![]() |
Pict : Google |
"NULIS coach!" Kataku mantap.
Itu adalah percakapan digrup telegram Trainer beberapa bulan yang lalu. Saat
itu hati juga pikiran masih penuh pertimbangan. Nulis nih? Ya serius, jawabannya
nulis? Ga mau jadi dosen kaya yang jawaban Muiz 6 tahun lalu? Heum..
6 tahun lalu di SMAN 1 Singingi Hilir di depan kelas X1..
"Yuk.. perkenalkan diri kalian. Nama
lengkap, asal SMP, dan cita-cita kalian." Kata Pak Utan guru pertanian
kami. Semua memperkenal diri. Pada giliranku..
"Nama saya Khoeriyah Muiz, asal sekolah SMPN
3 Singingi Hilir dan cita-cita dosen!" Dengan semangatnya aku
memperkenalkan diri, meski begitu datar. Entah mau jadi dosen apa, cita-citanya
kurang begitu mendetail. Dasar bocah. Haha.
Atau beberapa bulan lalu aku curhat dengan Kakanda Sahrul lewat messengger. Setelah panjang lebar aku curhat, dia mengeluarkan
nasehat saktinya.
"Yaudah jadi dosen aja kalau gitu. Lanjut
S2. Jaluk ijin karo Ramanda. Pasti ulih.
Ada tuh pasti duit. Atau mulai sekarang incar beasiswa, cari-cari di internet.
Paling ga dengan beasiswa itu, kuliahmu jadi ringan ntar." Kata dia bijak.
Tau ga? Kakandaku satu ini, hanya tamatan SMA, ga sempat melanjutkan kuliah,
tapi bijaknya masya Allah. Kalau ngasih nasehat selalu ngena dihati, membuat orang termenung. Betul pepatah mengatakan: "yang dari
hati akan sampai ke hati." Mungkin ketika dia berbicara dia
menyampaikannya dari hati.
Tapi nyatanya setelah percakapan dengan mas sahrul itu, aku ga minta izin sama Ramanda. Atau ga cerita juga sama Mba Astin,
padahal biasanya apa pun aku pasti cerita ke dia. Kali ini? Nothing! Entah kenapa bisa gitu.
Terakhir kemaren bang Bang Anton pas konsultasi STIFIn:
"Passion itu GAIRAH, kita ngerjain terus menerus ga akan bosan. Enjoy malah." bang Anton berapi-api. "Dosen atau Penulis?" Tanyanya kepadaku.
"Dosen bang. Dosennya para guru."
"Oke, dosen. Dosen yang mengajarkan
apa?" Sampai dipertanyaan ini, aku diam, ga tau harus jawab apaan.
"Dosen yang mengajarkan strategi belajar
mengajar/strategi pembelajaran." Jawabku sekenanya. Demi apa, ini bukan
jawaban yang keluar dari hati terdalamku. Asal jawab dan pura-pura serius jawab
di depan bang Anton. "Tapi dosen yang nulis buku juga bang. Nulisnya ya yang
sesuai dengan mata kuliah yang aku ajarkan nantinya." Bang Anton mencium
keraguanku dari jawaban ini.
"Oke..Muiz santai aja. Tarik nafas..tutup
mata..santai. Buka mata! Penulis yang jadi dosen atau dosen yang menulis?"
"PENULIS yang jadi dosen!" Pekikku. Itu
sebenernya yang aku inginkan! Ga ribet-ribet harus jadi dosen dulu biar bisa nulis!
"Yup. Kenapa Muiz bilang pengin jadi dosen,
padahal nulis adalah urutan pertama dari 7 hal yang dia cintai?" Bang
Anton melihat keseluruh kepenjuru 4 rekanku yang lain yang sama-sama diarahkan passionnya.
"Karena nyaman, menjadi dosen adalah jawaban ternyaman bagi dia. Padahal,
dia sendiri kalau mau jadi dosen, belum tau langkah apa yang harus dia
lakukan.." Bang Anton tersenyum, sedang ku terkikik dalam hati, membenarkan
jawaban bang Anton.
"Oke. Nulis ya?"
"Ya bang. Siap.."
"Bulan Ramadhan harus itikaf bikin buku.
Siap? Selesai ramadhan harus udah siap, bisa?"
Aku menganga. Nulis apaan tuh selama Ramadhan? Tanyaku dalam hati.
"Actionnya lagi. Katakan terus dalam hati. "Saya tau saya mampu, saya yakin saya
bisa. Karena ini adalah harapan saya.." Resapi, dan ulangi itu tiap
hari. Bisa, orang Thinking itu hebat koq." Beliau menutup dengan senyum menawan. Dan aku cengar-cengir puas xD
Ada
secercah Asa, ketika telah begitu lama Menenun..
Ketika namamu diketik di google,
apa yang keluar? :)
Hal yang aku kerjain, dan ga pernah jenuh aku ngerjainnya ya NULIS. Maka bagiku sekarang, nulis bukan lagi sekedar hobi. Ia
yang akan ku jalani susah senang, uang bukan jadi masalah. Dan ia adalah
jalanku untuk menggapai syurgaNya. Insyaa Allah. Dengan nulis pula, aku bisa
dong memeluk Aisyah R.A. Dan pastinya bisa bertemu nabi :)
Terakhir kak Dhira dari nasehat
ayahnya Jamil Azzaini pernah bilang "Hidup itu seperti huruh ‘i’. Tugas
kita sebagai manusia memberi garis, tugas Allah memberi memberi titik. Jangan sampai
kita belum membuat garis, Allah sudah memberi titik (mati berarti hehe). Jadi selama
belum menemukan passion, terus aja buat garis. Sampai suatu saat Allah
memberikan titik di atas garis yang kita buat. Nah..pada saat itulah kita
menemukan passion kita."
Semoga sharing kali ini bermanfaat :)
Hayoo..udah bikin 'garis'? Yuk, buat 'garis'mu segera! Agar segara pula di beri 'titik' olehNya :D
Penenun Asa
Membuat garis juga banyak coretannya,
tapi tetaplah buat garis,
hingga akhirnya diberi titik olehNya:)