Monday, January 23, 2017

Hujan dan Genangannya, eh.. Kenangannya!
Awet gila hujan di Pekanbaru! Hujan dari pagi hari dan menjelang sore baru mau kelar. Gue yang niat mau ngurus SK pembimbing jadi ogah-ogahan pergi. Bagus di kost aja kan? Ehh, kapan kelar kuliahnya kalau gitu? Maafkeun aku. Wkwkw.. *dijambak mba Astin. Iya iyaa, besok gue kelarin semua deh. Doakan aja gue cepet tamat! Wkwkw

Dengan cuaca yang sesahdu ini, maka gue tiba-tiba pengin "Dear Diary-an" menarasikan hujan. Udah lama banget ga main narasi bersambung soalnya. Kali ini ga nulis di notes, ga juga di grup whatsapp OWOP, tapi ngechat langsung ke Mbel Cik Pia

Gue yang melempar narasi pertama kali, disusul si Gembel membalas dan begitu seterusnya. Dan seolah-olah kami pribadi yang menulis "Dear Diary-an" itu. Iseng banget ya? Wkwkw. Menurut penelitian sih gitu, Jika seorang teman mengirim pesan singkat atau chat yang isinya ga penting, berarti dia merindukan kita. Nah, lho. Jadi? You know lah ya. Wkwkw.

Dan inilah narasi bersambung kami tentang Hujan dan Kenangannya. Cekidotttt!


Hujan dan Kenangannya

Pict : Rainymood

Dear Diary..

Gue
Hujan disini. Kamu tahu, kenangan itu selalu datang ditiap turunnya hujan. Selalu terurai, selalu mengembalikan memori kenangan tentangmu. Seolah hujan memang diturunkan beriring dengan kenangannya.

Hahaha, lucu sebenarnya, tapi bagaimana ya? 
Hujan selalu menitikan kisah dimasa lalu.. 3.54pm


Cik Pia
Dan kenangan itu layaknya hujan, tak mampu aku menghentikannya. Aku hanya bisa menikmati sampai ia berhenti dengan sendirinya. 3.59pm


Gue
Iya seperti itulah kenangan. Yang tak pernah aku mengerti adalah kenapa datangnya HUJAN selalu ada KENANGAN yang menyertainya?
Hei..apa iya selalu begitu? 4.03pm


Cik Pia
Sebenarnya mungkin bukan hujan yang membawa kenangan, tapi ketika hujan turun, kenangan itu datang dan mengubah suasana hati menjadi melankolis. Maka sungguh ini hanya keadaan hati saja yang kadang tak stabil. 4.06pm 


Gue
Ah betul, seperti itulah jawabannya. 

Padahal sebenarnya aku tak ingin suasana hati ini menjadi melankolis ketika hujan turun. Berasa alay gitu kan? Tapi ya bagaimana lagi? Karena memang hujan mampu menghipnotis kita untuk mengenang masa lalu.

Maka, dear diary..
Aku berharap hujan dilain waktu tak lagi seperti hari ini. Kenapa? Aku tak mau terenggut lagi dalam kenangan lama.. 4.11pm


CikPia
Sungguh, bukan aku tak ingin mengingat kenangan masa lalu tapi mau bagaimana? Kenangan lalu tak semuanya manis, hingga mengingatnya membuatku ingin menangis. 

Maka jika hujan datang lagi, aku berharap bahwa aku bisa menari dengan riang dibawah tetesan airnya hingga aku melupakan semua kenangan pahit. 5.32pm


Gue
Yup, semua kenangan pahit. Yang pahitnya sepahit seduhan kopi tanpa gula. 

Dan ini tentang hujan juga genangannya, eh kenangannya maksudnya. Maka seiring berakhirnya hujan, maka berakhirlah melankolisasi mengenang kenangan lalu. Aku sudahi saja, semoga harapku bisa tercapai. 

Karena aku hanya ingin menari dengan riang dibawah tetesmu, dengan hati yang baru! 5.56pm


*diedit seperlunya 



Dan super sekali gembel kesangan akoh satu ini ya. Punya bakat nulis juga ternyata doi. Lanjutkan Mbel! Wkwkw. 

Ketika hal unik disekitar kita mampu menjadi inspirasi. Maka, jadikan tiap momennya sebagai karya untuk mengabadikan hati, jiwa dan pikiran! Hingga ketika kita mengingatnya dimasa depan, kita akan terbahak-bahak dan bergumam "Betapa alay dan menggelikannya kita dimasa lalu ya! Astagfirullah banget Ya Allah. Ghahaha."




Sudut Kost
Pku
23 Jan 17
Penenun Asa

Thursday, January 5, 2017

Teman Perjalanan PPL

Meski usainya PPL begitu ditunggu, tapi tetep ada masa dimana hari terakhir bersama rekan-rekan PPL adalah hal terbaik menjelang benar-benar akhir dari segala penderitaan. Eehh..penderitaan? Wkwkw, gak sih, gak menderita kok, cuma berasa pahit gitu hari-hari selama PPL. Manisnya ada, pahitnya lebih banyakkk. Udah kaya semacam seduhan kopi tanpa gula, sepahit jamu brantawali pokoknya. Whahaha. 

Tentang kopi, batiba gue jadi tertarik bahas kopi nih. Soalnya unik gitu pas kemarin datang ke PM Coffee, ternyata dibalik segelas kopi ada sejuta rahasia dan filosofi. Mulai dari asal muasal kopi, perbandingan racikan kopi antara air panas dan kopinya, yang pas dijelasin ini sama abang owner PM Coffeenya, gue minta skip aja, jelas banget nilai UN matematikanya dibawah standar kan? hahaha.

Dalam meracik kopi juga harus memperhatikan suhu airnya. Tuh, gak boleh sembarangan, kalau sembarang bisa-bisa seduhan kopinya jadi gak enak. Dan seabreg keribetan lainnya didalam meracik kopi yang menjadi menarik dimata gue. Yang lebih menarik lagi adalah, si abang ownernya belajar itu semua secara otodidak loh. Gak ada guru sama sekali dan dia belajar dari cafe ke cefe. Ckckck, keren sekali.

Ternyata nih ya, kopi racikan begini gak dikasih gula loh. Itu membuat kami berempat wanita-wanita anggun yang gak terbiasa minum kopi pahit dibuat terkikik-kikik, saking berasa minum jamu brantawali yang pahitnya warbiasah itu. Ini kopi atau jamu? Ahaha. Antara norak dan gak terbiasa minum begituan. Haha. Memalukan pokoknya xD

Karena penasaran, gue coba-coba ikutan belajar meracik juga dongs. Mana tau esok bisa buka usaha cafe di desa juga kan? :')

Peracik Kopi :D taken by: Jeng Siti (doc: istimewa)

Tempatnya juga kece, maka kami dengan cerdas mengabadikan diri kami dalam bentuk foto ala-ala. Hitung-hitung balas dendam, karena kami selama SMA gak pernah punya foto agak cakepan dikit. Padahal kami telah ditakdirkan untuk menjadi sahabat alay yang masih punya resolusi yang ditulis ketika duduk dibangku SMA. Resolusi atau cita-cita nih? Wkwkwk. Duhh..bener-bener pembuka tahun yang luar biasa :)

Mbak peracik: Jeng Marla, Mbak pelanggan: Muiz, Jeng Siti, dan Jeng Novi

Dan mari kita balik lagi ke cerita PPL gue :D
Ngomongin PPL, jadi rindu  vangke-vangke PPL. Aaa..rindu kalian gaes. Rindu begadang bikin laporan. Yang jam 2 dini hari gue dan mbel Mimi masih berkeliaran di sekitar Panam padahal hari grimis gitu, dipaksa aja keluar kost. Hingga akhirnya demam melanda kita selama 2 harian. Tumbang tumbang deh! Terbaik lah laporan yaa, wkwkw.

Ehh..tau gak sih, selama PPL gue punya teman perjalanan. Gue berterimakasih sekali, selalu ditemani dia. Mulai dari awal PPL. Menghadapi perasaan gimana ketar-ketirnya gue kalau berjumpa guru-guru SD Negeri 163 Pekanbaru, tentang siswanya, segala hal yang ada di sekolah itu. Gue selalu cerita sama dia. Dia ada disaat yang lain gak ada, disaat gue lelah banget pengin nyerah aja, dia yang menguatkan. Maka gue jadi ingat satu quote ini:

Pict by : Rintisan.id

Detik dimana gue pada akhirnya bisa bertahan dengan baik di sekolah tempat gue PPL adalah karena semangatnya. Oke, ini surat kecil untuknya:

Bacalah..

Terimakasih Dewi Etika 
Telah menemani perjalanan PPLku
Telah menjadi pemanis dipahitnya PPLku..
Terimakasih sugar..
Yang chat menghiburnya bisa mengalihkan ruwetnya pikiran..
Yang mau selalu dengarkan segala uneg-uneg tentang PPLku, 
tentang teman-teman PPL, 
tentang guru pamong dan anak-anak yang beeeh! Masya Allah banget deh..
Meski aku tahu, pasti kamu mual dibuatnya kan? ahahaha

Terimakasih sudah membangkitkanku ketika aku terpuruk..
Yang memotivasi lewat suara-suara cantikmu..
Yang pernah membantu menyeka air mataku meski dari jauh..
Terimakasih sudah menemani perjalanan berat ini
Hingga ujung finish..

Dan percayalah, aku akan juga menemani perjalananmu..
Jika tidak, tagih aku, tariklah telingaku.. wkwkw
Ee..tapi kamu perlu teman perjalanankah? 
Kamu perlu akukah untuk menemani perjalananmu? 
Jika iya, aku akan menemanimu..
Sekali lagi terimakasih sugarku..:*

Oya, nama dia sekilas pernah ada ditulisan ini>>
Kacamatamu Pernah Retak






Singingi Hilir
5 Jan 17
Penenun Asa
Aku akan menemani perjalananmu,
seiring dengan langkahmu.
Dan kita melangah bersama :)