![]() |
Pict By : Penenun Asa |
Kalau kita hidup dengan standar omongan orang, hidup akan terasa lebih
keras. Kalau kita hidup ngikutin apa kata orang, hati akan lelah. Bahkan setelah
semua dicapai, hati akan berasa hambar. Kenapa?
Karena standar omongan orang itu terkadang suka berlebihan, bahkan sering kali
tak sesuai dengan nurani kita.
Bahkan ketika kita
ngga yakin pada nurani diri sendiri, terpengaruh lingkungan dan stigma yang
membuat kita memilih ikut gengsi, menurut pak Farid Poniman penemu konsep STIFIn,
maka bagi kita hidup hidup akan terasa rumit dan kompleks. Bisa jadi inilah yang buat kita nggak bahagia.
Adakalanya,
kita harus
mentulikan diri kita dari omongan dilingkungan sekitar. Adakalanya seperti itu. Nggak
harus menelan mentah-mentah apa pun omongan orang. Memilih hidup yang sesuai
dengan nurani kita, yang sesuai dengan kapasitas kita agar kita nantinya
mencapai tingkatan mental, moralitas, dan spiritual. Dan mencapai ini nggak harus
sesuai dengan harapan orang lain, ngga harus sesuai dengan omongan orang lain. Sepakat?
Beehh..bahasanya berat banget ya? Hahaha.
Pepatah anak kost bilang gini “Buat apa makan
enak, tapi sekalinya makan ngabisin duit banyak. Ah..ngapain gengsi gitu, nyiksa diri aja. Eh..besoknya makan telor ceplok dan
mie instan doang! Biar aja makan
biasa-biasa aja, yang penting duitnya sampai dan ga
perlu ngutang. Biar ajala, ga usah makan enak.”
Masalah keuangan emang menjadi masalah paling sensitif, di telinga anak kost. Maklumlah perantauan. Hahaha. Kaya kami kemaren pas pilih tempat bukber. Memilih tempat yang biasa aja, paket makan juga
yang paling murah, pas pergi bukber juga memakai baju biasa. Yang penting semua bisa kumpul bisa buka bersama. Bahkan
Widya:
“Wei..tau ga? Aku sampai di bully orang itu, kata mereka “Ngahaha..masa nyari makan yang paketnya
paling murah gitu”. Malu aku dibilang gitu.” Dia melapor kepada kami, ketika kami baru sampai di kostnya untuk menjemputnya.
“Gahahaha..ga usah dengerin kata mereka. Biarin aja lah.” Jawab kami
serempak. “Kaya mereka mau bayarin makan kita aja, kan? ” Bukannya sakit hati,
malah jadi lawakan xD
Nah, memang harus ditulikan telinga kita, kan?
Tentang mentulikan diri dari omongan, maka dari sahabat yang satu inilah aku belajar.
Siapa dia?
Kang Mukhlis, begitu
aku memanggilnya. Kemaren sempet aku singgung namanya didalam tulisan ini
>> Kok Bisa Akrab dan Bisa Sama-Sama Terus Ya?
Dia, lebih memilih jurusan Ilmu Pemerintah di UIR dari pada jurusan lainnya seperti
teknik atau menejemen misalnya.
Juga memilih ngampus di UIR dari pada kampus lainnya yang
orang lain bilang lebih BERGENGSI. Baginya itu
pilihan yang cukup bagus. Dia suka, dia tertarik tentang ilmu pemerintahan dan paham tentang itu.
Seolah itulah dunianya, disitu dia merasa enjoy, mendapat teman-teman yang sesuai dengannya. Itu
yang paling penting.
Meski berhenti setahun sebelum lanjut kuliah, itu
bukan hambatan baginya. Bahkan setahun itu ia pakai untuk meningkatkan levelnya
di ilmu pemerintahan. Dia gunakan waktunya untuk
belajar. Mengamati
perkembangan seputar kehidupan juga pemerintahan indonesia. Mendalami tentang pemerintahan sebelum ia
kuliah di jurusan itu. Dia hidup diatas rata-rata bukan? Yaitu telah mempelajari dahulu apa yang akan
dia pelajari.
Banyak orang yang
heran dengan pilihan jurusan dia. Kenapa pilih jurusan itu? Lulusnya mau jadi
apa? Kenapa ngga pilih jurusan yang lebih fenomenal? Yap! Omongan sumbang! Dan
dia menutup telinga. Baginya omongan seperti itu akan menjadi ganjalan dihati
dan membuatnya lemah iman. Justru omongan tersebut menjadi motivasi tersendiri.
Dia hidup dengan pilihanya sendiri, menjalani apa yang dia suka dan dia tidak
memperumit hidupnya. Dia memilih berdamai dengan lingkungan untuk meraih
cita-citanya. Hidup sederhana sebagai mahasiswa, juga tidak berlebihan memakai
baju. Dia egga pernah gengsi.
So, kenapa harus gengsi?
Ingat, bergengsilah sesuai kapasitas. “Ngga ada duit ya udah, tampil biasa
aja, pun engga usah makan mahal-mahal segala.”
Seperti quotes diatas:
Tulikan diri kita
dari apa yang orang bilang gengsi
agar kelak kita dapat menikmati
manisnya hidup bergengsi
Dan aku sebagai sahabat dia yang paling unik, maka aku memotivasinya dengan cara yang unik pula. Hahahaha.
![]() |
Dokumen Spesial |
![]() |
Dokumen Spesial |
Penenun Asa
Pahamilah dalamnya kantong anak kost :(
0 comments: