Sunday, June 12, 2016

Kok Bisa Akrab dan Bisa Sama-Sama Terus Ya?


 Dari kiri cowo: Mukhlis dan Ari. Dari kiri cewe: Widya, Ilma, Siti, Vani dan Muiz


Kalau orang punya kesamaan, baik hobi, sifat, atau kesukaan bahkan kampus atau jurusan itu wajar ga sih kalau mereka dekat? Wajar kan? Nah..gimana kalau sebaliknya? Baik hobi, sifat ataupun kesukaan juga kampus dan jurusan juga ga samaan? Mengherankan ga sih, kalau mereka dekat bahkan akrab pula. Udah gitu, bisa sama-sama terus lagi! Nah, heran kan? Itu juga yang buat Aku heran plus takjub dengan kedekatan kami. Demi apa, kami ini sebenarnya begitu kontras abis! Bisa dibilang gitu. Tapi kok? Kok bisa? Penasaran?

Eh..by the way aku perlu memperkenalkan mereka satu-persatu ga sih? Ga perlu kayanya deh, ga penting-penting amat soalnya. Tinggal baca aja profil mereka di facebook, gampang kan?:P

Tapi ga afdol kalau aku ga memperkenalkan mereka, karena pastinya yang akan wira-wiri diblogku ya mereka ini. Oke, tapi aku mengenalkan mereka dari sisi akunya aja yaahh. Ini mungkin bukan perkanlan, ini adalah sisi lain dari mereka xD #siapdijambak
Eh, tapi sebelumnya, nama mereka juga pernah ada di postingan ini lho>> Memperlebar Zona Nyaman:D

Dimulai dari dia ya? Kenapa dia? Karena dia. Hahaha. Nama panjang Widya Destari. Kami biasa manggil dia Miss Voice, alasanya karena dia kalau mengirim pesan, lebih suka memakai voice note  dan ogah repot-repot ngetik. Atau aku dan kang Ari yang memanggil dia dengan sebutan Emak Tiri. Karena dia suka berasa sadis gitu kalau balas di chat, jarang-jarang pakai emot unyu. 

Si cantik bersuara ceria ini juga anak Uin, sama kaya aku dan Ilma. Hanya saja dia jurusan Ilmu Komunikasi. Selaras dengan jurusannya, dan kesukaan dia membalas pesan dengan voice note, maka kegiatan yang diambilnya juga yang berbau voice. Apa itu? Penyiar! Nah..dia adalah bagian dari penyiar kece di radio Warna FM dengan nama samaran Sissy dan radio Suska FM dengan panggilan Wina. "Haha, banyak namamu Wid!". 

Widya, Wina dan Sissy ini adalah makhluk dengan banyak fans, terbukti dengan followers Instagramnya yang mencapai 1K. Dan itu kemaren dia pamer ke aku gini..

Followers aku nambah lagi. 1K lho sekarang.” Kata dia ketika abang studio foto memfollow akun Instagram dia.

Followers 1K, tapi mu ngefollow mereka juga. Entah kaya mana. Bukan artislah itu namanya.”

“Ga apa-apa, yang penting 1K..” :p

-____-

Bagaimana kami mengenal? Dari SMP, kemudian bersama lagi dalam satu kelas di 2 IPA. Nah, bagaimana kami bisa dekat? Kayanya setelah masuk organisasi Uin Suska Mengajar sih. Sejak itu kayanya deh, kami bener akrab seakrab-akrabnya. Curhat banyak hal tanpa tadeng aling-aling. Dan memang begitu nyaman bercerita dengannya.

Eh, tau ga? Agenda kami ngumpul kali ini, diperlancar oleh turun tangan dia yang membooking tempat makan.

"Eh..iya nih, aku mau booking nih sekarang? Pakai nama aku, jadi kalian harus datang lhoo.." Kata dia mewanti-wanti lewat hape.

"Iya-iya..-,-" Jawab Kang Ari.

Duhh..ga usah tanya dia siapa. Dialah mbah Il. Dengan nama panjang Ilmayasari teman se-lokal dari SMP, bersama-sama lagi SMA kelas 2 IPA bahkan bertemu lagi dalam fakultas, jurusan bahkan lokal yang sama lagi di perguruan tinggi negeri. Udah gitu satu kost lagi. Gila aja. Maka diantara yang lain, aku sama Ilma inilah yang sama jurusannya. Rrr.. So, kalau berfoto, kami selalu berusaha berjauhan 

“Ish..aku fotonya jangan deket Muiz lha. Dia lagi.” 

“Aku juga ga mau deket mbah Ilma lha. Dimana-mana aku foto, selalu ada dia.” 

Dan ya begitulah. Bagaimana lagi? Hahaha.


Kami ini adalah bagian dari jeng-jeng yang terbentuk ketika kami masuk 2 IPA. Jeng Marla, Jeng Arnis, Jeng Fitri dan Jeng Novi, terus aku jeng Muiz. Whaha, kaya ibu-ibu arisan deh! Begitu dekat, dan katika pulkam pasti diusahakan buat ngumpul.  Iya kaliaan..

Dia masuk di FKIP UR dengan nama KTM Siti Amaliyah. Sama dengan Widya juga Ilma yang kenal dari SMP, kemudian disatukan lagi di 2 IPA. Calon cik gu SD yang cemerlang? Pasti! Udah gitu, begitu banyak lelaki yang begitu terjerat pesonanya. 
“Mu tau, si Anu tuh ga bisa ngelupain Siti lho.” Kata diantara kami berbisik, ketika ketika Siti pergi ke kamar kecil.

“Hemm..mereka pernah pacaran ya?” Tuh, kan! Baru buka puasa, udah gosipin orang aja!

“Ga.. si Anu cuma suka ma Siti, tapi Sitinya kan bilang ga mau pacaran dulu.” 

“Ohh..gitu.”

“Siapa sih, si Anu?”

“Ahh..mu! Si Anu aja ga tau!” Kemudian kami berdua hampir sama-sama melempar kotak tisyu kearah dia.

“Hihh..aku ga kenal si Anu. Siapa sih?”

Kemudian kami berdua sama-sama menyeruput es teh, mengabaikan dia yang masih dengan rasa penasarannya. Kira-kira ini siapa sih yang lagi gosipin Siti? Haha.
 
Ibu perawat berwajah oval ini adalah Vani Safarina. Selalu jadi artis dari zaman SD mungkin ya, sampai sekarang masuk di STIKES Payung Negeri. Ngahaha. Ratunya sosmed pokoknya. Coba aja dilirik Instagramnya, pasti bakal geleng-geleng kepala. Mengenal dia itu mudah sekali, karena dia termasuk orang yang begitu populer. Dia juga lha yang paling heboh ketika bertemu orang di jalan raya..

“Weiiiiiii…WIDYAAAA..”

“Mu tau Iz, aku lagi di jalan, diteriakin gitu. Padahal aku dibalik kaca mobil, tapi dia ternyata lihat aku dan nyapanya heboh gitu. Siapalah, kataku. Malu-maluin kali.”

Dan kemudian Vani ngakak, ketika Widya melaporin tingkah tak patut dia. Ckckck. Huwala, tapi meski begitu, kita perlu ucapkan terima kasih juga pada Vani, berkat idenya kita bisa foto bersama dengan kece gini. Meski lagi-lagi ada yang berkomentar..

"Idenya siapa sih foto studio? Lenjeh banget deh.." Cibir Widya.

"Kang Mukhlis. Dia aku telpon bilangnya minta foto studio juga." Kataku.

"Ei..Vani lha yang ngajak. Bukan aku. Dia yang komen di foto yang aku aplod." Kang Mukhlis membela.

"Oo..idenya Vani ternyataa.."

 "Kapan lagi lo weiiii..." Vani kemudian menjadi tersangka. Dan Widya tersenyum penuh kemenangan.

Aku? Serius nih penasaran sama aku? Aku adalah anak bawang. Yang sedang menceritakan segala aib mereka. Hahaha. 

