Wednesday, June 15, 2016

Mentulikan Diri Kita

Pict By : Penenun Asa

Kalau kita hidup dengan standar omongan orang, hidup akan terasa lebih keras. Kalau kita hidup ngikutin apa kata orang, hati akan lelah. Bahkan setelah semua dicapai, hati akan berasa hambar. Kenapa? Karena standar omongan orang itu terkadang suka berlebihan, bahkan sering kali tak sesuai dengan nurani kita.

Bahkan ketika kita ngga yakin pada nurani diri sendiri, terpengaruh lingkungan dan stigma yang membuat kita memilih ikut gengsi, menurut pak Farid Poniman penemu konsep STIFIn, maka bagi kita hidup hidup akan terasa rumit dan kompleks. Bisa jadi inilah yang buat kita nggak bahagia.

Adakalanya, kita harus mentulikan diri kita dari omongan dilingkungan sekitar. Adakalanya seperti itu. Nggak harus menelan mentah-mentah apa pun omongan orang. Memilih hidup yang sesuai dengan nurani kita, yang sesuai dengan kapasitas kita agar kita nantinya mencapai tingkatan mental, moralitas, dan spiritual. Dan mencapai ini nggak harus sesuai dengan harapan orang lain, ngga harus sesuai dengan omongan orang lain. Sepakat? 

Beehh..bahasanya berat banget ya? Hahaha.

Pepatah anak kost bilang gini “Buat apa makan enak, tapi sekalinya makan ngabisin duit banyak. Ah..ngapain gengsi gitu, nyiksa diri aja. Eh..besoknya makan telor ceplok dan mie instan doang!  Biar aja makan biasa-biasa aja, yang penting duitnya sampai dan ga perlu ngutang. Biar ajala, ga usah makan enak.”

Masalah keuangan emang menjadi masalah paling sensitif, di telinga anak kost. Maklumlah perantauan. Hahaha. Kaya kami kemaren pas pilih tempat bukber. Memilih tempat yang biasa aja, paket makan juga yang paling murah, pas pergi bukber juga memakai baju biasa. Yang penting semua bisa kumpul bisa buka bersama. Bahkan Widya:

“Wei..tau ga? Aku sampai di bully orang itu, kata mereka “Ngahaha..masa nyari makan yang paketnya paling murah gitu”. Malu aku dibilang gitu.” Dia melapor kepada kami, ketika kami baru sampai di kostnya untuk menjemputnya.

“Gahahaha..ga usah dengerin kata mereka. Biarin aja lah.” Jawab kami serempak. “Kaya mereka mau bayarin makan kita aja, kan? ” Bukannya sakit hati, malah jadi lawakan xD

Nah, memang harus ditulikan telinga kita, kan?

Tentang mentulikan diri dari omongan, maka dari sahabat yang satu inilah aku belajar. Siapa dia?
Kang Mukhlis, begitu aku memanggilnya. Kemaren sempet aku singgung namanya didalam tulisan ini >> Kok Bisa Akrab dan Bisa Sama-Sama Terus Ya?

Dia, lebih memilih jurusan Ilmu Pemerintah di UIR dari pada jurusan lainnya seperti teknik atau menejemen misalnya. Juga memilih ngampus di UIR dari pada kampus lainnya yang orang lain bilang lebih BERGENGSI. Baginya itu pilihan yang cukup bagus. Dia suka, dia tertarik tentang ilmu pemerintahan dan paham tentang itu. Seolah itulah dunianya, disitu dia merasa enjoy, mendapat teman-teman yang sesuai dengannya. Itu yang paling penting. 

Meski berhenti setahun sebelum lanjut kuliah, itu bukan hambatan baginya. Bahkan setahun itu ia pakai untuk meningkatkan levelnya di ilmu pemerintahan. Dia gunakan waktunya untuk belajar. Mengamati perkembangan seputar kehidupan juga pemerintahan indonesia. Mendalami tentang pemerintahan sebelum ia kuliah di jurusan itu. Dia hidup diatas rata-rata bukan? Yaitu telah mempelajari dahulu apa yang akan dia pelajari. 

