Wednesday, March 25, 2015

Buku Best Sellernya Choeriah Muiz
Huwala! aku mimp!. Aku rasa ini mimpi yang menyenangkan. Dan mimpi ini buat aku ingin tidur lagi, melanjutkan mimpi yang terpotong.. hahaha #kasurmanakasur

Diceritakan, kami sekelas dapat tugas dimata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Jadi, pak Subhan, dosen kami ini minta kami nyari bentuk soal2 anak SD. Dikumpul kamis besok. Woho..tentulah kami selokal sibuk nyari  buku. Terus aku nyari bukunya di toko buku gramedia. Emang deh ya, segala hal tentang toko buku itu, menurut gue menarik banget. Betah berlama-lama kalo di depan rak buku. Cuma buat meriksa judul ma cover buku. Dan ga beli. Hahaha.. #diseretsatpam

Gue udah di lantai 2 toko buku gramedia.  Ternyata di lantai 2 ga ada buku2 anak SD. Yang ada malah buku2 tafsir jalalain, hadist tarbawi, motodologi studi quran. Macam2 pokoknya, yang gue ga ngerti sama sekali. -,-

Dari pada buang waktu, maka turunlah gue ke lantai 1. Selain buku2 SD, buku2 pelajaran sekolah, dilantai 1 juga banyak kumpulan novel2 dan dan buku2 motivasi.  Disitulah tiba2 mata gue tertumpu pada jajaran buku best seller yg dipampang di rak paling tinggi di depan pintu masuk gramed. Siapakah si penulis buku yg paling best seller itu?? Mau tau?? Serius?? Nanti kamu nyesel deh -,-

Buku best seller itu BUKU GUE TERNYATA!!
Gimana ceritany??
Diterbitkannya emang kapan?


Aaakk..pertanyaan-pertanyaan itu mengetok kepalaku.
TADAAA!!!! Waaa..buku gue ternyata ada diurutan pertama jajaran buku yang paling best seller tahun ini!
Buku berjudul "Story of Choeriah Muiz", mampu ngalahin buku kak Dhira "ketika dhira jatuh cinta" cobaa?? Dan mampu membuat buku "koala kumal" Raditya Dika merengsak ke urutan ketigaa. Ya Allah senengnyaa!! saking girangnya, gue sampai kejodot rak buku, dan buku berjatuhan. Wkwkwk

Tapi gue juga masih ga tau isi buku itu apaan..haha xDD
Koq bisaaa..koq bisa??
Oo..ternyata permintaan buku gue udah menggunung di gramed sejak lama. Tapi stock digudang belom datang. Yaeyalah gimana mau datang! Ditulis aja belom..! bhahahaha. Masih ga ngerti, gimana buku gue itu bisa jadi best seller dan ditunggu penggemar buku, tapi rahasiany adalah: gue ternyata suka jualan di twitter, promoin buku yg baru gue tulis~ kaya Dewa Eka Prayoga gitu haha


Belum dapat buku SD dan gue udah kebangun! -,- #mimpimacamapaini

Sekali lagi ini mimpi yaaa. Ya gitu dehhh, gausah dimasukin ke hati :p
Makasih Ya Allah...
Trimakasih, mimpinyaa..
Paling ga, gue udah bisa ngerasain gimana hepinya jadi penulis buku best seller, meski dalam mimpi :D
Ya Allah..
Jika itu baik menurutMu, maka mudahkanlah aku untuk menulis buku. Gerakan tanganku untuk mampu menuangkan segala ide dan kecemerlangan yang ada diotak, pikiran, hatiku serta disekitarku..
Ya Allah, rahmatilah aku.
Bahwasanya aku mampu karena Engkau yg memampukanku...


Penenun Asa
Survive and Move!

Monday, March 16, 2015

Waktu dan Rencana Allah

Tiba-tiba aku tersadar ketika aku nanya ke mba Astin "Siapa tokoh inspirasi mba Astin??" "Ya ibu dongss.." jawaban singkat itu mampu meluluh lantahkan air mataku.

Jika aku diberi waktu yang lebih lama untuk mengenal ibu. 

Inilah titik dimana, ketika aku ingin menceritakan tokoh inspirasiku, tapi belum juga nemuin. Orang lain pasti bakal nyebutin "Ibu!" atau "ayah!" untuk jadi tokoh inspirasinya. Tapi aku? Bahkan ga terpikirkan untuk menulis nama mereka sama sekali. Ah..kenapa seperti ini?

