Tuesday, July 28, 2015

Malam Narasi OWOP 3
Photo By: Malam Narasi OWOP 3
   

Waaahh..asik nih, grup whatsapp OWOP udah mulai aktif lagi, setelah sekian lama dianggurkan dalam anggur *eh. Jadi ini adalah tantangan pertama menulis di grup watsap owop setelah libur puasa. Senin malam adalah  malam narasi.
Ada yang tahu malam narasi itu apa? Memang apa?
Jadi malam narasi owop  itu adalah malam dimana admin owop bakal post sebuah gambar, yang nantinya gambar itu bakal dinarasikan oleh semua anggota owop. Dan itu gambar boleh di narasikan sebebas-bebasnya oleh anggota owop. Mau buat cerita komedi, puis, apapun deh. Eh, walaupun boleh diimajenasikan sebebas-bebasnya, tapi ada waktunya. Diluncurkan dari pukul 08.00 malam sampai pukul 00.00.
OWOP Enie Handyas is typing...
OWOP Tiara is typing...
OWOP Uways is typing...
OWOP Faishal is typing...
OWOP Julia is typing...
Send! Send! Send!  dan terkirim. Mana kejte badai semua tulisan mereka. Gila deh, merekaa!! Koq bisa-bisanya baru dapat gambar langsung bisa bikin tulisan. Otak mereka terbuat dari apa coba?  Encer banget deh ya mereka. Udah gitu mereka pada sok ga bisa, padahal pas tulisannya udah di postkan, widiiihh, ga ada tandingannya O,O  #takjub
Sampai jam 9 malam aku belum nulis apapun. Huaaa, aku mau nulis apaan nih?
Dan itu berasa banget meres otaknya. Apalagi pas mau nulis, diajak ngobrol sama temen kost. Rada-rada emang ini mereka. Nah, akhirnya siap juga tepat jam 11.08. Tapi...koq geje gini ya? Edit lagi, corat coret lagi bukunya. Edit mengedit pun selesai tepat aih 11.48. Dan post. Pas ngeselin adalah ketika mau ngepost ternyata jaringan macet-macet. Aihhh..-,-
Biarkan imajenasi kalian bebas, hingga terbang bebas menjadi ukiran aksara :)


Nah..ini dia tulisan yang aku post di malam narasi owop 3 :)

Mimpi Kita
 
Kamu pernah bermimpi, memimpikan hal yang paling indah dimasa kecil, di tepi danau itu. Selalu, di tepi danau itu. Hei, bukan hanya kamu yang bermimpi! Aku juga! Kita, aku dan kamu. Kita, kakak beradik. Aku adikmu, kamu kakakku.

“Dek, lihat disanaa..!” Serumu. Aku mengikuti arah telunjukmu yang mengarah ke ujung danau. “Suatu hari nanti, gedung disana, kita yang akan memilikinya.” Aku tertegun mendengar celotehmu. Melihat dengan bangga Kakak kesayangan yang luar biasa imajenasinya.

Nun jauh disana, di ujung danau, terlihat gedung-gedung menjulang tinggi. Gedung yang paling tinggi adalah favoritmu. Kamu berceloteh tentang ujung danau itu. Memimpikan hal yang tinggi. Dan entah kenapa, ujung danau itu selalu membuatmu terkagum. Entah daya tarik apa, yang membuatmu selalu menarikku untuk bermain dipinggir danau, duduk di bawah pohon, seraya memandang jauh ujung danau.

Dan kali ini, kamu mengajakku bermain lagi di tepi danau.
“Dek, bantu kakak nyusun balok-balok ini ya.” Kamu mengeluarkan balok-balok kecil kayu dari dalam tas sekolahmu.
“Untuk apa ini kak?”
“Ini akan kita buat replika gedung ituuu.” Katamu sambil menunjuk gedung favoritmu dengan antusias. Kemudian kamu mengangkat meja kayu kecil dari rumah kita.  Dan kita mulai menyusun balok-balok itu diatas meja. Kamu begitu bersemangat, sampai pada balok yang tertinggi, tangan kita tak sampai untuk meletakkan balok terakhir.
“Kak, naik pohon aja!”
“Aha! Kamu pintar dek!”
Dengan cepat, kamu menaiki pohon itu. Tanganmu hampir sampai meletakan balok terakhir di gedung balok tertinggi yang kita buat. Tiba-tiba..
KRAAAAKKKK!!! BRAAKK!!!
Batang pohon yang kamu injak ternyata telah rapuh.
“Aaaaakkk kakaaaaakkkk...!!” Pekikku. Aku meraung sejadi-jadinya.

Kamu terjatuh, tepat diatas meja berisi balok balok tinggi. Terjatuh dengan posisi kepala lebih dahulu mendarat. Balok-balok itu roboh dan berserak. Raunganku membuat penduduk membantu. Aku hanya terduduk lemas, menyaksikan kakakku yang telah bersimpuh darah tak berdaya yang sekarang digotong penduduk.

“Maafkan aku kak. Harusnya aku tak menyuruhmu naik ke atas pohon untuk meletakkan balok itu.” Tangisku. Ibu datang, memelukku sambil menangis. Rasa bersalah yang menjadi-jadi yang membuatku tak sadarkan diri.

                                        *   *   *

“Aku sekarang disini kak. Tempat dimana kita pernah memimpikan ini dimasa kecil kita. Aku disini kak, di gedung favoritmu.” Aku tergugu sambil memandang ujung danau dari atas gedung ini.


27.07.15 11.48pm
Penenun Asa
Malam narasi One Week One Paper

Saturday, July 4, 2015

Tragedi



“Mbak kenapa? Koq diem aja? Tadi perasaan sebelum naik pesawat, rame banget deh ngobrolnya.”
“Ra..mbak mual. Tapi mbak ngga bawa plastik buat tempat mabok” mbaknya Ra memegang perut, kemudian memalingkan wajahnya ke jendela pesawat.
“Ya ampun mbak. Kenapa ngga bilang kalo mau mabok!” kening Ra berkerut.
“Oalah..jangan keras-keras gitu tho bicaranya. Mbak maluu!”
“Iya..iyaa.” Ra cekikikan.
“Ini gimana dong. Mbak udah ngga tahan.  Kamu bawa koyo cabe ngga?” kali ini mbaknya Ra berbisik. Ra menggeleng ke mbaknya.
“Ini lho mbak. Di saku jok depan ini ada kertas ini nih. Nah..kertas ini bisa buat tempat sampah, bisa buat tempat mabok juga. Nanti, kalo kertas udah terisi, kita kumpulkan sama mbak pramugari.”
“Oalah..mbak kira kertas oksigen. Ituloh, yang kalo tekanan udara dipesawat kosong, kita bisa bernafas pakai kertas ini. Sini! Mbak mau ini nih....”
Ra pucat pasi melihat mbaknya.


Penenun Asa
Ditulis untuk mengikuti Prompt #83 Di Dalam Pesawat yang diadakan oleh @MondayFF