Dialah pemilik nama terpanjang diantara kami Muhammad Mukhlis Iwan Purnomo. Bisa banget bokapnya punya inspirasi nama sepanjang itu yaa. Diantara kami pula, dia sendiri yang masih semester 4. Doi memang sempet berhenti setahun ketika akhirnya memilih jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Islam Riau untuk menempa dirinya. Mantan ketua kelas 3 IPA ini, adalah oran paling memiliki perasaan empati yang begitu tinggi. Empati yang bahkan dipadukan dengan sabar, kedewasaan yang luar biasa, tapi kadang-kadang bisa berubah menjadi orang yang mudah tersakiti. Haha. #piss

Dia begitu melakoni hidupnya di jurusan yang dia pilih dengan amat bangga. Perilakunya, gaya rambut, tutur katanya, gaya berpakaiannya, udah hampir sama dengan pejabat negara. Dalam hatiku berkata“Koq dia bisa gitu kali yaa. Padahal setelah tamat bahkan aku ga terpikir mau jadi guru SD. Sedang dia? Makk..luar biasa. Keteguhan hati dia itu lho..” 

Dan kalian tahu? Ide foto studio dengan memakai almamater itu juga ide dia lhoo. Padahal Widya dan Vani sempet memprotes keras. Hahaha.

“Ish…almamater aku udah entah kemana lhoo..”

“Ih..malu lha aku pake alamamater ini. Aneh kali pake almamater ini.”

“Kaya mau KKN aja pake almamater gini.”

“Formal kali nih foto kita..”

Ya pada akhirnya, masing-masing kami paham kok arti berfoto dengan almamater. Meski sambil ngedumel panjang lebar gitu. Maka berterima kasihlah padanya! Sehingga kita bisa mengabadikan sejarah wkwkw.
 
Mengenal lelaki bernama panjang Ari Setiawan ini dari SMP juga. Tapi benar-benar bisa akrab ketika kelas 2 SMA. Mantan ketuas OSIS di SMA ini katanya sih suami idaman. Ya lha, masa nggak. Kalau dia suami idaman, maka kami-kami yang cewe adalah istri idaman juga pokoknya. Hihi. Dia adalah orang yang secara ga langsung mengajarkan kepada kami untuk terus berkomunikasi dengan intens, meski hanya lewat grup. 

Dia selalu menyempatkan diri ber-chat-ria dengan kami. Meski aktif di sosmed, tapi ia begitu jarang apload foto. Sekalinya apload foto, ganti foto profil dengan orang membawa obeng. Heum. Aku bahkan sampai bilang “Oke, baiklah. Orang mengenalmu  lewat profil FBmu dengan detail nama, Ari Setiawan, ngampus di UR, jurusan Teknik Mesin. Tapi kalau lihat profilmu, pasti orang bakal bilang dalam hati gini “Si Ari anak bengkel nih, terlihat dari foto profilnya yang bawa obeng..”” Kemudiaan aku terpingkal ketika menyampaikan analisaku ke dia. “Oh..iyaya betul juga yaa…” Aku pun semakin terpingkal.

Dia ternyata dandannya lama! Ampun dah, pakai dasi udah di depan kaca bermenit-menit belum juga kelar. Belum lagi menyisir rambutnya. Mau dibuat selicin apa sebenarnya? Bahkan lamanya mengalahkan kami para ledies. Kami udah bersiap berfoto, dia masih asik dengan dasi. Pada akhirnya.. 
"Kaya gini gengs. Udah rapi belum sih?" Kata dia bertanya ragu ke arah kami. 

“Abaaaangg..lamaaaaa. Sini adek pakaikan dasinyaaa..” Emak tiri yang turun tangan, memakaikan dasi dengan mesra ke dia. Dan kami tertawa geli. Bisa-bisanya. Ngahaha.

Kok bisa akrab ya? Kok bisa sama-sama terus ya? Nah, pasti belum ketemu jawabannya kan? 
Tunggu kelanjutannya! Ghahaha :P


Penenun Asa
Kenapa aku menulis ini?
Karena aku ingin mendekap kalian, lewat kata :)

Monday, June 6, 2016

Benarkah Rumput Tetangga Lebih Hijau?


Pict By : Penenun Asa
"Rumput tetangga tampak lebih hijau." 


Iya, pepatah ini sepertinya sangat tepat ditujukan untuk teman satu posko KKN. Haha. Iya, berasa aneh banget deh lihat teman sekelompokku dan kemudian aku membandingkan dengan kelompok teman lainnya. Kelompok lain, jumpa selfi-selfi, atau kaya teman sebelah, baru jumpa langsung foto di studio dengan baju kompakan yang kece. Lha kami? Malah berantem aja di grup bbm. Kalau ada yang brisik, langsung ditegur. Padahal sebenernya, dalam penglihatanku, yang cowok hanya ingin mengakrabkan diri, dan yang cewek menganggap obrolan ga perlu dibicarain di grup.