Ya, waktuku ga lama untuk mengenal ibu. Dua belas tahun aku bersamanya. Tapi aku merasa belum mengenalnya dekat. Sejak kecil, aku hanya maen. Pulang sekolah maen, kalo ngajinya libur, ya maen lagi. Kalopun disuruh tidur siang, diam diam aku menyelinap keluar kamar buat pergi maen. Hampir tiap hari pulang sore, baju basah basah karena maen di sungai. Udah kaya anak cowo yang gagal.

Pernah, suatu kali ketika dibilangin berkali-kali udah ga mempan, saking bebalnya, aku pualang sore tiap hari, maen ga tau waktu, aku sampai dipukul ibu dengan bambu panjang. Ibu memukul di lengan sebelah kiriku. Memar aku dibuatnya. Sakit, aku menangis sesenggukan. Dan sakitnya, sampai dua hari ga hilang. "Kenapa aku dipukul? Kakak ga pernah dipukul. Semenjengkelkan itukah aku bu? Sampai tega memukulku? " Gumam bibir mungilku kala itu. Baru kali itu ibu semarah itu pada anak-anaknya. T.T

Dari SD, aku ga pernah dapat juara, baik juara kelas, juara lomba ngaji, shalawatan, atau apapun. Aku juga ga seberprestasi kakak-kakakku, aku tau itu. Aku belum bisa membuat mata ibu berbinar sama ketika, dia pernah menceritakan "Mba Astin dulu waktu esema ebtanasnya dapat nilai paling bagus. Ibu naik panggung, terima hadiah, disalami kepala sekolah, ibu seneng sekali, betapa terharunya ibu."  

Aku juga belum pernah buat ibu tersenyum bangga, sama ketika melihat foto Raimuna pramukaannya mas Taqin dan mba Udoh di Jakarta "Senengnya ibu liat mbamu dan masmu bisa ke Jakarta Iz. Foto sama lik Arisun lagi :D" kata ibu menyodorkan foto yang baru diterimanya dari Riau itu.

Padahal aku. Aku, ingin sekali mempraktekan apa yang Jamil Azzaini nasehatkan "Tanyakan pada orang tuamu, apa yang membuat mereka bahagia. Lalu kejarlah!" Tapi hanya jawaban ayah yang ku dapat bukan 'mereka'. Jika ada kesempatan bertemu aku ingin bertanya langsung pada ibu "Apa yang membuat ibu bahagia? Maka mulai kini aku akan mengejarnya bu!" :')

Jika aku diberi waktu yang lebih lama untuk mengenal ibu. Pasti aku tau jawabannya. T.T

Sering aku iri melihat seseorang anak yang ibunya masih ada. Mereka masih punya kesempatan buat ngebahagiain ibunya. Atau tiba-tiba aku terdiam, ketika ada seseorang yang menceritakan ibu mereka di depanku. Aku ga tau harus ikut cerita apa. Apalagi ketika mereka yang udah mampu membanggakan orang tuanya. Membuat aku iri, rindu dan berpuisi gini:

Aku,
Begitu menjengkelkankah untukmu ibu?
Sampai engkau tega pergi, sebelum melihatku menjadi yang membanggakan seperti kakak?
Apakah aku senista itu?
Engkau tak mau 'menawar' umurmukah untukku?
Agar engkau bisa melihatku menjadi yang membuatmu menangis haru?
Tak taukah engkau ibu, bahwa aku butuh kasihmu apapun dan kapanpun..
Aku butuh engkau ibu, sekarang..
Maafkan aku yang selama hidupmu hanya menyakitimu..


Rindunya aku pada ibu. Wajah sederhananya.  Kalo ada ibu-ibunya temen sekost yang datang, aku pasti selalu cium tangan mereka, aku pandangi mata mereka. Saat itulah aku merasa melihat ibu, walau tetep ga terobati rindunya..
Sering aku berdialog ke Allah dengan bahasa seperti ini:

"Dear Allah,
aku gatau gimana cara menghapus rasa rinduku, aku ke ibuku. Aku gatau Ya Allah. Semakin aku mengingatnya, sedihku, rinduku, semakin bertambah dari detik kedetik. Aku belum membahagiakannya seumur hidupnya.Aku harus bagaimana? Kenapa Engkau tak izinkan aku membuatnnya bahagia sebelum ibu pergi? Apakah Engkau tak sayang padaku juga pada ibuku?"