Banyak orang yang heran dengan pilihan jurusan dia. Kenapa pilih jurusan itu? Lulusnya mau jadi apa? Kenapa ngga pilih jurusan yang lebih fenomenal? Yap! Omongan sumbang! Dan dia menutup telinga. Baginya omongan seperti itu akan menjadi ganjalan dihati dan membuatnya lemah iman. Justru omongan tersebut menjadi motivasi tersendiri. Dia hidup dengan pilihanya sendiri, menjalani apa yang dia suka dan dia tidak memperumit hidupnya. Dia memilih berdamai dengan lingkungan untuk meraih cita-citanya. Hidup sederhana sebagai mahasiswa, juga tidak berlebihan memakai baju. Dia egga pernah gengsi.

So, kenapa harus gengsi? 
Ingat, bergengsilah sesuai kapasitas. “Ngga ada duit ya udah, tampil biasa aja, pun engga usah makan mahal-mahal segala.” 
Seperti quotes diatas:


 Tulikan diri kita
dari apa yang orang bilang gengsi
agar kelak kita dapat menikmati
manisnya hidup bergengsi


Dan aku sebagai sahabat dia yang paling unik, maka aku memotivasinya dengan cara yang unik pula. Hahahaha.

Dokumen Spesial

Dokumen Spesial


Penenun Asa
Pahamilah dalamnya kantong anak kost :(






Sunday, June 12, 2016

Kok Bisa Akrab dan Bisa Sama-Sama Terus Ya?


 Dari kiri cowo: Mukhlis dan Ari. Dari kiri cewe: Widya, Ilma, Siti, Vani dan Muiz


Kalau orang punya kesamaan, baik hobi, sifat, atau kesukaan bahkan kampus atau jurusan itu wajar ga sih kalau mereka dekat? Wajar kan? Nah..gimana kalau sebaliknya? Baik hobi, sifat ataupun kesukaan juga kampus dan jurusan juga ga samaan? Mengherankan ga sih, kalau mereka dekat bahkan akrab pula. Udah gitu, bisa sama-sama terus lagi! Nah, heran kan? Itu juga yang buat Aku heran plus takjub dengan kedekatan kami. Demi apa, kami ini sebenarnya begitu kontras abis! Bisa dibilang gitu. Tapi kok? Kok bisa? Penasaran?

Eh..by the way aku perlu memperkenalkan mereka satu-persatu ga sih? Ga perlu kayanya deh, ga penting-penting amat soalnya. Tinggal baca aja profil mereka di facebook, gampang kan?:P

Tapi ga afdol kalau aku ga memperkenalkan mereka, karena pastinya yang akan wira-wiri diblogku ya mereka ini. Oke, tapi aku mengenalkan mereka dari sisi akunya aja yaahh. Ini mungkin bukan perkanlan, ini adalah sisi lain dari mereka xD #siapdijambak
Eh, tapi sebelumnya, nama mereka juga pernah ada di postingan ini lho>> Memperlebar Zona Nyaman:D

Dimulai dari dia ya? Kenapa dia? Karena dia. Hahaha. Nama panjang Widya Destari. Kami biasa manggil dia Miss Voice, alasanya karena dia kalau mengirim pesan, lebih suka memakai voice note  dan ogah repot-repot ngetik. Atau aku dan kang Ari yang memanggil dia dengan sebutan Emak Tiri. Karena dia suka berasa sadis gitu kalau balas di chat, jarang-jarang pakai emot unyu. 

Si cantik bersuara ceria ini juga anak Uin, sama kaya aku dan Ilma. Hanya saja dia jurusan Ilmu Komunikasi. Selaras dengan jurusannya, dan kesukaan dia membalas pesan dengan voice note, maka kegiatan yang diambilnya juga yang berbau voice. Apa itu? Penyiar! Nah..dia adalah bagian dari penyiar kece di radio Warna FM dengan nama samaran Sissy dan radio Suska FM dengan panggilan Wina. "Haha, banyak namamu Wid!". 

Widya, Wina dan Sissy ini adalah makhluk dengan banyak fans, terbukti dengan followers Instagramnya yang mencapai 1K. Dan itu kemaren dia pamer ke aku gini..

Followers aku nambah lagi. 1K lho sekarang.” Kata dia ketika abang studio foto memfollow akun Instagram dia.

Followers 1K, tapi mu ngefollow mereka juga. Entah kaya mana. Bukan artislah itu namanya.”

“Ga apa-apa, yang penting 1K..” :p

-____-

Bagaimana kami mengenal? Dari SMP, kemudian bersama lagi dalam satu kelas di 2 IPA. Nah, bagaimana kami bisa dekat? Kayanya setelah masuk organisasi Uin Suska Mengajar sih. Sejak itu kayanya deh, kami bener akrab seakrab-akrabnya. Curhat banyak hal tanpa tadeng aling-aling. Dan memang begitu nyaman bercerita dengannya.