Asik ga tuh kalau kita punya grup BBM tapi obrolan ga mengasyikkan, orang-orangnya terlampau serius? 
Asik atau ga asik sih sebenarnya xD

Tapi yang namanya rumput tetangga memang lebih hijau. Aku juga belum ketemu mereka. Jadi asli cuma praduga aja. Main nebak doang, gimana orangnya, sifatnya kaya apa. Padahal aslinya bisa jadi ga seburuk itu, bisa jadi pas tatap langsung, mereka ini lebih asik dan supel, bisa diajak bercanda dan hangat ketika ngobrol. Dan gara-gara komunikasi pertama lewat bbm yang buruk itu, membuatku bergidik ngeri ketika ingin ketemu mereka. haha. Please forgive me guys, aku udah suudzan duluan sama kalian, udah membandingkan kalian juga, haha.

Rumput tetangga memang terlihat selalu lebih hijau, bahkan rumput mereka ada bunga-bunga cantiknya. Nah rumput kita? Senada dengan aku yang malah membandingkan kelompok satu poskoku dengan kelompok lainnya. Haha. Ga seharusnya membandingkan seperti itu kan? 

Ngomong-ngoming tentang membandingkan, kita juga sering kali membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa bahwa orang lain lebih hebat dari kita, ya ga? Ssstt..padahal bisa jadi kita malah jauh lebih hebat dari mereka, hanya saja kita belum tahu potensi kita apa. Rumput tetangga lagi-lagi lebih hijau, tapi ga selalu terlihat lebih hijau. Nah lho, coba kalau sudah tahu potensinya apa, kayanya ga bakal deh ngelirik rumput tetangga lagi. Oke, baiklah jadi aku punya 3 cara untuk menemukan potensi kita, nah yuk coba disimak:

1. Tanya Pada Diri Sendiri
Pict : Google
Nah..tanyakan pada diri sendiri "Kira-kira hal apa sih yang aku cintai, yang ketika aku ngerjain hal itu, aku begitu asyik, tak ada lelah, aku begitu hanyut dan aku semakin ahli dalam mengerjakan itu?"
Ayo tanya! Renungkanlah sejenak. Pejamkanlah matamu. Dan jawab! Udah ketemu? kalau belum, yuk beralih ke cara kedua.

 

2. Tanyakan Pada Orang-orang Terdekatmu
 
Dokumen Spesial
Reaksi pertama mereka mungkin bakal tertawa, terheran. Tapi segera tanyakan, pada keluargamu Mamake, Bapake, Abang, Kakak, Mas, Mbak, Uni, Mamah, Papah, nyokap, bokap, Mbokayune, kakange, Mbahe, apa aja deh. Tanya gini

"Mak, Pak, potensi atau kelebihan apa sih yang mamak bapak lihat didalam diriku, yang bisa aku kembangkan nantinya?" Pasti mereka bakal mikir keras tuh.

Atau sahabatmu, si genks, si gaes, si kampret, si gembel

"Gaes, apa sih potensi atau kelebihan yang kamu lihat di dalam diri aku?" 



Sudah ditanya? Kalau belum, yuk kita coba cara ketiga.
 

3. Tes STIFIn 
Dokumen STIFIn
Apa tuh STIFIn? Simplenya, tes STIFIn itu adalah tes sidik jari yang memperlihatkan sebenarnya belahan otak mana sih yang begitu dominan kita pakai? Otak kiri bawahkah, yang biasa disebut Sensing, otak kiri ataskah atau yang disebut Thinking, , bisa jadi otak bawah yang disebut juga Insting, otak kanan bawah ya? Atau disebut orang Feeling atau jangan-jangan malah otak kanan? Si Intuiting? Heum..penasaran ga sih?

Dengan kita tes STIFIn juga nantinya, kita bakal tahu potensi unggulan kita apa, jadi kita ga perlu menghabiskan ‘biaya kebodohan’ dengan terlalu banyak melakukan uji coba dalam hidup ini. Tes Stifin ini adalah panduan untuk menghilangkan biaya kebodohan tersebut, sehingga kita tidak buang umur dan buang uang. Sejak awal kita sudah tahu mesti pergi kemana dan bagaimana cara terbaiknya, mau tau manfaat lainnya tes STIFIn? baca disini>>  manfaat tes STIFIn
Jika 3 hal tadi udah dilakukan, niscaya kita ga bakalan ada lagi deh kita memandang rumput tetangga lebih hijau. Yup, kita hanya perlu merawat rumput kita, agar lebih hijau juga, bahkan ditumbuhi bunga-bunga segala. Maka, teruslah mengupgrade diri, agar potensi kita terus berkembang :)

Nah sekian, semoga artikel ini bermanafaat :)
Terakhir quotes ini sebagai penutup ;)
Pict : Penenun Asa


Penenun Asa
Maka dari itu, temukanlah :)



Tuesday, May 31, 2016

Pencarian Passion

Pict : Google
"Jika uang bukan masalah bagi Anda, artinya mau ada uang atau tidak ada uang. Apa yang akan Anda kerjakan terus-menerus?"Tanya Coach Wira.

"NULIS coach!" Kataku mantap.

Itu adalah percakapan digrup telegram Trainer beberapa bulan yang lalu. Saat itu hati juga pikiran masih penuh pertimbangan. Nulis nih? Ya serius, jawabannya nulis? Ga mau jadi dosen kaya yang jawaban Muiz 6 tahun lalu? Heum..


6 tahun lalu di SMAN 1 Singingi Hilir di depan kelas X1..

"Yuk.. perkenalkan diri kalian. Nama lengkap, asal SMP, dan cita-cita kalian." Kata Pak Utan guru pertanian kami. Semua memperkenal diri. Pada giliranku.. 

"Nama saya Khoeriyah Muiz, asal sekolah SMPN 3 Singingi Hilir dan cita-cita dosen!" Dengan semangatnya aku memperkenalkan diri, meski begitu datar. Entah mau jadi dosen apa, cita-citanya kurang begitu mendetail. Dasar bocah. Haha.

Atau beberapa bulan lalu aku curhat dengan Kakanda Sahrul lewat messengger. Setelah panjang lebar aku curhat, dia mengeluarkan nasehat saktinya.

"Yaudah jadi dosen aja kalau gitu. Lanjut S2. Jaluk ijin karo Ramanda. Pasti ulih. Ada tuh pasti duit. Atau mulai sekarang incar beasiswa, cari-cari di internet. Paling ga dengan beasiswa itu, kuliahmu jadi ringan ntar." Kata dia bijak. Tau ga? Kakandaku satu ini, hanya tamatan SMA, ga sempat melanjutkan kuliah, tapi bijaknya masya Allah. Kalau ngasih nasehat selalu ngena dihati, membuat orang termenung. Betul pepatah mengatakan: "yang dari hati akan sampai ke hati." Mungkin ketika dia berbicara dia menyampaikannya dari hati. 

Tapi nyatanya setelah percakapan dengan mas sahrul itu, aku ga minta izin sama Ramanda. Atau ga cerita juga sama Mba Astin, padahal biasanya apa pun aku pasti cerita ke dia. Kali ini? Nothing! Entah kenapa bisa gitu.

Terakhir kemaren bang Bang Anton pas konsultasi STIFIn:

"Passion itu GAIRAH, kita ngerjain terus menerus ga akan bosan. Enjoy malah." bang Anton berapi-api. "Dosen atau Penulis?" Tanyanya kepadaku.

"Dosen bang. Dosennya para guru." 

"Oke, dosen. Dosen yang mengajarkan apa?" Sampai dipertanyaan ini, aku diam, ga tau harus jawab apaan. 

"Dosen yang mengajarkan strategi belajar mengajar/strategi pembelajaran." Jawabku sekenanya. Demi apa, ini bukan jawaban yang keluar dari hati terdalamku. Asal jawab dan pura-pura serius jawab di depan bang Anton. "Tapi dosen yang nulis buku juga bang. Nulisnya ya yang sesuai dengan mata kuliah yang aku ajarkan nantinya." Bang Anton mencium keraguanku dari jawaban ini.

"Oke..Muiz santai aja. Tarik nafas..tutup mata..santai. Buka mata! Penulis yang jadi dosen atau dosen yang menulis?"

"PENULIS yang jadi dosen!" Pekikku. Itu sebenernya yang aku inginkan! Ga ribet-ribet harus jadi dosen dulu biar bisa nulis!

