Tuesday, February 16, 2016

"Ishhh..nengok balvil lho Teee! Kenapa diganti?!"

Aku tersentak. Duhh..tiba-tiba aja. "Hana anakanya pak Taqin yang paling cantik, lagi iklan sayangg.." Nada suaraku dibuat semanis mungkin. Padahal sih, ya sallam..berasa punya adik kecil jadinya.

"Sini remotnya!" Dia mengambil paksa remot itu dari tanganku. Memasang wajah asamnya karena acara Balvilnya diganti. Kemudian memindah chanel tv satu persatu secara manual. Aku melongo. Yah..sayang banget deh, dengan berat hati aku harus mengikhlaskan film seru di eseteve dengan tayangan bocah ini!

"Kaakkk..upin ipin lhoo." Kia yang sedari tadi diam, ikut ramai meminta jatah tayangannya. Mulutnya asik ngunyah tempe goreng menghabiskan suapan terakhirnya.

"Ya nanti lho kiaaaa! nonton balvil duluuu!"


“Upin ipiiinn.”


Sudah deh, kalau Kia sama Hana bersanding, aku pokonya lambaikan tangan ke kamera. Minta foto bersama saja. Minyak dan air sih, kalau aku sebutnya. Dua anak yang ketika aku menghadapi mereka berantem, tiba-tiba ilmu tentang menghadapi anak dan psikologi anak yang aku pelajari di kampus, hilang tertelan bumi. Aku dibuatnya tak bisa berkutik. Emak dan babeh mereka saja sodaraan banget, ini kenapa anaknya sewot-sewotan begitu? Zat kimia apa gerangan yang menyebabkan mereka pro-kontra begitu?


Wajah Hana semakin masam. Semasam ketek makhluk yang 3 hari tidak mandi. Kia turun dari kursinya, mendekati kursi Hana, hendak meminta paksa juga remot dari Hana, menantang kakaknya itu. Hana semakin sewot. Aku menahan tawa. Biarin dulu, biarin. Lihat saja part selanjutnya.


Aku rasa, memang lebih menenangkan melihat pemandangan seperti ini. Anak kecil yang berantem memperebutkan sesuatu. Mereka lebih alami, sewot alami, berteriak juga alami. Tak masalah dong berantem, toh kemudian esok atau nanti bakal lupa dan bermain bersama lagi. Sepolos itu anak-anak, begitu seterusnya. Asik, tak ada dendam, apa lagi sianida diantara mereka. Haha.


Tak seperti bertengkarnya orang dewasa, melihatnya saja serasa ingin mematikan tv. Lho drama? Iya drama banget! Makhluk dewasa yang sedang berantem; hanya diam, sama-sama dongkol, dendam nyi pelet, egonya itu lho..yang suka merasa paling benar, dan gensi buat minta maaf! Dihh..minta maaf, tegur sapa plus senyum saja enggak. Dan pertanyaan besar! Kenapa semakin dewasa kita susah meminta maaf dan memberi maaf? Nah tuh! Gimana coba? 


Hana : kelas 1 SD, anaknya mas Taqin
Kia : TK, anak mba Astin

Penenun Asa
Nah kira-kira gmn sih kelanjutan cerita mereka berdua?
Makin berantem atau malah baikan yaa?
Silakan buka part ke dua di
Keponakan II


Assalamualaikum Halo, aku Khoeriyah Muiz. Pengajar muda sekaligus ASN 2018 yang akan menginspirasi melalui tulisan. Tinggalkan komentar, kritik dan sarannya yaa. Terima kasih :)

0 comments: