Friday, December 29, 2017

Ketika Masakan Gue Berakhir di Tempat Sampah
Ketika Masakan Gue Berakhir di Tempat Sampah

Pict: m.detik.com

Gue yang mencuci piring pagi-pagi tadi memanyunkan bibir ketika masakan yang gue masak kemarin, tersisa banyak sekali.

"Aaa, sayang bangeet! Kan mubazir jadinya, ih." Gue ngedumel ga karuan ketika membuang bekas makanan tersebut ke tempat sampah.

Gue akui, dan MEMANG HARUS DIAKUI ketika gue masak ga sehebat Wa'ku perempuan. Yang ketika beliau masak, sekali tabur garam, asinnya pas, sekali ditambah gula manis dirasa langsung enak. Lah gue? Yang mau sok-sokan ikutan mencoba menabur garam sekali saja, ujungnya berasa memindahkan air laut  ke masakan HAHA.

Pict: okezone.com

"Coba kalo masak jangan asin-asin kali, gitu." Protes Wa' laki-laki suatu kali, ketika melihat gue memotong bawang. Yang mungkin saja beliau takut trauma, harus minum air putih lebih banyak karena lidah yang harus mencicip garam berlebihan dan kenyang lebih cepat dengan minum.

"Okee." Masak lagi, ga kapok. Meski masakan gue yang kemaren berakhir di tempat sampah. Haha.

Ternyata memasak itu perlu jam terbang ya. Sama halnya seperti menulis, tulisan singkat yang sedang kamu baca ini adalah hasil latihan nulis gue dari SMP. Pun, tulisan yang tertata rapi dan enak dibaca dimanapun yang kamu temukan adalah hasil dari latihan berkali-kali si penulis yang berhasil dalam mengolah kata-kata.

Dan serupa, ketika kita melihat banyak hal yang kita jumpai bagusnya aja, atau seseorang yang hebat dalam suatu bidang, coba deh sesekali tanya padanya gini:

"Gimana kamu menjadi ahli dan hebat? Rahasianya apa? Gimana prosesnya? Atau memang bakat dari lahir?"

Tanya deh, pasti kita akan terhenyak mendengar jawabannya dan kemudian terkagum-kagum dengan ceritanya.

Karena banyak dari kita yang hanya tau bagusnya aja, dan ga tau apa yang telah dilewati, diperjuangkan, dan dikorbankan seseorang hingga ia ada diposisi hebat seperti sekarang. Begitu sih kalo kata Gazan Azka, owner Zanana Chip.

Oya, memasak memang hampir sama dengan menulis lho! Sama-sama harus punya jam terbang, perlu diulang, dilatih dan dicoba terus menerus, sama-sama harus dikerjakan dengan hati; agar masakannya terasa enak, agar tulisannya sampai ke hati si pembaca.

Tapi meskipun memasak sama-sama harus punya jam terbang seperti menulis, memasak tetep beda dong dengan menulis.

Bedanya apa?

Kalau menulis, salah huruf atau penyusunan kalimatnya kurang sesuai, bisa kapan-kapan kita edit lagi. Tapi kalau memasak, salah memasukan bumbu yang harusnya garam jadi gula, yang harusnya gula jadi micin, maka bakal jadi nano-nano deh rasa masakannya. Dan parahnya ga bisa kita edit lagi! Yang ada malah berakhir di tempat sampah, kapan-kapan  justru ga boleh masuk dapur lagi, wkwkw.

Eh, tapi ya udah. Jangan sedih-sedih, meskipun masakannya berakhir ditempat sampah. Masih ada yang mau makan dan menghargai masakan kamu kok, ayam misalnya. HAHA #kanKZL



Singhil
29 Des 17
Penenun Asa
Kamu siap mencicipi nano-nanonya masakan gue? Ghahaha, jangan deh! 
Gue ga tega meracuni orang