"Yup. Kenapa Muiz bilang pengin jadi dosen, padahal nulis adalah urutan pertama dari 7 hal yang dia cintai?" Bang Anton melihat keseluruh kepenjuru 4 rekanku yang lain yang sama-sama diarahkan passionnya. "Karena nyaman, menjadi dosen adalah jawaban ternyaman bagi dia. Padahal, dia sendiri kalau mau jadi dosen, belum tau langkah apa yang harus dia lakukan.." Bang Anton tersenyum, sedang ku terkikik dalam hati, membenarkan jawaban bang Anton.

"Oke. Nulis ya?"

"Ya bang. Siap.."

"Bulan Ramadhan harus itikaf bikin buku. Siap? Selesai ramadhan harus udah siap, bisa?" 

Aku menganga. Nulis apaan tuh selama Ramadhan? Tanyaku dalam hati.

"Actionnya lagi. Katakan terus dalam hati. "Saya tau saya mampu, saya yakin saya bisa. Karena ini adalah harapan saya.." Resapi, dan ulangi itu tiap hari. Bisa, orang Thinking itu hebat koq." Beliau menutup dengan senyum menawan. Dan aku cengar-cengir puas xD

Ada secercah Asa, ketika telah begitu lama Menenun..
Ketika namamu diketik di google, apa yang keluar? :)

Hal yang aku kerjain, dan ga pernah jenuh aku ngerjainnya ya NULIS. Maka bagiku sekarang, nulis bukan lagi sekedar hobi. Ia yang akan ku jalani susah senang, uang bukan jadi masalah. Dan ia adalah jalanku untuk menggapai syurgaNya. Insyaa Allah. Dengan nulis pula, aku bisa dong memeluk Aisyah R.A. Dan pastinya bisa bertemu nabi :)

Terakhir kak Dhira dari nasehat ayahnya Jamil Azzaini pernah bilang "Hidup itu seperti huruh ‘i’. Tugas kita sebagai manusia memberi garis, tugas Allah memberi memberi titik. Jangan sampai kita belum membuat garis, Allah sudah memberi titik (mati berarti hehe). Jadi selama belum menemukan passion, terus aja buat garis. Sampai suatu saat Allah memberikan titik di atas garis yang kita buat. Nah..pada saat itulah kita menemukan passion kita."

Semoga sharing kali ini bermanfaat :)
Hayoo..udah bikin 'garis'? Yuk, buat 'garis'mu segera! Agar segara pula di beri 'titik' olehNya :D



Penenun Asa
Membuat garis juga banyak coretannya,
tapi tetaplah buat garis, 
hingga akhirnya diberi titik olehNya:)

Sunday, May 29, 2016

Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi II
 Ini sesi chat lanjutan Doi yang curhat tentang Doski. Dan sesi sebelumnya bisa dibaca disini yaa :) >>> Alasan Sederhana untuk Tak Mencintainya, Lagi




Tau kan, gimana keadaan orang yang lagi jatuh cinta? 


Cinta ini kadang kadang tak ada logika
- Agnes Monica
 
Lebih menggunakan perasaan dari pada logika. Maka secara otomatis, kejelekan sesorang tertutupi dengan cinta. Ya gitu sih, aku juga pernah merasakan hal itu. Hahaha. Dan yuk, kita balik lagi dengan kisah Doi. Ia yang awalnya 100% CINTA, kini tak ada lagi cinta itu. Logikanya naik ke kepala dan perasaannya turun ke dengkul. Wkwkw.


Makanan dicela, kan? Nah lho, padahal orang udah susah payah nyiapin makanan buat dia. Pantas aja cinta Doi ke Doski berubah seketika, kan?  Bagiku juga sama, karakter terendah seseorang adalah ketika dia suka mencela makanan. Kalau ga suka, ya ga usah dimakan, kenapa harus dicela segala sih? Nabi sendiri selalu santun dalam hal makanan, beliau mengajarkan untuk ga mencela makanan. Kalau ga suka, ya sudah diam aja dan ga usah dimakan juga! Dari pada mencelanya?


