Monday, March 16, 2015

Waktu dan Rencana Allah


Tiba-tiba aku tersadar ketika aku nanya ke mba Astin "Siapa tokoh inspirasi mba Astin??" "Ya ibu dongss.." jawaban singkat itu mampu meluluh lantahkan air mataku.

Jika aku diberi waktu yang lebih lama untuk mengenal ibu. 

Inilah titik dimana, ketika aku ingin menceritakan tokoh inspirasiku, tapi belum juga nemuin. Orang lain pasti bakal nyebutin "Ibu!" atau "ayah!" untuk jadi tokoh inspirasinya. Tapi aku? Bahkan ga terpikirkan untuk menulis nama mereka sama sekali. Ah..kenapa seperti ini?

Ya, waktuku ga lama untuk mengenal ibu. Dua belas tahun aku bersamanya. Tapi aku merasa belum mengenalnya dekat. Sejak kecil, aku hanya maen. Pulang sekolah maen, kalo ngajinya libur, ya maen lagi. Kalopun disuruh tidur siang, diam diam aku menyelinap keluar kamar buat pergi maen. Hampir tiap hari pulang sore, baju basah basah karena maen di sungai. Udah kaya anak cowo yang gagal.

Pernah, suatu kali ketika dibilangin berkali-kali udah ga mempan, saking bebalnya, aku pualang sore tiap hari, maen ga tau waktu, aku sampai dipukul ibu dengan bambu panjang. Ibu memukul di lengan sebelah kiriku. Memar aku dibuatnya. Sakit, aku menangis sesenggukan. Dan sakitnya, sampai dua hari ga hilang. "Kenapa aku dipukul? Kakak ga pernah dipukul. Semenjengkelkan itukah aku bu? Sampai tega memukulku? " Gumam bibir mungilku kala itu. Baru kali itu ibu semarah itu pada anak-anaknya. T.T

Dari SD, aku ga pernah dapat juara, baik juara kelas, juara lomba ngaji, shalawatan, atau apapun. Aku juga ga seberprestasi kakak-kakakku, aku tau itu. Aku belum bisa membuat mata ibu berbinar sama ketika, dia pernah menceritakan "Mba Astin dulu waktu esema ebtanasnya dapat nilai paling bagus. Ibu naik panggung, terima hadiah, disalami kepala sekolah, ibu seneng sekali, betapa terharunya ibu."  

Aku juga belum pernah buat ibu tersenyum bangga, sama ketika melihat foto Raimuna pramukaannya mas Taqin dan mba Udoh di Jakarta "Senengnya ibu liat mbamu dan masmu bisa ke Jakarta Iz. Foto sama lik Arisun lagi :D" kata ibu menyodorkan foto yang baru diterimanya dari Riau itu.

Padahal aku. Aku, ingin sekali mempraktekan apa yang Jamil Azzaini nasehatkan "Tanyakan pada orang tuamu, apa yang membuat mereka bahagia. Lalu kejarlah!" Tapi hanya jawaban ayah yang ku dapat bukan 'mereka'. Jika ada kesempatan bertemu aku ingin bertanya langsung pada ibu "Apa yang membuat ibu bahagia? Maka mulai kini aku akan mengejarnya bu!" :')

Jika aku diberi waktu yang lebih lama untuk mengenal ibu. Pasti aku tau jawabannya. T.T

Sering aku iri melihat seseorang anak yang ibunya masih ada. Mereka masih punya kesempatan buat ngebahagiain ibunya. Atau tiba-tiba aku terdiam, ketika ada seseorang yang menceritakan ibu mereka di depanku. Aku ga tau harus ikut cerita apa. Apalagi ketika mereka yang udah mampu membanggakan orang tuanya. Membuat aku iri, rindu dan berpuisi gini:

Aku,
Begitu menjengkelkankah untukmu ibu?
Sampai engkau tega pergi, sebelum melihatku menjadi yang membanggakan seperti kakak?
Apakah aku senista itu?
Engkau tak mau 'menawar' umurmukah untukku?
Agar engkau bisa melihatku menjadi yang membuatmu menangis haru?
Tak taukah engkau ibu, bahwa aku butuh kasihmu apapun dan kapanpun..
Aku butuh engkau ibu, sekarang..
Maafkan aku yang selama hidupmu hanya menyakitimu..


Rindunya aku pada ibu. Wajah sederhananya.  Kalo ada ibu-ibunya temen sekost yang datang, aku pasti selalu cium tangan mereka, aku pandangi mata mereka. Saat itulah aku merasa melihat ibu, walau tetep ga terobati rindunya..
Sering aku berdialog ke Allah dengan bahasa seperti ini:

"Dear Allah,
aku gatau gimana cara menghapus rasa rinduku, aku ke ibuku. Aku gatau Ya Allah. Semakin aku mengingatnya, sedihku, rinduku, semakin bertambah dari detik kedetik. Aku belum membahagiakannya seumur hidupnya.Aku harus bagaimana? Kenapa Engkau tak izinkan aku membuatnnya bahagia sebelum ibu pergi? Apakah Engkau tak sayang padaku juga pada ibuku?"


Dan Allah seolah jawab ngeyakinin aku gini:

"Muiz, Aku memanggil ibumu lebih cepat bukan berati aku tak menyayangimu, juga bukan berarti tak menyayangi ibumu. Justru karena Aku menyayangi ibumulah. Aku mengistirahatkan ibumu lebih cepat dari ibu-ibu yang lainnya. Percayalah. Lakukanlah apapun yang tertulis di 'big planmu' jika kamu ingin membahagiakan ibumu, ibumu melihatmu dari jauh"

Pada akhirnya, aku menarik nafas lega

"Tenang Iz. Allah pasti tau yang terbaik buat kamu, pasti Allah ngerancang sesuatu yang terbaik, jangan berburuk sangka sama Allah. Allah sayang kamu lho, juga sayang padamu ;) Terima kasih Ya Allah :D" 


Penenun Asa
Maaf Ibu

Assalamualaikum Halo, aku Khoeriyah Muiz. Pengajar muda sekaligus ASN 2018 yang akan menginspirasi melalui tulisan. Tinggalkan komentar, kritik dan sarannya yaa. Terima kasih :)

0 comments: