Friday, October 21, 2016

Pentingnya Berkabar dan Ngabarin
Pict : Penenun Asa

"Kabari aku kabarmu.."

Aku baru paham arti pentingnya berkabar dan ngabarin itu sekarang. Kemarin-kemarin aku mana ngerti hal begituan. Ya kali jomblo, terbiasa gak ada yang dikabarin dan ngabarin, jadinya ya gitu deh. Ahaha. Ops..skip. Kembali ke topik. Ingat, bahwa berkabar dan ngabarin itu penting! Ingat itu yaa. Berkabar pada siapapun, terlebih orang-orang terdekat kita. Iya gitu. 

Ya..jadi, gara-gara kejadian aku kena repet pamong PPLku kemarin. Aku jadi taubatan nasuha bersikap cuek-cuek gitu sama orang. Maksudnya cuek adalah gak mau ngabarin lagi, dan gak peduli buat ngasih kabar ke orang.

Ceritanya 2 hari yang aku gak bisa masuk ngajar. Senin dan Selasa kemarin. Itu, aku sakit. Iya sakit. Sakit karena butuh kamu kali yaa #eeaa 
Meski Senin paginya aku tetap bisa datang upacara seperti biasa, tapi siangnya aku tumbang setumbang tumbangnya tumbang. Gak bangun dan memang gak bisa bangun. Gak lebay sih, memang begitu adanya. Dan ketika aku gak bisa bangun itu, aku udah coba berkabar dengan pamongku, minta izin gak masuk sekaligus minta istirahat buat beberapa hari ke depan.

Nah..disitulah awal tragedinya. Ternyata aku salah mencatat nomor pamongku. Yang harusnya akhiran 898 ini jadi 828. Itulah, entah pergi kemana 2 telinga ini pas beliau bacain nomornya. Ahaha.  Dengan salahnya nomor, otomatis pesan gak bakal masuk kan? Mau jejungkir balik kaya apa juga, Ibu gak bakal tahu kalau aku lagi sakit, kan? Buruknya lagi, aku juga gak ngabarin via sms ke kawan-kawan yang sama-sama masuk siang, ngabarin bahwa aku gak bisa masuk. 

Udah coba ngontak ke salah satu teman sih, ee..ternyata dia gak masuk juga. Cemana lah.. Dan yang lebih apesnya adalah paket internet pun habis pula. Jadi meski biasanya bisa izin lewat grup BBM, ini gara-gara gak ada paket, maka bener-bener lost contact 2 hari kemaren. So, bye hidup loe! 

Maka ibu pamongku muring-muring gak karuan. Pasalnya juga, di dua hari itu, aku ada jadwal ngajar di kelasnya. Makin menjadi-jadi deh perkaranya. Dan lebih fatalnya lagi, ternyata ibu pamong misscall aku, pas di jam 2 siangan, tepat seharusnya aku masuk dan aku gak tau itu! Ya mana pegang hape juga pas sakit begitu. Sumpah gila! Kaya ibu yang butuh aku jadinya kan?  Terkutuk khoeriyah muiz! Ahahaha

Oke, detik itu juga aku udah ngaku salah.

Alhasil, pas hari Rabunya aku datang dan Alhamdulillah udah pulih, Ibu Pamong benar-benar memperlihatkan kemarahannya. Ternyata beliau mengadukan langsung ke koordinator seluruh pamong yang notabene adalah wakil kepala sekolah. Jadi sebelum aku dinasehati ibu, aku udah keburu ditegur bapak wakil kepala sekolah duluan..

"Khoeriyah Muiz? Pamongnya ibu Reni kan?"

"Iya saya, pak"

"2 hari kemaren kemana?"

"Saya sakit pak."

"Gak ada kabar ya kata bu Reni?" 

"Ya pak, maaf. Saya sudah coba mengabari bu Reni. Tapi nampaknya nomor bu Reni yang saya tulis di hp saya salah pak." 

"Oh..ya udah gak apa-apa. Lain kali kalau mau izin, sakit atau apapun, kabari pamongnya yaa."

"Iya pak." Anggukku.

"Jadi sekarang Muiz temui ibunya, minta maaf. Ingat, besok-besok kalau ada apa-apa dan gak bisa masuk kabari yaa." Nasehatnya. Matanya memperlihatkan ketulusan dan pemakluman. Aku mengangguk.

Sampai ditegur pak wakasek gitu ya?
Ish..bocah! Cemacem sih! 

Akhirnya, meski aslinya ngeri buat datangi ibu Reni, aku mencoba beranikan diri buat menemuinya juga. Aku akan minta maaf sekaligus klarifikasi. Karena orang gak akan paham tentang kita sebelum tau kebenaran asli dari mulut kita, kan? Sementara orang sibuk suudzan, padahal yang kita lakukan gak seburuk itu.

Maka, please, kalau ingin tahu sesuatu, gak usah main judge gitu.  Coba kenali dulu, coba tanya dulu kenapa dan gimana, baru nilai. Yakan? Ee..kalimat ini aku belajar dari seseorang loh. Dari Dewi.  Nama dia pernah ada dipostingan sebelumnya. Haha.

Ketika beliau mau masuk kelas di jam terakhir, aku ngikutin dari belakang. Langsung aku minta maaf dan menceritakan kejadian dengan sejujurnya. Dihari itu, aku beneran melihat mata marah dan terluka ibu. Gak ada senyum kaya biasanya. Gak ada cerita yang biasa ia kesahkan ke aku. Mungkin beliau merasa gak dihargai olehku. Aku tarik nafas, berat. Meski aku udah jujur, tapi dihari rabu itu, aku belum melihat ibu benar-benar memaafkan aku.

Untuk mengendurkan hatinya saat itu ibu yang  lagi memberi tugas matematika, aku coba ikut turun tangan menertibkan anak-anak mengerjakan tugas. Tapi dia belum terlihat mengendurkan hatinya juga.

"Marah bener ibu.." Kataku lesu ketika keluar dari kelas.

"Sabar yaa."

"Coba lagi minta maaf besok."

"Ya coba besok lagi. Gak apa-apa tuh."

"Ya gak apa-apa tuh. Masa sih, karena sakit gak dimaafkan?"

"Lagi sensi mungkin ibunya. Sabar ya mbel."

"Wajar sih ibunya marah, tapi gak apa-apa nya itu. Cak besok coba lagi minta maaf. Mu ambil hatinya lagi."

Aku mengangguk. Ada kekuatan ketika mendengar suara-suara care dari kawan-kawan PPL yang masuk sore ini. Terimakasih gengs :*

Dan kemarin aku coba lagi. Untuk kali ini sekali lagi minta maaf dan menceritakan kronologi dengan sejujurnya. Maka ibu bilang:
"Kalau ada apa-apa kabari ibu. Kalau sakit, gak bisa masuk, kabari Ibu. Kalau gak kabari ibu, kabari ketuanya, kabari kawan-kawan Muiz. Jangan gak ada kabar gitu yaa. Kan ibu jadinya gimana kan? Kabari, jangan hilang kontak. Seenggaknya ibu jadi tau Muiz kenapa dan ibu pun gak perlu menduga yang aneh-aneh. Yaa?"

"Iya bu. Saya minta maaf. Saya gak akan ulangi lagi bu. Kalau ada apa-apa saya akan kabari ibu, kalau saya izin saya akan kabari ibu."

Good job! Dan kemudian cerianya kembali. Ahahaha. Dan aku bisa ngajar dengan tenang lagi!

Seandainya pamongku kelewat puitis, beliau pasti bakal berpuisi gini ke aku:

"Kabari aku kabarmu. 
Agar aku tahu dan tak perlu khawatir tentang keadaanmu.
Agar aku paham, seberapa penting posisiku dihatimu.
Dan agar aku tak kehilangan dirimu."

Terkutuk, Muiz terkutuk! Ahaha

Sejak kejadian ini, aku jadi makin usil sama kakakku. Ngirim foto-foto PPLku yang ekspresinya gak jelas. Masih tetep meribut di grup chat. Berkabar dengan sahabat-sahabat dan teman sekelas juga. Tetep ngirim emot bahkan voice note gak penting pada mereka. Ahaha. Kenapa gitu? Karena mereka aku anggap penting untuk terus aku kabari :*

Dan aku ambil kesimpulan kejadian ini dengan:
Jangan sepelekan berkabar dan mengabari seseorang. Mungkin ini terasa sepele, tapi ternyata penting banget. Karena bisa jadi orang disana sedang menunggu pesan kabarmu, ingin tahu apa dirimu apa baik-baik aja atau gak. Tetep berkabar, pada keluargamu, sahabatmu dan beri tahu keadaanmu. Bahwa keadaanmu masih baik-baik aja. Bahwa kamu masih punya hidup. Iya kan? Iya gitu.




Pekanbaru
21 Okto 2016
Penenun Asa 
Paling gak, sempetkan chat dong.
Gausah hilang kabar dan 
sengaja pengin dicari gitu :(

Thursday, October 20, 2016

Temukanlah aku


Pict : Penenun Asa


Kamu tahu, bahwa aku begitu jatuh dan bangun dalam menemukan muara 
Mengikuti arusnya,
terkadang juga melawan derasnya,
atau menemukan hal yang membuatku terombang-ambing dari setiap perjalananku
Maka benar, aku ingin menemukanmu, secepatnya


Aku ingin berhenti dalam perjalanan hati ini
Dan menjadikanmu muara terakhir hatiku
Karena aku lelah, harus merindu pada yang tak tentu arah
Aku juga lelah, jika harus lagi-lagi secret admire pada yang entah siapa

Aku lelaahhh..

Maka temukanlah aku, please..
Temukanlah..
Dari perjalanan lelahmu mencari muara juga
Dan ketika kamu telah temukanku,
jadikan aku muara, 
tempat terakhir dari perjalanan hatimu 

Bukan hanya kamu yang harus menemukanku, 
aku juga..
Iya, kita saling menemukan
Kerena aku juga hanya ingin bermuara padamu
Padamu yang terakhir
Tempat terakhir perjalanan hatiku..



Pekanbaru 
20 Oktober 2016
Penenun Asa
Temukanlah aku, pke google map?
Haha, boleh jugaa, ide cemerlang! :D

Tuesday, October 18, 2016

Kacamatamu Pernah Retak
Remember this? Bahwa kacamatamu pernah retak dan itu diketawain si tapir-tapir KKN.

Yang pernah retak dan bolong ahaha

Memang tega banget deh mereka! Udah lagi susah gitu, malah diketawain. Alhasil pas salah satu lensanya makin retak, ya aku ikut ketawa juga. Ahaha. Dan yang bikin keki setengah mati adalah kelakuan Rijal, yang kenapa tiba-tiba harus ngitung duit di depan kacamatku? Terus si Eja, kenapa harus ketawa terbahak-bahak pas liat sebelah kacaku jatoh? Kan longgar banget otak mereka, kan? 

"Aaa..mati lah ah. Aku mau PPL besok, malah makin retak gini kacamataku. Ya ampun, otak longgar!" Aku ngomel-ngomel gak karuan.

Oke, karena aku ngomel-ngomel gitu, maka si Eja, Lis dan Dewi berbaik hati mencari retakannya yang tercecer entah kemana, dan berusaha membetulkan  dengan hati-hati. Tapi ya tetep, sambil terbahak-bahak mereka membetulkan retakannya itu. Dan si Rijal, minta maaf dengan ekspresi yang apaan banget -,-

Iya, jadi aku merasa bahwa part ketika kacamataku makin menjadi-jadi retaknya adalah part yang paling buruk di masa KKN. Aku yang tiba-tiba jadi hilang kepercayaan diri gara-gara kacamata yang bolong itu. Aku yang tiba-tiba pengin di kamar aja. Gak pengin ngajar, gak pengin ikut pengajian, gak pengin keluar yang bahkan meski pengin banget beli goreng pisang tempat mba En, atau bahkan parahnya aku gak pengin ketemu orang-orang di desa Gunung Mulya. Karena demi apa, malunya gak tertolong kalau ada orang yang nanya gini:
"Kacamatanya kenapa? Kok retak? Jatuh yaa?" 

Coba? Terlihat banget aku gak bisa jaga barang-barang pribadiku sendiri kan? Ya maka dengan santainya tetep aku jawab.

"Gak sih, ini indikasi bahwa pemakainya hobi banget baca." Ngelesku, sedikit cerdas.

Bahkan bocah SD juga ikutan bawel nanya "Kakak kacamatanya kenapa? Bolong gitu kak? Jatuh ya?"

"Iyaa..kenapa itu kak? Bolong Ya Ampun."

Pertanyaan yang udah langsung buat lutut aku lemas. Rrr.. 

"Gak dek, kakak kena timpuk duit kemaren sama bang Rijal. Itulah, terlalu banyak duit bang Rijal. Jadi sampe kacamata kakak bolong dibuatnya." Dan akhirnya aku menyebutkan nama tersangkanya juga. Ahaha.

Sampai sini aku paham bahwa, kacamataku pernah retak bahkan bolong. Dan ketika pulang ke rumah aku kena omel abis-abisan sama kakak-kakakku:

"Bocah! Rewah banget ne nganggo kacamatane!"*

"Rrr..beliin kaca nako aja biar awet."

"Udah, gitu aja. Gak usah dibetulin lensanya. Tetep cakep kok."

Aku ketawa miris dibuatnya pas denger sindiran sahut-menyahut dari mereka. Di depan mereka aku gak berusaha membela diri dan gak berusaha ngeles. Ya karena memang akunya yang salah! Haha

Esoknya, sehari sebelum berangkat ke Pekanbaru, aku dan mas Slamet pergi ke optik di Kuansing. Tempat pertama kali membeli kacamata itu. Dan buat aku yang minusnya udah banyak, ternyata harus lama menunggu pesanan lensanya siap. Jadi, sembari menunggu pesanan kacamata, kami berkeliling di sekitar pusat kota Kuansing dan duduk berdua di pinggir arena Pacu Jalur. 

Eeaa..udah kaya  couple gitu ya? Gaak, justru aku kaya lagi duduk-duduk sama om-om. Ahaha. Maklum lah, jarak umur kami yang terpaut jauh membuat kelihatan seperti itu :D

Bukanya menikmati keindahan sungai Kuantan, tapi malah serasa apaan aja. Mayan burem soalnya kalau pergi-pergi gak pakai kacamata gitu. Maka yang tadinya indah jadi biasa aja. Dan hari itu aku makin ngerasa lebih deket banget dengan mas Slamet. 

Dia cerita banyak hal, begitu terbuka. Cerita tentang masa mudanya. Yang bahkan sebelumnya aku gak pernah tau. Dari nada ceritanya, dia pernah merasa menyesal, dulu tidak mengejar apa yang ia impikan. Iyaa..dan sekarang dia mulai memperbaiki masa lalunya. Mengejar apa yang bisa ia kejar. Meski dia sendiri merasa udah beranjak tua untuk mengejar mimpinya lagi. Ee..bukannya gak ada kata terlambat untuk memperbaiki sesuatu?

Hei! Kacamatamu pernah retak bahkan bolong, ee..tapi bukan berarti gak bisa dibetulin lho! 
Lagian sekarang juga udah betul kan? HAHAha *ketawa songong
Sama kaya masa lalu,  pernah punya masa lalu yang gak baik, bukan berarti gak bisa diperbaiki, kan?
Jadi, hal apa yang akan kamu perbaiki mulai hari ini? Apa? Move on? Baru sampai move on? Haha..

Cewe dr kiri : Deby, Tri, Wina, Lis, Rapunzel, Nia, Dewi dan Melda. Cowo dr kiri: Rijal, Rambe, Iki, Pandi, Yahdil dan Ejak


*Rewah banget ne nganggo kacamatane : Gak bisa hati-hati banget pakai kacamatanya (penekanan karena dg mudah merusak sesuatu)


Pekanbaru
18 Oktober 2016
Penenun Asa
Terimakasih tapir-tapir KKNku,
tentang kalian masih banyak
yang belum terceritakan :')
Flashback kalian bentar,
jd punya ide buat nulis ini ahaha

Friday, October 7, 2016

Berpikir Ulang
Aku berpikir ulang lagi, ketika namamu yang terpilih dalam doaku. Aku berpikir ulang. Pantaskah? Kamu, iya kamu ada ditiap doaku? Pantas? 

Bahwa ternyata mungkin ketika aku mengira kamu baik, sepertinya tidak. Kamu terlalu mudah tergoda dengan wanita. Kamu terlalu suka tebar pesona. Dan aku gak mau, gak bisa dan gak terbiasa harus melihat lelaki seperti itu! Paham?!

Aku gak suka harus cemburu pada siapapun. Aku gak suka cemburu hari ini, bahkan esok. Bahkan cemburu padamu yang belum jadi 'siapaku'. 

Hanya karena aku diam bukan berarti aku tak men-screenshoot gerikmu. Bukan berarti aku tak peduli tentangmu. Bukan! Hah..sudahlah! Meski namamu awalnya ada tiap dalam doaku. Tapi mengingat itu semua, maka namamu harus segera beranjak. Enyahlah!

Aku juga berhenti berkisah tentangmu pada Wa'ku juga pada kakakku. Aku berhenti, kenapa? Kamu, namamu, semua tentangmu tak pantas aku ceritakan pada siapa-siapa. Terutama Wa'ku dan kakakku. Menyesal aku memilihmu untuk segera dipatenkan didalam hatiku.

Ingat, aku berpikir ulang tentangmu. Karena kamu bukanlah yang aku kira..




7 Okto 16
Pku
Percayalah, kamu baik.
Maka insyaa Allah dapat yang baik pula. Right?