Eh, tau ga? Agenda kami ngumpul kali ini, diperlancar oleh turun tangan dia yang membooking tempat makan.

"Eh..iya nih, aku mau booking nih sekarang? Pakai nama aku, jadi kalian harus datang lhoo.." Kata dia mewanti-wanti lewat hape.

"Iya-iya..-,-" Jawab Kang Ari.

Duhh..ga usah tanya dia siapa. Dialah mbah Il. Dengan nama panjang Ilmayasari teman se-lokal dari SMP, bersama-sama lagi SMA kelas 2 IPA bahkan bertemu lagi dalam fakultas, jurusan bahkan lokal yang sama lagi di perguruan tinggi negeri. Udah gitu satu kost lagi. Gila aja. Maka diantara yang lain, aku sama Ilma inilah yang sama jurusannya. Rrr.. So, kalau berfoto, kami selalu berusaha berjauhan 

“Ish..aku fotonya jangan deket Muiz lha. Dia lagi.” 

“Aku juga ga mau deket mbah Ilma lha. Dimana-mana aku foto, selalu ada dia.” 

Dan ya begitulah. Bagaimana lagi? Hahaha.


Kami ini adalah bagian dari jeng-jeng yang terbentuk ketika kami masuk 2 IPA. Jeng Marla, Jeng Arnis, Jeng Fitri dan Jeng Novi, terus aku jeng Muiz. Whaha, kaya ibu-ibu arisan deh! Begitu dekat, dan katika pulkam pasti diusahakan buat ngumpul.  Iya kaliaan..

Dia masuk di FKIP UR dengan nama KTM Siti Amaliyah. Sama dengan Widya juga Ilma yang kenal dari SMP, kemudian disatukan lagi di 2 IPA. Calon cik gu SD yang cemerlang? Pasti! Udah gitu, begitu banyak lelaki yang begitu terjerat pesonanya. 
“Mu tau, si Anu tuh ga bisa ngelupain Siti lho.” Kata diantara kami berbisik, ketika ketika Siti pergi ke kamar kecil.

“Hemm..mereka pernah pacaran ya?” Tuh, kan! Baru buka puasa, udah gosipin orang aja!

“Ga.. si Anu cuma suka ma Siti, tapi Sitinya kan bilang ga mau pacaran dulu.” 

“Ohh..gitu.”

“Siapa sih, si Anu?”

“Ahh..mu! Si Anu aja ga tau!” Kemudian kami berdua hampir sama-sama melempar kotak tisyu kearah dia.

“Hihh..aku ga kenal si Anu. Siapa sih?”

Kemudian kami berdua sama-sama menyeruput es teh, mengabaikan dia yang masih dengan rasa penasarannya. Kira-kira ini siapa sih yang lagi gosipin Siti? Haha.
 
Ibu perawat berwajah oval ini adalah Vani Safarina. Selalu jadi artis dari zaman SD mungkin ya, sampai sekarang masuk di STIKES Payung Negeri. Ngahaha. Ratunya sosmed pokoknya. Coba aja dilirik Instagramnya, pasti bakal geleng-geleng kepala. Mengenal dia itu mudah sekali, karena dia termasuk orang yang begitu populer. Dia juga lha yang paling heboh ketika bertemu orang di jalan raya..

“Weiiiiiii…WIDYAAAA..”

“Mu tau Iz, aku lagi di jalan, diteriakin gitu. Padahal aku dibalik kaca mobil, tapi dia ternyata lihat aku dan nyapanya heboh gitu. Siapalah, kataku. Malu-maluin kali.”

Dan kemudian Vani ngakak, ketika Widya melaporin tingkah tak patut dia. Ckckck. Huwala, tapi meski begitu, kita perlu ucapkan terima kasih juga pada Vani, berkat idenya kita bisa foto bersama dengan kece gini. Meski lagi-lagi ada yang berkomentar..

"Idenya siapa sih foto studio? Lenjeh banget deh.." Cibir Widya.

"Kang Mukhlis. Dia aku telpon bilangnya minta foto studio juga." Kataku.

"Ei..Vani lha yang ngajak. Bukan aku. Dia yang komen di foto yang aku aplod." Kang Mukhlis membela.

"Oo..idenya Vani ternyataa.."

 "Kapan lagi lo weiiii..." Vani kemudian menjadi tersangka. Dan Widya tersenyum penuh kemenangan.

Aku? Serius nih penasaran sama aku? Aku adalah anak bawang. Yang sedang menceritakan segala aib mereka. Hahaha. 

Dialah pemilik nama terpanjang diantara kami Muhammad Mukhlis Iwan Purnomo. Bisa banget bokapnya punya inspirasi nama sepanjang itu yaa. Diantara kami pula, dia sendiri yang masih semester 4. Doi memang sempet berhenti setahun ketika akhirnya memilih jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Islam Riau untuk menempa dirinya. Mantan ketua kelas 3 IPA ini, adalah oran paling memiliki perasaan empati yang begitu tinggi. Empati yang bahkan dipadukan dengan sabar, kedewasaan yang luar biasa, tapi kadang-kadang bisa berubah menjadi orang yang mudah tersakiti. Haha. #piss

Dia begitu melakoni hidupnya di jurusan yang dia pilih dengan amat bangga. Perilakunya, gaya rambut, tutur katanya, gaya berpakaiannya, udah hampir sama dengan pejabat negara. Dalam hatiku berkata“Koq dia bisa gitu kali yaa. Padahal setelah tamat bahkan aku ga terpikir mau jadi guru SD. Sedang dia? Makk..luar biasa. Keteguhan hati dia itu lho..” 

Dan kalian tahu? Ide foto studio dengan memakai almamater itu juga ide dia lhoo. Padahal Widya dan Vani sempet memprotes keras. Hahaha.

“Ish…almamater aku udah entah kemana lhoo..”

“Ih..malu lha aku pake alamamater ini. Aneh kali pake almamater ini.”

“Kaya mau KKN aja pake almamater gini.”

“Formal kali nih foto kita..”

Ya pada akhirnya, masing-masing kami paham kok arti berfoto dengan almamater. Meski sambil ngedumel panjang lebar gitu. Maka berterima kasihlah padanya! Sehingga kita bisa mengabadikan sejarah wkwkw.
 
Mengenal lelaki bernama panjang Ari Setiawan ini dari SMP juga. Tapi benar-benar bisa akrab ketika kelas 2 SMA. Mantan ketuas OSIS di SMA ini katanya sih suami idaman. Ya lha, masa nggak. Kalau dia suami idaman, maka kami-kami yang cewe adalah istri idaman juga pokoknya. Hihi. Dia adalah orang yang secara ga langsung mengajarkan kepada kami untuk terus berkomunikasi dengan intens, meski hanya lewat grup. 

Dia selalu menyempatkan diri ber-chat-ria dengan kami. Meski aktif di sosmed, tapi ia begitu jarang apload foto. Sekalinya apload foto, ganti foto profil dengan orang membawa obeng. Heum. Aku bahkan sampai bilang “Oke, baiklah. Orang mengenalmu  lewat profil FBmu dengan detail nama, Ari Setiawan, ngampus di UR, jurusan Teknik Mesin. Tapi kalau lihat profilmu, pasti orang bakal bilang dalam hati gini “Si Ari anak bengkel nih, terlihat dari foto profilnya yang bawa obeng..”” Kemudiaan aku terpingkal ketika menyampaikan analisaku ke dia. “Oh..iyaya betul juga yaa…” Aku pun semakin terpingkal.

Dia ternyata dandannya lama! Ampun dah, pakai dasi udah di depan kaca bermenit-menit belum juga kelar. Belum lagi menyisir rambutnya. Mau dibuat selicin apa sebenarnya? Bahkan lamanya mengalahkan kami para ledies. Kami udah bersiap berfoto, dia masih asik dengan dasi. Pada akhirnya.. 
"Kaya gini gengs. Udah rapi belum sih?" Kata dia bertanya ragu ke arah kami. 

“Abaaaangg..lamaaaaa. Sini adek pakaikan dasinyaaa..” Emak tiri yang turun tangan, memakaikan dasi dengan mesra ke dia. Dan kami tertawa geli. Bisa-bisanya. Ngahaha.

Kok bisa akrab ya? Kok bisa sama-sama terus ya? Nah, pasti belum ketemu jawabannya kan? 
Tunggu kelanjutannya! Ghahaha :P


Penenun Asa
Kenapa aku menulis ini?
Karena aku ingin mendekap kalian, lewat kata :)