulung di kasur, betul ga? Nyaman ga sih? Hangat dan empuk bukan? Seperti itu zona nyaman. Ketika kita kita udah dapatkan hal ternyaman dalam hidup kita, maka selanjutnya adalah memperlebar zona nyaman kita. Maksudnya? Nah..kita udah nyaman dengan sesuatu kan? Maka jalan selanjutnya adalah meraih yang belum sepenuhnya nyaman itu. Kaya misal di kasur tadi, udah hujan lebat banget pokoknya, posisi ga mau keluar dari kasur, maka kita memperlebar zona nyaman tadi itu, dengan menambah selimut hangat plus dengerin lagu-lagu pengantar tidur. Duhh..itu ga bakalan lepas dari kasur kalau begitu. Yup! Itu yang disebut memperlebar zona nyaman. 

Kata orang, kita perlu keluar dari zona nyaman, iyakah begitu? 
Nah lho, buat apa keluar dari zona nyaman? 
Dari hasil sharing bareng keluarga besar Thinker di grup whatsapp, aku menyimpulkan, bahwa kita ga perlu keluar dari zona nyaman kita. Kan, kita udah perjuangkan zona nyaman itu, masa sih kita harus keluar? masa sih mau dilepas? Sstt..kita hanya perlu memperlebar zona nyaman kita. Menambah kenyamanan yang udah kita dapat tadi.

Oke, kita fokuskan ke Widya dan kang Ari dulu deh. Kalau Widya yang baru menemukan bahwa zona nyamannya adalah siaran dan nge-MCnya, maka dia memperlebar zona nyamannya. Dia membuat target ditahun ini masuk jadi presenter disuatu tv.
Makin nyamankah dia? Pasti dong! Meski aku tau, dia bakalan cape bolak-balik siaran. Dia juga bakal jarang pulang kampung.  Yang pasti buat raih zona nyamannya agar lebih nyaman itu ga gampang. Karena itu nyamannya dia, maka, aku mengaminkan dan mendukungnya memperjuangkan dan mempertahankan zona nyamannya itu.

Juga kang Ari dengan zona nyaman, Clash of Clannya. Game yang lagi booming banget,
permainan yang pada tanggal 7 Oktober 2013 dirilis secara Internasional di Google Play itu, mampu membuatnya nyaman. Hingga dia lupa ada sahabat-sahabatnya. Karena itu nyamannya, maka ia memperlebar pula zona nyamannya dengan target bermain COC positif, ngehasilin duit kata dia. Insha Allah.
"Level 9, satu jutaan."
"Emang sampai level berapa?"
"11 dan itu udah keren banget semuanya!"
"Nah kamu udah level berapa?"
“Mau level 7 ke 8." Kata dia optimis sampai ke level tertinggi.
“Oh..”

Kami berempat ber 'Oh' ria. Paham kemana arah pembicaraannya. Dan kami mengaminkan dan mendukungnya. Dia nyaman? Nyaman dong, kan emang udah kesukaannya main itu. Meskipun kami berempat hanya mengangguk-angguk ga paham ketika dijelaskan dia tentang apa itu bavarian, apa itu troof, acher pula lagi, WAR apaan. Sumpah, kami diajarin 4 sks all about COC sama dia! Ahahaha. Yang pasti, yang dikorbankannya adalah,
sahabat-sahabatnya yang udah keki nyindir dia lewat pm di bbm, haha  dan paket internet dia tentunya.

Dan aku yang sekali lagi nyaman dengan nulisku. Saking asiknya, sales gedor-gedor buka pintu juga akan aku buka. Ahaha. Ya ngapain dibuka juga. Mak aku juga memperluas zona nyamanku dengan buat target, dalam sebulan 5 tulisan yang diposting diblog, tetep menulis setiap hari dan membaca buku juga setiap hari. Setelah baca buku, maka harus menuliskan point penting yang ada dibuku itu. Nah..aku nyaman? Nyaman dong..karena ternyata inilah zona nyamanku, ya palingan mata ada pedas-pedasnya gitu -.- Dan korban satu lagi, ga bisa pulang kampung! Ah..iya maaf.. *sungkem ke kak astin*

Dengan masing-masing kita yang punya zona nyaman, dari zona nyaman itu ada hal yang harus kita perjuangkan, ada hal yang harus kita raih. Mungkin terlihat egois, karena pasti ada yang terkorbankan, mungkin menyakiti mereka orang-orang tersayang juga. Dan bukan juga bermaksud egois, sekali lagi ada hal didalam diri kita yang harus kita perjauangan dan kita raih.

Nah..itu zona nyaman. Hal yang membuat kita nyaman dan akan makin nyaman ketika diperlebar. Terkadang orang tanpa perasaan berkomentar..

"Buang-buang waktu aja sih"
"Kamu gila yaa?"
"Kaya gitu aja dikejar!"
"Kurang kerjaan. Kaya ga ada kerjaan lain aja.."

Tapi gimana ya? Namanya juga udah zona nyaman gitu kan? Bagi orang lain itu memang ga penting, tapi bagi kita, yang udah mendapatkan zona nyaman itu, maka itulah hal yang penting. Lagian, koq kenapa sih sibuk ngomentarin orang? Kalau punya zona nyaman juga, kenapa ga dijalani zona nyamannya?? Nah..lho..yang kurang kerjaan siapa sekarang? Yang sibuk ngomentarin atau yang sibuk memperluas zona nyamannya?
Biarkan seseorang mencari zona ternyamannya untuk bertumbuh, arahkan dan ingatkan ia jika mulai salah arah.

Jadi, apa zona ternyamanmu?
Masih mau ngomentarin zona nyaman orang lain?

Yuk raih, perjuangkan, pertahankan!
Dan mulailah untuk memahami zona nyaman orang lain.
 

Bonus foto mencengangkan kami berlima XD


--
Penenun Asa
20 Februari 2015
Sukses Mulia
Btw, aku belum sepenunnya tau zona nyaman
 kang Mukhlis dan Siti apaan, haha
Apa zona nyaman kalian berdua sebenarnya?

share dongs :D



Tuesday, February 16, 2016

Keponakan II
Oya, ini kisah sebelumnya.. :D
Keponakan


"Mana sih balvil? Orang masih iklan gitu kan..?" Mawar datang dari belakang diikuti Nizar dengan membawa hasil buruannya dari kulkas mbah Nung. Jeruk! Wah kalau soal grebeg-mengrebeg makanan tempat mbah Nung, dia memang jagonya. Datangnya Mawar sukses mencuri perhatian Hana dan Kia. Aku mesem-mesem.

“Tuh balvil belum mulai. Masih iklan koq.” Kata Nizar polos sambil mengerucutkan bibirnya. Dia memihak siapa?

“Masih iklan, nonton bolang dulu kak Hanauu atau engga yang eseteve tadii..” Protes Mawar. Nah, ini, Mawar memihak tantennya kan? Pintar. Haha.

“Kak aku mau kaaakk.” Kia beringsut berebut jeruk dengan bang Nizar.

“Ambil-ambil! Mau Te?” Mawar menawarkan jeruknya. Aku mengangguk. Dia melempar satu butir jeruk kearahku.

“Iya..iyaa..ini aku ganti. Nih, mau ganti apa?”  Dia melunak. Meletakan remot di kursinya. Aku bekerut melihatnya. “Kak Mawar aku mau jeruknya..” Aelah..ternyata, ada udang dibalik peyek. Aku tertawa dalam hati. Untuk saat ini, aku hanya perlu mengawasi mereka. Tidak usah terlalu ikut campur pertikaian mereka. Mereka kan juga bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri, tanpa campur tangan orang dewasa. Tapi tetap, gimanapun aku harus mengutamakan kondusifnya suasana dan stabilitas emosi mereka. Haha.

Ku lirik Kia dan Bang Nizar. Setelah berebut jeruk, mereka bercengkrama berdua, saling kupas-kupasan jeruk dan cerita polos. Oke, akur.

“Udah..habis. Weekkk.” Ledek Mawar.

“Ihh..kak Mawar lho! Aku enggak dikasihhhh!!!” Protesnya tidak terima. Hana pasang wajah sewot. Lagi. Duh...

“Ya ambil di kulkas sana lho! Kan Hana punya kaki. Emang kakak pembantumu?!” Mawar berdecak sebal.

“Ya! Kak Mawar emang pembantuku!”

“Ish..ogah kali!”

Ya sallam, mau ngakak tapi gimana yaa. “Berantem. Gitu aja terus,  sampe ladang gandum dihujani meteor coklat dan jadilah koko crunch. Nih..jeruk ante nggak abis, buat Hana aja! Koko dulu, baru sekolah!” Aku menyodorkan jeruk yang belum habis setengah itu. Sambil menirukan iklan di tv, berusaha buat lurusin wajah Hana.

“Terimakasih Te!” Oke lumayan, dan itu mampu membuat wajah Hana tersenyum hangat. Kemudian Hana berlalu kearah kursinya, melewati kursi mawar dan memeletkan lidahnya.

“Huu..dasar!”

“Apaa?!”

Belum sampai Hana duduk di kursinya..

“Aku mau jeruk lagi lah bang Nizaaar!”

“Enggak mau! Kan tadi Kia udah dikasih satu sih..!”

“Ya aku mau lagi lho..! Punya bang Nizaaaarr!!!” Rengek Kia.

Duhh..ya sallaaammm. Apa lagi ini? baru habis perkara Hana yang diledek Mawar, ini si Kia pula berantem sama Nizar!! Nah..lho..


-End-


Potret mereka, ketika sedang lumayan akrab xD 
(Kiri ke kanan: Kia, Nizar, Mawar dan Hana)


Hana : kelas 1 SD, anaknya mas Taqin
Kia : TK, anak mba Astin
Mawar : Kelas 5 SD, anak mas Slamet
Nizar : TK, Adiknya Mawar
Ante : Adiknya mas Taqin, mba Astin, dan mas Slamet wkwkw



-----
Penenun Asa
Pku

Ini tulisan buat adiknya Hana
 yang lahir 12 Februari kemaren.
12 atau 11 ya? haha
Dg bertambah keponakan,
duhh..jd terbayang suasana rumah.
Kakak2mu itu brisik, iseng jg, 
jd kamu harus jd ank baik yaa, shaleh apalagi,
kalau perlu jd pnghapal quran, :D
Keponakan
"Ishhh..nengok balvil lho Teee! Kenapa diganti?!"

Aku tersentak. Duhh..tiba-tiba aja. "Hana anakanya pak Taqin yang paling cantik, lagi iklan sayangg.." Nada suaraku dibuat semanis mungkin. Padahal sih, ya sallam..berasa punya adik kecil jadinya.

"Sini remotnya!" Dia mengambil paksa remot itu dari tanganku. Memasang wajah asamnya karena acara Balvilnya diganti. Kemudian memindah chanel tv satu persatu secara manual. Aku melongo. Yah..sayang banget deh, dengan berat hati aku harus mengikhlaskan film seru di eseteve dengan tayangan bocah ini!

"Kaakkk..upin ipin lhoo." Kia yang sedari tadi diam, ikut ramai meminta jatah tayangannya. Mulutnya asik ngunyah tempe goreng menghabiskan suapan terakhirnya.

"Ya nanti lho kiaaaa! nonton balvil duluuu!"


“Upin ipiiinn.”


Sudah deh, kalau Kia sama Hana bersanding, aku pokonya lambaikan tangan ke kamera. Minta foto bersama saja. Minyak dan air sih, kalau aku sebutnya. Dua anak yang ketika aku menghadapi mereka berantem, tiba-tiba ilmu tentang menghadapi anak dan psikologi anak yang aku pelajari di kampus, hilang tertelan bumi. Aku dibuatnya tak bisa berkutik. Emak dan babeh mereka saja sodaraan banget, ini kenapa anaknya sewot-sewotan begitu? Zat kimia apa gerangan yang menyebabkan mereka pro-kontra begitu?