Aku jadi ingin nanya ke Doski gini “Tak tahukah kamu wahai Doski, esensinya suatu perjuangan? Makanan terhidangkan itu hasil perjuangan lho. Tahu pasti kan? Untuk jadi sebutir nasi itu perlu perjuangan. Tahapan yang panjang. Waktu yang lama juga. Aku tahu hal ini, karena ramandaku petani yang yang menggantungkan hidup dengan sepetak sawah. Aku tau betapa pontang pantingnya ramanda buat menghasilkan sebutir nasi itu.” Aku menarik nafas panjang, menunggu Doski berkomentar.


“Pengairan di sawah yang perlu dijaga, pupuk yang harus senantiasa diperhatikan, belum lagi hama wereng nakal yang harus dibasmi. Sesudah panen pun harus menunggu proses selanjutnya. Hei? Masih belum bisa dimasak? Belum! Masih ada proses selanjutnya, yaitu proses penjemuran, dan padi basah yang udah dipanen tadi dijemur, berhari-hari. Sampai kering.” Doski hanya membisu, angin semilir menambah bisunya obrolan ini.


“Tau ga Doski, menunggui padi yang dijemur sampai kering itu, ya ampun bosannyaa.” Aku berdecak sebal. “Aku pernah ikut ramanda jemurin padi. Aku kecil harus ikut mengalahkan panas matahari yang memanggang tepat diubun-ubun kepala. Dan padi basah tadi harus dibolak-balik. Udah gitu, ngeselinnya suka ada ayam atau burung yang dengan rewelnynya mematuk padi yang lagi dijemur tadi. Harus digurah juga kan?” lanjutku. Lagi-lagi Doski hanya diam.


“Kalau udah kering? Udah bisa dimakan? Belum juga! Masih ada lagi proses selanjutnya, yaitu proses penyelipan. Yakni membuang gabah dari bulir padi. Maka setelah diselip, baru deh bisa dimasak.” Aku menutup obrolan ini dengan senyum paling menawan kearah Doski. Ei.. O,O


Harusnya Doski dengar ini kan?


“Nah..segitunya perjuangannya. Masih belum bisa menghargai makanan? khususnya nasi? Lagian, ga setiap dari kita punya rezeki makanan kan Iz?” Doi mengirim pesan kembali. Aih..aneh, koq? Kan tadi aku ngobrolnya ma Doski kan?


“Nun jauh dibelahan bumi sana masih ada yang kekurangan bahkan. Nah ini? Malah mencela makanan! Udah untung disiapin, dengan seenaknya mencela.”


“Tau ga Doi, di KSR, kami diajari menghargai makanan. Menghargai tiap bulir nasi. Bakalan kena push up deh, kalau kami makan tapi masih tersisa nasi. Meski satu titik. Karena satu bulir nasi adalah 10x push up. “Makan, habiskan!” Senior kami mengajarkan begitu ketika Diklatsar. “Kalian ga tau rasanya kalau ga ada makanan! Dan relawan itu harus menghargai setiap makanan yang disajikan untuknya! Ga usah manya-menye!” .”


“Nah itu! Intinya dia ga bersyukur dengan adanya rizki kan? Ga juga menghargai perjuangan kan?”


“Tul!! Dan masihkah kamu mau mempertahankan si Doski?”


“Abeuhh..lupakan manusia tengil bin blagu kaya doski.”


“Hahaha.. Berakhir lha dengan baik dan semoga itu jadi pilihan yang terbaik!


“Pasti! Ga usah mikir lama-lama pokoknya. Oya aku punya quotes Iz, entar dibikin kaya yang di instagrammu itu yah."

"Quotes apaan?"

"Hmm..Hargai perjuanganku. Atau kamu kehilangan aku? Itu!" HAHAHA, quotes macam apa itu. "Eh..tenkyu bangets yah Iz, udah bersedia dengerin curhat recehanku. Berharga deh punya kamu..:*”

“Aihh..geli aku bacanya. :*”


Berakhirlah bukan karena
menghitung atau menimbang kesalahannya,
tapi karena prinsip dan integritasmu :)

Penenun Asa :)



Thursday, May 5, 2016

Jika
Bahkan jika ada yang bilang padaku bahwa AKU BISA, maka saat itu aku yakin bahwa "AKU MEMANG BISA!", meski keadaan ga sesuai logika sekalipun. Karena hidup ga sekadar logika dan analisis tajam, tapi ada 'hal lain' diluar jangkauan pikiran sehat kita. ๐Ÿ˜Š
#QuotesThinking #jangankaku #DobrakMindset

Penenun Asa