Dan Allah seolah jawab ngeyakinin aku gini:

"Muiz, Aku memanggil ibumu lebih cepat bukan berati aku tak menyayangimu, juga bukan berarti tak menyayangi ibumu. Justru karena Aku menyayangi ibumulah. Aku mengistirahatkan ibumu lebih cepat dari ibu-ibu yang lainnya. Percayalah. Lakukanlah apapun yang tertulis di 'big planmu' jika kamu ingin membahagiakan ibumu, ibumu melihatmu dari jauh"

Pada akhirnya, aku menarik nafas lega

"Tenang Iz. Allah pasti tau yang terbaik buat kamu, pasti Allah ngerancang sesuatu yang terbaik, jangan berburuk sangka sama Allah. Allah sayang kamu lho, juga sayang padamu ;) Terima kasih Ya Allah :D" 


Penenun Asa
Maaf Ibu

Wednesday, March 11, 2015

Seolah Mesin Tunel

Kini atau nanti, mimpi itu masih tetap ada
Kini atau nanti, mimpi itu masih tetap menggema
Kini atau nanti, akan tetap optimis
Otakku bilang "Kalo ga bisa bararti bukan anak Ramanda Iz!"
Hatiku bilang "Percaya aja pokoknya Iz!"

So,
Aku akan menenun mimpi ini
Sampai bersemai ternilai
Sampai aku bersama orang-orang pilihanNya
Untuk berjuang bersama
Menggapai ridhaNya

Percaya deh! Semua pasti ada jalannya
Seolah ada mesin tunel tersendiri
Yang ga terjangkau logika diri
Tangan-tangan kecil ini
dalam genggaman tanganNya


Penenun Asa
Dalam lembar kertas putih aku luapkan

Tuesday, March 3, 2015

Hape Replika

BRAKKK!!!
Roe dan Raa yang sedang mengerjakan tugas makalah terlonjak kaget.

"Why?? Koq dibanting hapenyaaa? Ya ampuuun, sayang kan?" Roe memungut dan mengusap-usap hape yang baru dilempar Aw di pojok ruangan.

"AAAKKK...BETE BETE BETE!!"

"Kenapa si Aw? Sampe hapenya dibanting segala?"

"Itu, hape berulah lagi! Baru kemaren aku ganti batrai. Sekarang malah chargernya yang rusak! BETE BANGET AKU!!!"

"Lagi?!" Raa melotot. Untuk keempat kalinya Raa mendengar hape Aw rusak dan ini kelimanya. Mulai dari ga bisa instal bbm, ga bisa dipasang kartu memori, aplikasi yang tiba-tiba uninstal otomatis, pernah juga ga bisa di chas, bahkan sampai batre hamil tua. Miris. Dan ga usah ditanya ke Aw, berapa duit yang udah dia keluarkan buat reparasi hapenya itu. Koceknya sih ga jelas, tapi pastinya udah bisa beli hape tulalit dua biji!

Roe tercekat "Tragedi lagi deh, klo beli hape replika kaya gini. Ga hapenya, ga chargernya. Sama-sama bagus depannya doang." Roe meletakan hape itu disisi Aw.

"Gimana lagi Roe. Sayang kalo ga diperbaiki kan Roe?" Aw menarik nafas panjang"Ahh.. mana uang jajanku bulan depan udah menipis." Aw meringis sedih mengingat itu.

"Yaudah deh, sikapi dengan bijak Aw. Kita ini mahasiswa perantauan. Kalo ga pintar menghemat keuangan, kita ga bakal bisa makan, beli buku, bayar uang warnet, juga fotokopi materi kuliah. Jadi ga perlu lah ngikut-ngikut gaya orang yang tinggi banget. Ya sih sekali-kali liat ke atas dijadikan motivasi, tapi kalo liat atas terus ga akan ada habisnya. Liat bawah deh pasti makin bersyukur."

Aw menunduk lesu memandang hapenya dan mencerna tiap kata yang diucapkan Raa.


Penenun Asa
Flash Fiction pertama, :D