Wajah Hana semakin masam. Semasam ketek makhluk yang 3 hari tidak mandi. Kia turun dari kursinya, mendekati kursi Hana, hendak meminta paksa juga remot dari Hana, menantang kakaknya itu. Hana semakin sewot. Aku menahan tawa. Biarin dulu, biarin. Lihat saja part selanjutnya.


Aku rasa, memang lebih menenangkan melihat pemandangan seperti ini. Anak kecil yang berantem memperebutkan sesuatu. Mereka lebih alami, sewot alami, berteriak juga alami. Tak masalah dong berantem, toh kemudian esok atau nanti bakal lupa dan bermain bersama lagi. Sepolos itu anak-anak, begitu seterusnya. Asik, tak ada dendam, apa lagi sianida diantara mereka. Haha.


Tak seperti bertengkarnya orang dewasa, melihatnya saja serasa ingin mematikan tv. Lho drama? Iya drama banget! Makhluk dewasa yang sedang berantem; hanya diam, sama-sama dongkol, dendam nyi pelet, egonya itu lho..yang suka merasa paling benar, dan gensi buat minta maaf! Dihh..minta maaf, tegur sapa plus senyum saja enggak. Dan pertanyaan besar! Kenapa semakin dewasa kita susah meminta maaf dan memberi maaf? Nah tuh! Gimana coba? 


Hana : kelas 1 SD, anaknya mas Taqin
Kia : TK, anak mba Astin

Penenun Asa
Nah kira-kira gmn sih kelanjutan cerita mereka berdua?
Makin berantem atau malah baikan yaa?
Silakan buka part ke dua di
Keponakan II


Saturday, February 13, 2016

Penulis Egois

"Egois itu ketika hanya tulisanmu aja yang maunya dibaca, tanpa mau gantian membaca tulisan orang lain"

Panggil saja dia Goisan. Bukan warga Jepang, bukan juga keturunan Jepang. Jangan dikira nama yang berakhiran -an itu hanya orang Jepang. Orang Indo juga ada, siapa? Ya dia itu.  Goi nama panggilan sehari-harinya. Manusia paling tengil yang bercita-cita jadi penulis profesional. Nah lho, penulis profesioanal! Yang artinya menulis akan jadi sebuah profesi untuknya. Maka kerjaan dia adalah menulis. Sumber penghasilannya adalah menulis. Dengan menulis Ia dapat uang. Dengan uang itu Ia hidup. Begitu? Keren kan? Ya keren dong, karena penulis itu profesi yang cerdas bagi Ia. Impian dia begitu dan tidak ada masalah.

Apa yang tidak buat dia. Karena cita-citanya penulis, maka sejak kuliahnya dirinya aktif mengikuti organisasi, komunitas, dan aktivitas menulis. Ga hanya komunitas didunia nyata, dia pun mengikuti komunitas menulis di dunia nyata, eh..maya juga. Semua komunitas nulis di dunia maya dia ikuti. Baik yang di twitterland, facebookland ataupun whatsappland. Entah memang dia semangat atau berambisi. Kurang tahu juga.

Karena begitu banyak komunitas yang dia ikuti itu, maka di bio twitter, instagram dan facebooknya dipenuhi dan pembuktian segala komunitas yang diikutinya tersebut. Dan salah satu grup nulis yang ia ikuti adalah grup Nulis Kita. “Goi keren banget deh ya..dia aktif dibanyak komunitas menulis. Aku follow deh, semoga dia folbek aku hihihi” Gumam seorang stalker intagram Goi. 
“Iam to be Professional Writer..ckckc Goi, pantas aja dia banyak aktif di komunitas menulis. Ternyata dia pengin jadi penulis profesional tho.Stalker lainnya.
“Wah.. Goi gabung di grup Nulis Kita ya? Keren nih, udah banyak member grup Nulis Kita yang nulis buku solonya. Follow dia deh, minta folbek juga sekalian wahahaha.” Dan begitulah para followernya dan orang-orang yang membaca bionya bergumam tentang dirinya.

Tapi ada satu rahasia yang amat tidak diketahui followernya, orang-orang yang udah membaca bio di instagram atau twitternya. Bahwa Goi sebenernya tidak pernah mengenal sesama member dikomunitas onlinenya! Bahkan untuk sekedar haha hihi dengan sesama member dikomunitasnya pun jarang sekali, bisa dibilang tidak pernah malah. Pun ketika ia masuk digrup Nulis Kita. Yaah..bisa dibilang dia hanya sekedar masuk. Berharap ia selalu bisa konsisten nulis dengan ikut banyak grup tanpa harus basa-basi. Seperti suatu malam ketika,
Zzzrdd..
Hapenya bergetar. Ujung hapenya menyala berwarna ungu. Tanda pemberitahuan pesan whatsapp masuk. Dia membuka.

Nulis Teh Feeli Admin
Untuk warga Nulis Kita! Chek this out grup nulis kita!
Karena malam ini kita bakal MAKRAB!! Apaan tuh MAKRAB?
Malam Keakraban! Kali ini siapa ya yg bakal kita kepoin?
Yuk, gabung!!
kita KEPOin habis-habisan salah satu dari member kita!!  7.13 PM

“Apaan sih makrab? Basa-basi banget. Segala repot-repot ngepoin orang, grup nulis ya nulis aja gitu.” Dia hanya membacanya, “Ya kali, grup Nulis Kita. Tapi isinya kebanyakan ngobrol. Kenapa ga ganti nama aja jadi ‘Ngobrolin Kita’?” Kemudian ia kembali asik berkutat dengan film koreanya. Begitu seterusnya, setiap notif grup Nulis whatsapp yang berisi pesan, dia hanya membaca kemudian abai, malah terkadang ga dibacanya sama sekali. Membiarkan notifnya berkumpul.

Ia tidak sadar, bahwa teman-teman digrup whatsappnya juga menginginkan dia bergabung, ikut ngobrol ber-haha-hihi, sekedar menyapa, saling berkomentar atas tulisan yang udah distor atau yah, mungkin membahas yang urgent seperti LGBT yang sedang jadi trending topic, bahkan pembahasan tips menulis atau projek menulis rombongan. Tapi Ia tidak, tidak mau untuk repot-repot begitu. Ia hanya bergabung untuk stor tulisannya, sudah cukup. Bagi dia cukup itu saja. Yang penting dia telah memenuhi apa yang menjadi syarat digrup nulis itu kan? Bukankah member yang baik adalah yang setor tulisan dengan rutin?


Nulis Mba Sean Admin
Jangan lupa ya untuk stor tulisan :)
Oya, malam ini pukul 8 WIB kita akan mengobrak-abrik 
tulisan yang udh kalian stor. Jadi yuk, beri komentar, kritik dan sarannya :D
CEKIDOT digrup Nulis Kitaa!!!!!!! :DDD  7.18 PM

"Duuhh..apa lagi ini?" Membacanya sekilas, kemudian berakhir dengan mendiamkan hapenya.

Seperti itu, Goi enggan membuka notifikasi. Dan terus membiarkan notif grup nulis di whatsappnya itu hingga ribuan. Seperti suatu malam ketika esok libur imlek, notif grup nulisnya sudah mencapai 4492. “Ya sallam, mereka ngobrol apaan sih? Sampai segini banyaknya notif..” Dia menjeda film koreanya. Kemudian membuka grup nulisnya..

Nulis Ungu
Ya ampun, 8.17 PM
koq jleb banget rasany yahh -.- 8.18 PM
Menampar banget rasanya teh feelii :( 8.18 PM

“Ungu kenapa? Orang ini main bully yaa?” Kemudian ia menelusuri setiap obrolan.

Nulis Uda Coki
Ya jujur aku pun merasa nulis hanya nulis aja.,  8.18 PM
Jarang bc tulisan kalian :( 8.19 PM

Nulis Fiani
Samaan udaa, aku juga :((((( 8.20 PM

Nulis Bang Mera
Anjas! Sakit gue bacany! Penulis apaan ya gue ini yakk? -_- 8.20 PM

Nulis Pina
Aku rasa aku jg egois. 8.21 PM
Gmn ya? Aku ga suka bc tulisan yg panjang2 soalny. 
Btpa egoisny aku -.- 8.22 PM

Nulis Greyia
Aku egois dongs :(( 8.22 PM

Nulis Orin
Teh feeliii :( 8.23 PM
Disebut pwnuliskah aku ini? 8.23 PM
*penulis *typo 8.24 PM

Makin penasaran lha Goi dengan obrolan di grup itu. “Kenapa mereka bermellow ria gini ya?” gumamnya lagi, penuh tanda tanya. Makin penasaran maka semakin jauh dia menelusuri keatas tiap obrolan itu. Sampailah ia pada..

Nulis Teh Feli
Egois itu…….(salah satu ciri penulis egois) 8.10 PM
Penulis itu ga boleh angkuh! 
Gimana tulisan kita mau dibaca orang lain, 
kalau kita sndri ogah bc tulisan org lain! 8.12 PM

PLAK! Sebuah tamparan keras mendarat dipipi kanan Goi. Dia menulusuri lagi, dan membacanya secara acak. Goi sudah tertinggal banyak obrolan ternyata.

Nulis Kang Tuin
Aku ga naif. Aku jg trkdg ga bc tulisan yg klian stor. 
Tp aku pasti bkal nympetin bc koq :) 8.26 PM

Nulis Teh Feli Admin
Ya harus. Karena dg bc tulisan ssma mmber kita aja, 
maka kita jd tau mn tulisan teman kita yg slh.
 Kita mngoreksiny. Dg bgitu kita bs brtumbuh brsama :) 8.26 PM

Nulis Mba Sean Admin
Yg anehny, 
kita ingin selalu diperlakukan seperti apa yang kita inginkan, 
tapi kita ga mau memperlakukan orang lain seperti yang mereka inginkan. 8.27 PM
Kita ingin tulisan kita dibc, dikomntar, dikoreksi, 
tp kita ga pernah mau bc tulisan org lain. 8.27 PM

PLAK!! Kali ini tamparan tepat mendarat pipi disebelah kiri Goi. Sakit. Itulah yang Goi rasakan ketika membaca obrolan grup kali ini. Kenapa Ia harus baca obrolan yang seperti itu? Padahal Ia membaca secara acak. Ia merenung dalam. Merenung atas kalimat diobrolan yang secara tidak langsung mampu menamparnya secara tak disengaja itu. Ia meletakan hapenya.

Benar adanya. Selama ini Ia hanya menyetor tulisan. Tanpa mau membaca tulisan sesama membernya. Dan Goi merasa bahwa dirinya sejauh ini tak bisa disebut penulis. “Karena penulis macam apa, yang angkuh dan tak mau mengapresiasi karya orang lain?” “Penulis hebat mana yang tak mau membaca tulisan orang lain?!” Batinnya membuncah. Bulir air matanya terjatuh. Betapa Ia merasa bahwa dirinya begitu angkuh. Menulis hanya menulis tanpa mau membantu orang lain bertumbuh. Menulis hanya menulis untuk sendiri. Bergabung dengan banyak grup menulis, tapi hanya menjadi buah kesombongan.
 ***

Nulis Bang Mera
Ya sallam. Nih knp para admin lg bolak-balik nampar pipi yakk :O 8.31 PM

Nulis Biru
Lg maen sindir2an kyany bang mer -,,- 8.32 PM

Nulis Greyia
Demi apah bang mer, pipi kanan kiriku udh lebam nih :( 8.38 PM
Ah..teh felii, mba seann :( 8.39 PM

:’(((((( 8.40 PM

Nulis Kang Tuin
Jadi ingat quotes ini, hampir senada ;) 8.45 PM


Hatinya semakin sesak.Sakit.


-End-

_______________________________
Penenun Asa
9 Februari 2015
Pku